Dua puluh empat

5.3K 659 44
                                    

Sean keluar dari kamar mandi dan mendapati Sunghoon sedang memainkan hp nya. Jantung Sean terus saja berdetak kencang. Bayangan Sunghoon mengganti bajunya dan melihat seluruh tubuhnya buat Sean malu. Wajahnya pun memerah.

Menyadari Sean di sampingnya, Sunghoon mengunci hp lalu meletakkannya di meja.

"Besok pagi kita balik ke rumah, sekaligus jemput Hana. Dia pasti udah nggak sabar pengen ketemu kamu."

Sean mengangguk. "Saya juga nggak sabar pengen ketemu Hana."

Sean duduk di samping Sunghoon.

"Kamu udah tau jawabannya, kenapa batrai kamu bisa nambah?"

"Belum tau, om. Om sendiri?"

"Saya punya pemikiran. Tapi kayaknya ini agak konyol."

"Saya berubah jadi boneka aja itu udah konyol banget, om. Kayaknya apapun tentang saya pasti bakalan enggak masuk akal."

Sunghoon setuju.

"Mau denger pemikiran saya?"

Sean mengangguk. Menghadap Sunghoon sepenuhnya.

"Kamu ingat nggak, apa yang kita lakuin sebelum saya liat batrai kamu?"

"Om peluk saya sambil nangis."

Sunghoon terkekeh.
"Yang nangis nya jangan dibahas."

Sean ikut tertawa. Sebenarnya ia ingin bertanya, kenapa Sunghoon nangis. Tapi sekarang kayaknya bukan waktu yang tepat.

"Ini pemikiran pertama saya, pelukan bisa nambah batrai kamu."

Sean membalas tatapan Sunghoon.

"Saya juga mikir gitu tadi, om."

"Batrai kamu sekarang berapa?"

Sean mengangkat alisnya. Kenapa Sunghoon tiba-tiba tanya batrai?

Sean memutar lengan kanannya. 92%.
Mata Sunghoon pun ikut melihat.

"Nah, mau coba sesuatu?"

Sean mengernyit.
"Apaan om?"

"Saya bakal peluk kamu. Trus kita liat. Batrainya nambah nggak."

Sean sadar, jantungnya yang tadi agak ribut itu, sekarang malah tambah ribut. Tapi ia juga penasaran.

Sean mengangguk.

Lalu ia menahan nafasnya saat Sunghoon mulai mendekat lalu memeluknya. Sunghoon meletakkan dagunya di bahu Sean, kedua tangan Sunghoon melingkari tubuhnya. Tubuh mereka menempel.

Meskipun jantungnya ribut, tapi Sean merasa aman, nyaman, dan hangat. Kedua tangan Sean berada di samping kiri dan kanan Sunghoon. Enggak berani memeluknya lebih erat.

Sekitar dua menit mereka pelukan, Sunghoon pun melepasnya lalu segera meraih tangan kanan Sean tanpa menyadari ekspresi kecewa Sean.

Salahkah jika Sean ingin dipeluk seperti tadi lebih lama? Sean menatap mata Sunghoon, berharap. Tapi Sunghoon terlalu fokus ke tangannya. Ke batrainya. Membuat Sean tersenyum miris lalu melihat batrainya.

92%

Tidak bertambah.

"Bukan pelukan jawabannya."
Bisik Sean.

Rasa kecewa tadi bagai menelan suaranya.

Masih dengan posisi yang sama, Sunghoon tersenyum. Membelai pelan poni depan Sean.

"Mau dengar pemikiran saya yang kedua?"

Sean hanya tersenyum, lalu mengangguk pelan.

"Setelah kita pelukan, kamu masih ingat kita ngapain?"

My Barbie Doll | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang