Empat belas

5.2K 609 19
                                    

Mereka berdua saat ini sedang makan cemilan di rumah. Di ruang keluarga. Dengan Hana yang asik nonton tv dan Sunghoon mengerjakan sesuatu di laptopnya.

Sunghoon memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan yang kemudian mengeluarkan bunyi kretek. Hana menolehkan kepalanya ke Sunghoon.

"Om Sunghoon capek?"

Sunghoon tersenyum melihat mulut Hana yang penuh dengan chiki.

"Enggak kok. Hana, chikinya jangan banyak-banyak masukin ke mulut, bahaya loh."

Hana mengangguk lalu mengambil gelas di atas meja.

"Kalau om capek, om bisa minta tolong Sean buat pijit om. Sean jago pijit loh."

Jari-jari Sunghoon yang ada di atas keyboard berhenti mengetikkan sesuatu. Entah kenapa sekarang ia merasa antusias jika Hana membahas tentang Sean.

"Oh ya?"

Hana mengangguk, lalu masukkan makanan ke mulutnya.

"Terus Sean bisa apa lagi?"

"Mm..."

Hana berpikir sambil mengetuk-ngetukkan jari mungilnya ke toples cemilan.

"Banyak yang Sean bisa, om. Kayak, Sean bisa bikinin aku susu, bisa ikatin rambut aku banyak model, bisa gambar apapun yang aku minta, gambarnya juga bagus-bagus. Apa lagi ya..."

Hana kembali mengetukkan jari mungilnya tapi kali ini ke dagunya.

"Sean bisa nyanyi, bisa masak juga, Sean juga sering ajarin aku matematika sama bahasa inggris. Pokoknya banyak deh yang Sean ajarin ke aku."

Sunghoon terdiam. Ia memang marah ke Sean karna memanfaatkan rasa sedih dan kesepian Hana untuk jadi manusia. Tapi Sean seolah menebus rasa bersalahnya dengan melakukan sesuatu untuk Hana.

Dan Sunghoon merasa ia perlu mengucapkan terimakasih pada Sean. Karna sudah mau menjadi teman Hana, mengajak Hana bermain, mengajarinya sesuatu dan banyak hal lainnya.

Sunghoon mengernyit, ia baru ingat sesuatu.

"Makanya waktu itu Hana mau ditinggal sendiri di rumah ya? Karna ada Sean?"

Hana tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang putih.

"Iya, om. Jujur ya, aku nggak berani tinggal sendiri di rumah om."

"Bukannya Hana sering juga ya tinggal sendiri di rumah Hana?"

"Kan ada pak Jeon."

Ah benar.

Ada pak Jeon, satpam rumah mereka.

Lagian waktu itu Hana ditinggal sendiri nggak sampai malem, paling magriban Mina udah di rumah.

"Aku bersyukur banget waktu itu om beli Sean. Aku seneng banget Sean bisa temanin aku kalau mama sama papa nggak ada di rumah. Tapi aku sedih juga om."

Sunghoon menutup laptopnya, lalu meletakkannya di atas meja. Duduk mendekat ke Hana lalu mengusap pipi tembemnya.

"Sedih kenapa?"

"Aku pernah denger Sean nangis. Dia mau jadi manusia lagi katanya. Dia nggak mau jadi boneka lagi. Kalau jadi boneka dia nggak bisa bebas. Karna Sean punya batrai."

Mata Hana berkaca-kaca.

Sunghoon tertegun.

Yang Hana maksud, batrai yang ada di lengan kanannya Sean itu kan?

"Sean kalau udah banyak gerak, batrainya bakalan cepat habis, Sean nggak mau kayak gitu.

Om, kalau Sean jadi manusia lagi, dia pasti udah nggak mau temenan sama aku lagi kan? Dia pasti...pasti bakalan tinggalin aku sendirian. Aku bakalan kesepian lagi kan om?"

My Barbie Doll | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang