Dua puluh tiga

5.2K 594 14
                                    

Sunghoon terbangun, ia meregangkan tangannya ke atas. Lalu memiringkan kepalanya ke arah kiri. Sean masih menjadi boneka. Artinya, batrainya belum full.

Kriukk...

Perut Sunghoon bunyi. Dengan pelan Sunghoon duduk di sofa lalu mengambil kertas menu makanan di atas meja. Ia harus makan. Tenaganya sudah terkuras habis tadi.

Sunghoon mengangkat ganggang telpon, menekan nomor untuk restoran hotel, lalu menyebutkan menu. Sekaligus untuk Sean.

Selagi menunggu makanan diantar, Sunghoon menuju balkon, membuka pintunya. Ternyata di luar udah gelap. Sunghoon melihat jam di hp nya.  Jam tujuh lewat.

Jam berapa mereka sampai di hotel?

Entah lah, Sunghoon nggak peduli. Ada hal penting yang harus Sunghoon pikirkan.

Misalnya, kenapa batrai Sean bisa bertambah? Apa yang terjadi? Apakah keajaiban yang datang secara tiba-tiba?

Sunghoon selalu percaya keajaiban selalu datang setelah usaha. Tetapi, apa usahanya dalam menolong Sean?

Jawabannya tidak ada.
Tidak ada yang bisa Sunghoon lakukan tadi ketika melihat tubuh Sean yang semakin dingin dan lemas. Jadi tidak mungkin keajaiban itu datang tanpa usaha.

Apa yang terjadi tadi? Apa yang ia atau Sean lakukan sebelum batrainya bertambah? Sunghoon memutar kembali kejadian beberapa jam yang lalu itu.

Sebelum ia melihat batrai Sean, ia waktu itu sedang memeluk Sean. Apakah memeluk bisa menambah batrai?

Selain memeluk? Sunghoon juga...

Ah iya, ia mencium Sean.
Jadi, apakah mencium juga bisa menambah batrai?

Kedengarannya nggak masuk akal.

Sunghoon menolehkan kepalanya ke arah Sean. Ia harus membuktikan sendiri. Apakah memeluk atau mencium bisa menambah batrai Sean.

Setelah makan, Sunghoon memutuskan untuk mengirim chat di grup kelas yang ia ajar besok. Bahwa ia nggak bisa hadir. Jadi kelas di tunda dan akan dikabari segera kapannya.

Meskipun sekarang masih jam 9, Sunghoon memutuskan untuk lanjut tidur. Karna jujur, Seluruh tubuhnya ngilu semua, kakinya juga sakit. Tubuhnya pun belum sepenuhnya bugar.
Dalam hitungan detik, Sunghoon terlelap.
---------------------------------------------

Sean membuka matanya perlahan. Lalu menggeliat. Dengan perlahan ia duduk lalu termenung.

Jam berapa sekarang? Sudah berapa lama ia tidur? Yang jelas, tubuhnya bisa berubah lagi jadi manusia kalau batrainya sudah full.

Sean berdiri, agak linglung sebentar. Mungkin karna efek lelah dan lemas tadi.
Ia mendekat ke meja, ada makanan masih ter-wrap plastik. Mungkin itu makanan yang Sunghoon pesankan untuknya. Karna di samping makanan utuh itu ada piring kotor, artinya Sunghoon udah makan.

Sean duduk di sofa, makan dengan perlahan, takut Sunghoon terbangun. Setelah makan, ia minun susu coklat yang gelasnya juga masih ada wrap nya. Ia mengernyit saat susu yang sudah dingin itu masuk ke kerongkongannya.

Hah

Ia kenyang.

Sean melihat ke kasur. Nggak mungkin ia tidur lagi. Tidur setelah makan bakal nyebabin penyakin diabetes, lagian kalau batrainya full, ia nggak akan bisa tidur.

Mata Sean melihat gorden yang tidak ditutup sempurna, ia berjalan mendekat lalu menyibak gorden itu. Balkon. Sean tersenyum. Sepertinya melihat-lihat keadaan di malam hari di balkon lumayan menyenangkan.

Sean membuka pintu balkon, lalu menyandar di dinding pembatas. Udara malam yang dingin dan lembab langsung menyapa kulit wajahnya. Sean menutup mata.

Berada di sini detik ini seperti sebuah keajaiban. Nggak pernah terpikirkan oleh Sean bahwa dirinya akan selamat dari maut seperti tadi. Dirinya nyaris mati.

My Barbie Doll | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang