Sean mendudukkan tubuhnya di sofa ruang keluarga dan diikuti Sunghoon yang duduk di depannya. Persis tadi waktu dia menjelaskan ke Sunghoon.
Bedanya, Sunghoon tampak lebih santai malam ini. Tatapannya pun tak setajam tadi pagi.
Sean menghirup pelan udara, lalu mengembuskannya perlahan. Malam ini, Sunghoon hanya menggunakan kaus berwarna hitam dengan celana lepis. Membuat Sunghoon terlihat lebih muda.
Omong-omong Sean belum tau umur Sunghoon. Nanti kalau ada keberanian, dia akan tanyakan.
Iya, kalau ada.
"Saya mungkin bakalan tanya sesuatu yang lebih sensitif. Saya harap kamu nggak tersinggung."
Sean mengangguk pelan. Kata berani itu langsung hilang begitu saja.
"Kamu bisa jadi manusia normal lagi?"
Sean terdiam. Jujur, ia bahkan nggak tau hidupnya bakalan jadi gimana.
Sean menggeleng pelan, "Saya nggak tau, om."
Sunghoon mengernyitkan dahinya.
"Kenapa nggak tau? Lia nggak kasih tau kamu?"
"Saya bahkan ragu kak Lia tau jawabannya."
"Kalau kamu ternyata bisa jadi manusia lagi, kamu pasti nggak bakalan butuh Hana lagi kan?"
Sean membeku.
Pertanyaan Sunghoon bener-bener bikin lidah Sean kelu.
Sunghoon bertanya dengan santai, tapi efeknya begitu tajam menggores perasaan Sean.
Dan, Sean akui, mungkin saja itu benar.
Untuk apa dia bersama Hana lagi kalau dia sudah jadi manusia. Bener, kan?
Sean tak bisa menjawab. Sunghoon menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.
"Udah saya duga. Apa yang kamu lakukan untuk Hana itu cuma untuk menembus rasa bersalah kamu atau mungkin itu cara kamu berterima kasih sama Hana. Kamu, nggak bener-bener peduli sama dia.
Tadinya saya mau berterima kasih sama kamu, karna kamu udah mau temani Hana main, kamu ngerti perasaannya. In the end, that's how you say thank to her."
Sean tau, apa yang Sunghoon katakan sangat-sangat menyakiti hatinya. Karna ia berani bersumpah, ia bener-bener sayang sama Hana. Bener-bener peduli sama perasaan Hana. Bahkan ia rela menemani Hana malam itu supaya Hana nggak ketakutan sendirian. Padahal batrainya sudah dibawah 10%. Yang artinya riskan baginya untuk tetap dalam bentuk manusia.
Tapi nggak menutup kemungkinan pada akhirnya ia akan meninggalkan Hana. Ia mungkin saja akan menyakiti hati gadis kecil itu melebihi apa yang sudah orang tuanya lakukan.
Jadi, Sean tak membela diri. Semuanya masih abu-abu.
"Apa yang om katakan itu bisa jadi benar, bisa juga nggak. Saya juga nggak bisa janjiin apa-apa sama Hana. Kalau akhirnya aja saya nggak tau. Tapi satu hal yang pasti, selagi saya di sini, sama Hana. Saya bakalan ngelakuin apapun supaya Hana seneng dan nggak ngerasa kesepian. Dan juga..."
Sean terdiam sebentar.
"Saya cuma bisa janjiin satu hal."
Sunghoon menaikkan alis kirinya. Menunggu Sean.
"Kalaupun suatu hari saya bisa balik jadi manusia normal lagi, hari itu saya pastiin semuanya udah baik-baik aja. Hana udah bareng-bareng lagi sama kedua orang tuanya. Jadi Hana nggak akan terlalu kaget atau sedih waktu saya pergi."
Suara Sean terdengar yakin dan pasti. Dan Sunghoon akan menyimpan janji itu. Akan ia tagih suatu hari jika Sean melanggarnya.
Sunghoon menghembuskan napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Barbie Doll | Sunsun's story
Fiksi PenggemarTitle : My Barbie Doll Genre : romance, fantasy Rate : 18+ (contain mature scenes) Sinopsis: Karna request dari ponakan satu-satunya yang sedang berulang tahun untuk dibelikan kado boneka barbie laki-laki, Sunghoon pun membelikan sebuah boneka limit...