Zhanghao langsung membuka matanya ketika merasa ada guyuran air yang membasahi kepalanya, nafasnya terengah-engah karena gelisah, ia ada dimana?
Pelan-pelan tangannya bergerak mengangkat tubuhnya yang tergeletak dilantai, detik berikutnya ia merasa kepalanya benar-benar sakit, dan dirinya kembali jatuh karena seluruh tubuhnya gemetar.
"Kau bangun lebih cepat dari dugaanku!"
Suara familiar itu berhasil mengingatkan Zhanghao akan kejadian di ruang makan, Mafia kejam itu kini duduk di kursi yang berada di atas podium, bersama putra pertama juga keluarga tunangannya.
Tapi Zhanghao tidak mempedulikan mereka, ia memilih untuk melihat Seunghwan yang ternyata masih pingsan di sebelahnya, wajah dan tubuh pria itu babak belur dan dipenuhi darah, apa sebelumnya seunghwan sempat melawan?
"Lee Seunghwan," panggil Zhanghao dengan suara parau, air mata pelan-pelan mengalir menuruni pipinya, "bangun Lee Seunghwan!" lanjutnya sambil menggoyangkan tubuh temannya.
Vuldabar berdecak, "aku benci melihat drama diantara dua orang yang mengaku sebagai teman!"
Zhanghao pura-pura tidak mendengar, ia lebih peduli membangunkan temannya dibandingkan harus berdebat dengan seorang Mafia.
Tapi ditengah situasi tersebut Zhanghao menyadari satu hal, kepalanya bergerak memperhatikan sekitar, di aula besar yang lampunya remang itu rupanya bukan hanya mereka berdua yang menjadi korban.
Tepat di belakang Zhanghao, berjajar puluhan manusia yang wajahnya selalu ia temui di Mansion ini, tubuh mereka tergeletak kaku dilantai, penuh darah, dan tentunya sudah tidak bernyawa.
Mereka adalah koki, pelayan dan beberapa penjaga yang selalu berpatroli, apa mereka juga mata-mata?
Zhanghao hampir tidak bisa bernafas.
Kenapa Vuldabar bisa sekejam ini pada manusia-manusia tidak bersalah yang hanya ingin menegakkan keadilan? apa Vuldabar tidak mempunyai hati nurani? apa dia masih bisa disebut manusia!?
"Zhanghao," Vuldabar menyebutkan nama Zhanghao sambil mengangkat selembar kertas, "kau adalah lulusan Universitas ternama yang pernah bekerja di salah satu firman hukum terkenal"
Zhanghao tidak menjawab, bagaimana bisa Vuldabar mendapatkan informasi itu?
"Beberapa bulan yang lalu kau sempat mengajukan gugatan pada hakim yang memutuskan persidangan kasus Perdana menteri, karena tidak terima kasus tersebut ditutup secara misterius," sambung Vuldabar, tangannya bergerak merobek kertas tersebut kemudian membuangnya.
"Kenapa? kau terkejut karena aku mengetahui segala hal tentangmu?" tanya Vuldabar.
Zhanghao tersenyum remeh mendengarnya.
"Orang-orangku bahkan berhasil menggali lebih dalam terkait masa lalu seorang yatim piatu, yang hidup dirumah penampungan milik perdana menteri, anak itu begitu setia sampai rela dipecat dari firma hukum dan berganti profesi menjadi detektif demi menuntaskan kasus tersebut!" Vuldabar menatap dingin.
Yah, sejak kecil Zhanghao memang seorang yatim piatu yang hidup di rumah penampungan milik mendiang Perdana menteri, disanalah Zhanghao tumbuh bersama anak-anak lain dan melanjutkan pendidikan karena di biayai oleh Perdana menteri.
Itulah alasan dibalik perjuangan Zhanghao yang rela menyamar menjadi seorang pelayan, dan masuk ke dalam Mansion Bhaguelle yang sangat berbahaya, demi menuntaskan kasus mendiang seorang pria baik yang telah menghidupinya.
Alexander Mun, atau yang kita semua kenal sebagai mendiang Perdana menteri.
"Dan lebih parah lagi, kau malah mengencani Hades," Vuldabar bangkit dari kursinya, "apa itu juga bagian dari rencanamu? atau kau sungguh jatuh hati pada musuhmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAFIA | BINHAO
Fanfiction21+ Seorang detektif menyamar menjadi pelayan di sebuah Mansion besar milik Mafia terkenal yang sangat kejam, ia berani mengambil resiko datang kesana karena ingin menyelidiki kasus pembunuhan Perdana menteri yang melibatkan Pemerintah dan keluarga...