02. tetangga sebelah rumah

147 19 4
                                    

Suara pengering rambut cukup berisik pagi ini, meski begitu tidak menutupi cahaya pagi yang masuk danmemberi tanda bahwa hari sudah semakin siang. Dia selesai dengan alat pengeringnya, rambut panjang itu sudah dia ikat membentuk bulatan dan menambah pita hitam dibagian bulatan tersebut. Bercermin sedikit lagi, merapikan riasan dan tersenyum kecil.

Sudah cantik.

Mengambil tas jinjing warna cokelat susu yang sudah dia kenakan sejak 2018, dan tidak pernah dia ganti, mengingat soal tas sama seperti mencari jodoh. Tidak mudah mendapatkan yang sesuai keinginan. Juhyun menyapa sang Ayah yang nampak tengah mengusap seluruh perlengkapan musiknya di toko baru ini.

"Selamat pagi!"

Jingook menoleh, turut tersenyum. Juhyun memperhatikan toko musik Ayahnya itu dengan takjub.

"Wah, lebih baik dari semalam. Ayah begadang merapikannya?"

Jingook bergaya sombong dengan kemoceng di tangan. "Ayah bekerja keras demi ini. Kau mau berangkat kerja?"

Juhyun selesai memakai sepatu heels warna hitamnya. Mengangguk manis.

"Hati-hati di jalan, kau sudah tahu harus naik apa?"

"Sudah. Ah, aku akan membeli sarapan di sebelah."

"Sebelah toko lauk?" tanya Jingook.

Juhyun tersenyum agak merona di kedua pipi. "Iya. Ayah aku berangkat ya."

"Jangan tersandung!"

"Iya!" Juhyun segera keluar dari rumah yang menyatu dengan toko musik Ayahnya.

Perempuan itu berdeham sejenak, mencoba menetralkan suaranya agar tidak terdengar seperti tikus kejepit. Dengan langkah pelan dia membuka pintu toko lauk tersebut.

"Halo selamat datang!"

Suara perempuan.

Juhyun terdiam, memperhatikan sekitar toko yang baru buka. Senyap.

Mi Do tersenyum meski sedikit heran. "Mau beli lauk apa?"

"A-Ah! Begini, saya tetangga baru di sebelah."

"Ah! Putrinya Tuan yang kece itu?"

Juhyun mengerjap. "Kece?"

Mi Do terkekeh. "Tadi pagi Tuan yang tinggal di sebelah lari pagi dengan pakaian olahraga keren, seperti anak muda."

Juhyun ikut tertawa. Baru kali ini dia dengar Ayahnya dipuji seperti itu.

"Nona namanya siapa?"

"Han Juhyun."

Mi Do menawarkan tangan kanannya. "Aku Cho Mi Do, adiknya pemilik toko lauk ini. Ah yang kemarin itu."

Juhyun mengangguk. "Begitu ya, ah pemiliknya-"

"Ada pesan antar."

Juhyun nampak mendapat informasi baru.

Mi Do menatap lekat. "Jadi, Kak Juhyun mau beli apa?"

Juhyun tersipu sedikit. "Tolong bungkus yang ini."

"Baik!"

Walau pagi ini Juhyun sedikit gagal bertemu pria yang sejak kemarin mengisi relung pikirannya, tapi akhirnya Juhyun tahu satu hal. Ada kemungkinan setiap pagi pria itu pergi untuk pesan antar. Dia harus datang lebih pagi lagi.

Perempuan itu berjalan menuju halte bus yang berada di ujung jalan ini, menunggu bus tujuannya. Tersenyum-senyum menatap bungkusan menu sarapan dia kali ini. Tidak disangka kalau Juhyun akan bertemu pria itu.

Amin Paling Serius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang