24. anak dari surga (1)

101 14 1
                                    

Siang itu cukup mendung.

"Jadi, bagaimana rencana pernikahan mereka?"

"Tidak ada pesta," balas Mi Do merapikan meja kerjanya. Walau pun posisinya adalah seorang news anchor, tetapi dia juga memiliki bilik kerja sendiri. Mempersiapkan naskah berita atau bahan briefing dengan pimpinan redaksi setiap pagi.

Ja Sung bertumpu siku pada lengan bilik Mi Do. "Tidak ada pesta pernikahan?"

Mi Do mengingat kalau memang Kyuhyun dan Juhyun sudah sepakat tidak akan ada pesta pernikahan. Setelah momen lamaran hari itu, Kyuhyun inisiatif langsung mendaftarkan namanya dan Juhyun ke catatan sipil sebagai pasangan suami istri. Tapi karena suatu hal, urusan sipil tersebut baru akan selesai minggu depan.

"Tidak, katanya uang untuk pesta pernikahan akan disumbangkan. Mereka memilih membuat perayaan kecil di rooftop rumahku. Kau bisa datang minggu depan?"

Ja Sung cukup terkesan dengan jawaban Mi Do. Memang pemikiran orang yang sudah siap menikah mengagumkan baginya.

"Bisa. Aku bawa hadiah apa ya?"

Mereka bersiap untuk pulang kantor, agak masih sore karena memang jam segini mereka balik kalau tidak ada rapat mendadak dari pemred, namun memang ada rencana lain yang ingin mereka lakukan setelah ini.

Keduanya sama-sama berdiri di depan lift.

"Memangnya hadiah pernikahan biasanya apa?" Mi Do balik bertanya.

Ja Sung berpikir dulu. "Hm, mereka biasanya bertanya pada pengantinya dulu mau diberikan apa. Tapi, kebanyakan memberikan uang saja."

Mi Do mengangguk-angguk. Sejauh ini Kyuhyun dan Juhyun tidak membahas soal hadiah pernikahan, mereka hanya sibuk untuk mengurus pencatatan sipil dan menyiapkan perayaan kecil-kecilan. Ditambah dia juga sedang mempersiapkan pindah dari rumah Kakaknya itu, jadi tidak tahu banyak.

"Uang saja. Kakakku tidak suka banyak barang di rumah."

Ja Sung terkekeh. Pintu lift terbuka.

Mereka masuk di dalamnya.

"Omong-omong, Ibu juga bertanya kapan kau main ke rumah."

Mi Do membelak dengan pipi merona, dia tatap Ja Sung yang santai sekali reaksinya. "Hah? Kau cerita soal hubungan kita?"

Mereka pacaran, itu faktanya. Ja Sung mengangguk cepat.

"Ibu tidak banyak berkomentar hanya ingin bertemu denganmu. Dulu kau sering main ke rumah."

Mi Do ingat zaman sekolah dan awal kuliah dia selalu mampir ke rumah Ja Sung yang luar biasa indah itu. Namun karena terbatasnya waktu, dia jadi jarang ke sana lagi.

"Iya, nanti. Aku jadi deg-degan. Ini akan jadi pertemuan aku dan Bibi setelah kita pacaran."

Ja Sung tertawa. "Tenang saja. Ibu tidak akan bicara yang aneh-aneh. Ibu suka padamu. Ibu juga bertanya kau mau hadiah untuk pindahan rumah apa?"

Mi Do cukup tersipu mendengarnya. "Tidak usah, merepotkan. Bibi sudah membantu mencari apartement untukku sudah baik."

"Ibu akan memaksa kalau begitu."

"Bagaimana kalau hadiahnya mengizinkan putranya main ke apartementku?" tanya Mi Do mengerling.

Ja Sung gemas, tapi dia berusaha tidak terpengaruh. "Hm, kalau itu—aku akan pikir-pikir dulu."

Mi Do tertawa.

Pintu lift terbuka lagi, terlihat beberapa rekan kerja mereka dari divisi berbeda tampak mau turun juga.

Amin Paling Serius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang