14. hari spesial Mi Do

59 14 1
                                    

"Kau sudah di mana?"

Juhyun dengar napas Kyuhyun berembus dari balik teleponnya, tidak bisa dia sembunyikan senyuman bahagianya merasakan kalau hubungan mereka sudah semakin mesra.

"Aku sudah di persimpangan jalan. Oh aku melihatmu!" sahut Juhyun tak lupa melambaikan tangan sewaktu netranya menemukan Kyuhyun berdiri di seberang jalan dari tempatnya berdiri.

Mereka saling melempar senyuman.

Keduanya sama-sama terdiam hanya memenuhkan netra dengan satu sama lain. Menunggu lampu merah agar Juhyun bisa menyebrangi jalan dan bertemu Kyuhyun di seberang sana.

"Kau sudah membeli hadiah untuk Mi Do?" tanya Juhyun mengisi kekosongan.

Kyuhyun menoleh ke arah lampu jalan. Masih belum merah. "Sudah."

"Apa?"

"Begitu."

Juhyun cemberut. "Apa kau tidak mau memberitahu hadiah wisuda Mi Do padaku?"

Kyuhyun menggeleng di ujung sana. Juhyun mencibir, berdecak sebal karena sikap datar dan kadang tidak menyenangkan yang Kyuhyun miliki masih belum berubah walau sudah berbulan-bulan sejak mereka memutuskan pacaran.

Kyuhyun cukup gemas melihat bibir mengerucut Juhyun di sana. "Besok juga kau tahu."

"Iya sih, tapi bocorkan saja padaku."

"Tidak."

"Kyuhyun!"

"Lampunya sudah merah, kau tidak mau menyebrang?" Kyuhyun menunjuk lampu jalan.

Juhyun tersadar, dia baru saja akan melangkah dengan beberapa dengusan dia berikan pada Kyuhyun yang masih tersambung telepon mereka. Juhyun meski tahu Kyuhyun sangat menyebalkan, namun tetap saja di matanya pria 30 tahun itu menggemaskan. Tingkahnya saja kadang sok paling dewasa, padahal kalau Kyuhyun sudah merajuk padanya, Juhyun rasa Kyuhyun melebihi Mi Do yang notabennya adalah adik.

Juhyun berjalan bersisian dengan banyak pejalan kaki yang lain, menatap lekat Kyuhyun di sana yang masih bergeming menunggunya. Hanya mulai menyimpan ponsel di saku celana dan ketika itu pandangan Juhyun memburam. Juhyun seakan melihat orang lain berdiri di sana. Juhyun tahu orang itu sudah tidak ada. Tapi ingatannya seakan melawan fakta.

Juhyun terdiam di tengah jalan yang ramai, tubuhnya berdiri dengan kedua tangan gemetar. Kenapa? Ingatan itu masih terus ada?

"Ibu!"

"Juhyun!"

Lambaian tangan, senyuman, dan suara yang terlalu keras.

Juhyun memejamkan mata. Dia takut. Suara itu berdenging di telinganya.

Kyuhyun melirik lampu jalan yang mungkin akan berubah sebentar lagi, tapi Juhyun malah terdiam. Dia mengernyit. Memanggil Juhyun. Perempuan itu masih diam, memejamkan mata.

Klakson bersahutan.

Kyuhyun berlari menarik lembut Juhyun agar menyingkir dari tengah jalan tepat ketika lampu berubah hijau. Bisa dia rasakan tubuh Juhyun gemetar dalam pelukannya. Dia tidak mengerti, kenapa Juhyun seakan tengah bersiap bunuh diri di tengah jalan sana?

"Tidak apa-apa. Aku di sini."

Juhyun masih tidak mau membuka matanya, dia takut. Takut sekali.

[{}]

"Maaf, aku tadi menyebalkan ya?"

Kyuhyun menoleh saat suara Juhyun terdengar. Setelah kejadian yang cukup membingungkan Kyuhyun, pria itu mengajak Juhyun untuk menenangkan diri di salah satu bangku kosong. Jalanan masih ramai namun semua tidak mengacuhkan mereka, semua punya kesibukan masing-masing dan tidak peduli.

Amin Paling Serius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang