"Baiklah kalau tidak ada yang ditanyakan, kita akhiri rapat kita hari ini. Jangan lupa batas waktu yang diberikan, semakin cepat selesai semakin baik. Habis dari sini kita makan di kantin ya."
Heeseung menutup rapat dan segera membereskan berkas-berkas yang terletak di atas meja.
"Pak Heeseung, kalau saya tidak makan di kantin, gimana pak? Saya agak kurang enak badan soalnya."
Sunghoon menghampiri Heeseung. Berharap sehabis ini langsung pulang.
"Wah pak Sunghoon, sekarang menu kantin ada sup loh, sup panas bisa bikin badan baikan. Dicoba dulu pak Sunghoon, siapa tau pak Sunghoon bisa agak lebih baik."
Sunghoon hanya bisa meringis. Lalu mengikuti langkah Heeseung menuju kantin. Heeseung memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela dan Sunghoon duduk di kursi yang menghadap langsung ke jendela, tepatnya menghadap ke gedung jurusannya sendiri.
Setelah gantian mengambil makanan dengan Heeseung, mereka pun makan dengan tenang, sampai dua buah kursi ditarik hampir bersamaan oleh dua orang.
"Boleh kami gabung pak Heeseung, pak Sunghoon?"
"Oh pak Jay, pak Jake. Silahkan silahkan. Rame begini lebih seru."
Sunghoon agaknya kurang nyaman, tapi seperti yang Heeseung bilang waktu itu, ia harus mencoba untuk berbaur dengan dosen lain.
Mereka makan dengan tenang dan diselingi obrolan random sampai mata Sunghoon menangkap sosok orang yang sudah seminggu ini tidak dilihatnya. Orang yang tiga bulan ini hidup dengannya, orang yang sangat dia rindukan.
Tanpa bisa dikontrol, tatapan Sunghoon mengikuti setiap pergerakan orang itu. Dari dia berjalan sampai berhenti waktu orang-orang terkejut lalu memeluknya. Tangan Sunghoon terkepal. Bibirnya mengatup rapat. Jantungnya berdegup dengan cepat.
Sunghoon, entahlah. Ia tak ingin melihat pemandangan itu. Tapi, ia ingin. Bagaimana cara menjelaskannya?
"Pak Sunghoon sedang lihat Sunoo ya?"
Suara berat Jay di dekat telinganya langsung membuat Sunghoon agak menjauh, dengan gugup ia menoleh ke Jay.
"Oh itu, itu saya ngerasa dia f-familiar."
"Dia yang pakai kemeja hitam ya?"Kini, suara Jake yang terdengar.
Sunghoon mengangguk. Tak percaya, ia tertangkap basah oleh dua sahabat ini.
"Dia mahasiswa yang hilang itu ya pak Jay?"
Gantian Heeseung yang bersuara.
Jay meletakkan sendoknya, lalu menghela napas.
"Iya pak Heeseung."
"Wah, dia udah balik ya. Jadi, kemana dia tiga bulan ini?"Jay menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Matanya juga ikut mengikuti setiap pergerakan Sunoo yang sedang menghadapi keterkejutan teman-temannya.
"Ini agak sulit dijelaskan pak Heeseung."
"Oh ya? Kalau pak Jay tidak keberatan, boleh saya tau?"Jay menatap Heeseung lalu Sunghoon. Lalu kemudian mengangguk.
"Seminggu yang lalu skitar jam 6 sore saya ditelpon salah satu mahasiswa saya yang kebetulan teman dekat Sunoo. Dia bilang, ada yang nemuin Sunoo di dekat tong sampah taman kota. Waktu saya ditelpon, Sunoo udah di rumah sakit dalam keadaan lemah."
Dahi Sunghoon mengernyit. Cerita ini, sama sekali baru baginya. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sunoo hari itu.
"Nah jadi saya ke rumah sakit buat cek keadaan Sunoo. Kata temennya, Sunoo ditemuin dalam keadaan pingsan, untungnya pakaiannya utuh. Anehnya, ada selimut yang nutupin badan Sunoo. Kayak...ada yang sengaja nempatin Sunoo di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Barbie Doll | Sunsun's story
FanfictionTitle : My Barbie Doll Genre : romance, fantasy Rate : 18+ (contain mature scenes) Sinopsis: Karna request dari ponakan satu-satunya yang sedang berulang tahun untuk dibelikan kado boneka barbie laki-laki, Sunghoon pun membelikan sebuah boneka limit...