08. yang tinggi itu hati

102 15 2
                                    

Terkadang yang tinggi itu hati.

Yang paling tidak peka juga hati. Yang paling merasa benar juga hati. Meski orang sering  berkata ikuti kata hatimu, tetapi kadang hati terlalu merasa sudah benar walau nyatanya langkah yang diambil tidak tepat. Mungkin tentang hal lain, hati selalu lebih maju dibanding akal, tapi soal perasaan; hati sering kali menyebalkan.

Bilang rindu tapi malu.

Bilang benci tapi sayang.

Bilang cinta namun tak kuasa. Belum sempat bibir terucap, sudah ada yang lebih dulu mendekati.

Mungkin Mi Do bisa memberikan buku yang dia pegang saat ini untuk menggeplak kepala Kakaknya yang bukan main tinggi hati sekarang. Berhari-hari terkesan dingin, padahal dari matanya ada kerinduan. Berhari-hari bilang tidak akan berkunjung, tapi nyatanya setengah jiwa selalu menunggu kepulangannya.

Mi Do melirik Kyuhyun yang meski tengah membumbui sawi dengan bubuk kimchi, tetapi matanya memperhatikan bagaimana Juhyun di depan sana baru kembali dari belanja. Lalu, setelah si perempuan menghilang, Kyuhyun baru akan kembali fokus pada sawinya. Tidak, itu juga tidak fokus.

Bisa dilihat ada kekecewaan di sudut matanya.

Mi Do membanting bukunya keras. "Aku benci drama Korea."

"Kenapa?" Heechul menyahut, tidak setuju atas pemikiran Mi Do barusan. "Drama apa yang tidak kau suka?"

"Pemerannya menyebalkan."

Heechul sampai menyudahi kegiatan melap mejanya. "Drama apa?"

Mi Do mendengus sebal. "Si pria sombong dan gengsinya besar, Kak. Tidak mau mengakui kalau dia sudah jatuh cinta pada perempuan pemeran utama juga."

"Itu biasa. Nanti juga akhirnya mereka bersama."

"Bagaimana caranya?" Mi Do melirik punggung Kyuhyun dengan sangat tajam, bahkan bisa Kyuhyun rasakan auranya tanpa melihat. "Kalau sejak tadi dia hanya curi-curi pandang, tidak bergerak. Perempuan mana yang suka hal itu!"

Heechul berjengit mendengar nada tinggi Mi Do. "Kau ini menonton drama apa sih?"

"Drama Korea murahan!"

Kyuhyun menatap punggung Mi Do yang memilih naik ke atas, bukan dia bodoh, dia tahu Adiknya itu menyindirnya dengan keras barusan.

"Adikmu kenapa sih, Kyu?"

"Tidak tahu."

Heechul bisa resign sekarang juga.

Namun Kyuhyun memikirkan banyak hal. Apa benar dia sudah menyukai Juhyun? Secepat itu? Mereka bahkan belum genap 3 bulan bertemu sebagai tetangga, bagaimana bisa dia simpulkan perasaan ini sebagai rasa suka? Tapi semua ujaran Mi Do mengenai hatinya.

Dia tinggi hati? Dia gengsi?

Dia hanya mencoba memahami situasi, dan lagi Juhyun sudah ada yang mencintai. Pria di festival musik sudah menyatakan cinta lebih dulu, mereka lebih dulu bertemu, tentu saja Juhyun akan memilih seseorang yang pasti dibanding dirinya. Abu-abu.

Tapi ucapan Mi Do semuanya benar. Dia memang mencuri pandang sejak kembali dari festival musik. Selalu.

Memperhatikan Juhyun yang selalu berangkat pagi, pulang terkadang malam dan terkadang sore sudah di rumah. Selalu belanja bunga untuk toko musik, terkadang marah dengan Ayahnya dan terkadang berjalan bergandengan tangan sehabis sore. Kyuhyun hapal bagaimana perempuan itu akan menyapa beberapa anak-anak yang dilihat secara acak.

Perempuan itu terlalu cantik.

Bagaimana pun Kyuhyun coba tafsirkan, dia hanya akan berujung mengagumi Juhyun semata. Perempuan secantik itu tidak mungkin bersama dirinya.

Amin Paling Serius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang