Empat

6K 649 27
                                    

"Maaf banget ya Hoon. Kakak ngerepotin terus. Ini tu salah satu wishlist kakak tahun ini bisa kerja sama bareng designer Jepang."

Sunghoon meminum kopinya. Ia bosan. Template nya selalu sama. Maaf. Ngerepotin. Wishlist tahun ini. Selalu begitu.

"Iya, nggak papa kok. Aku juga nggak repot. Soalnya belum musim ujian."

"Kakak janji, nanti kalau produknya udah launching, kakak kasih apapun yang kamu suka."

Sebagian besar pakaian Sunghoon emang sponsor dari kakaknya. Entah itu brandnya sendiri atau bareng dengan designer lain.

"Nggak usah. Pakaian ku udah banyak banget dari kakak. Serasa model pribadi kakak aku jadinya.

Lagian aku seneng kok ngurus Hana. Dia juga udah aku anggap anak sendiri."

Saking seringnya Hana bareng dia, Sunghoon jadi ngerasa yang jadi bapaknya Hana itu dia.

"Untuk seminggu ini aja ya. Kakak juga udah kasih tau papanya kalau dia punya waktu luang, temani Hana jalan-jalan."

Sunghoon menghela napas. Jangan berharap apapun sama Jimin.

Kadang Sunghoon ngerasa, rasa sayangnya ke Hana lebih besar daripada rasa sayang Jimin ke Hana.

Bahkan mungkin aja waktunya bareng Hana bisa lebih banyak dibanding Jimin.

"Kayak bang Jimin bisa aja."

"Hoon jangan gitu. Oh iya ini nanti kamu yang ke rumah kakak atau Hana yang ke rumah kamu?"

"Hana aja yang ke rumah aku."

"Bisa tolong kamu aja yang jemput barang-barangnya ke rumah? Kakak cuma kosong satu jam ini. Takut nggak kekejar nanti."

Hadeh.

Rasa ingin memaki.

Tapi takut durhaka.

"Iya, ini aku lagi sama Hana juga kok.
Habis makan tadi."

"Yaudah kakak tutup ya. Kakak mau makan dulu."

Sunghoon meletakkan hp nya di meja. Saat ini mereka ada di rumah Sunghoon. Hana sedang asik nonton tv.

Sunghoon mendekati Hana.

"Hana."

Yang dipanggil langsung noleh.

"Iya om?"

"Malam ini sampai seminggu ke depan, Hana tidur di sini ya."

Hana terdiam.

"Hana mau kan?"

"Mama sama papa bener-bener nggak pulang ke rumah ya?"

Sunghoon mengusap pelan pipi tembem Hana.

"Pulang kok, tapi malam banget. Nggak mungkin Hana sendirian kan?"

Hana mengangguk. Ia mengerti.

Mama dan papanya sedang sibuk. Jika ia rewel, ia hanya akan menyusahkan orang-orang.

"Kapan ambil baju aku?"

"Sekarang mau?"

Hana mengangguk lagi.

"Ayo om."
-------------------------------------------

"Baju seragamnya udah?"

"Udah."

"Baju tidur?"

"Udah juga."

"Daleman Hana?"

"Ih om, kan aku malu."

"Om kan cuma nanya, udah di simpan belum?"

"Udahh."

Sunghoon terkekeh melihat ekspresi Hana.

"Susu udah?"

Hana mengangguk.

"Tas sama buku belajar?"

"Udah nih."

Hana mengangkat tas tangannya. Sedangkan tas untuk menyimpan baju-bajunya di pegang Sunghoon.

"Ada lagi nggak kira-kira?"

"Aku bawa Sean ya?"

Sunghoon melihat ke kasur. Tempat boneka itu di dudukkan.

"Boleh. Masukin ke tas aja."

"Masa di dalam tas, nanti Sean nggak bisa napas dong om."

Terkadang logika anak usia lima tahun belum jalan ya.

"Sini om pegang aja."

Hana menggeleng, ia mengambil Sean dengan hati-hati. Lalu memeluknya.

"Enggak, biar aku aja. Nanti om kasar."

Sunghoon menggaruk kepalanya. Bisa-bisanya Hana berkata seperti itu.

"Yuk kita berangkat."

Di dalam mobil, Hana duduk di samping Sunghoon. Sedangkan Sean didudukkan di atas perutnya.

"Aku ada kamar sendiri kan?"

"Nggak mau tidur sama om aja?"

"Enggak, om tidur ngorok."

"Berani emang Hana tidur sendiri?"

"Kan di rumah aku juga tidur sendiri, lagian ada Sean."

Hana mengelus boneka dengan rambut pink itu. Agaknya Sunghoon ngerasa senang. Hadiah pemberiannya sangat disukai Hana.

Tiba-tiba Sunghoon kepikiran sesuatu.

"Kenapa Sean aja yang dibawa? Boneka Hana yang lain gimana? Apa udah bosan?"

Hana menatap bonekanya itu sambil tersenyum.

"Sean kan laki-laki sendiri. Kalau ditinggal, nanti dia digodain."

"Bagus dong, tandanya Sean jadi idola."

Hana menggeleng.

"Enggak boleh om. Sean agak pemalu."

Sunghoon mulai terkekeh. Hana membicarakan Sean seakan-akan Sean adalah seorang manusia.

"Om, aku mau tanya. Kemaren om beli Sean dimana?"

"Kenapa emang?"

"Aku mau beli baju buat Sean. Bajunya cuma tiga. Sedangkan dia mandinya tiap hari."

Sunghoon mengarahkan tatapannya ke boneka yang ada di atas perut Hana itu, lalu kemudan menatap Hana.

"Sean mandi juga?"

Hana mengangguk.

"Sean nggak suka kotor. Jadi aku mandiin dia tiap hari."

"Pakai sabun sampo juga?"

Hana mengangguk semangat.

"Iya, sabun sama sampo aku. Sean seneng tau om sama sabun aku. Wangi katanya."

Sunghoon mengangguk-angguk. Hal biasa kan seorang anak kecil bicara seolah-olah dia bisa mendengar bonekanya bicara.

Sunghoon sudah biasa melihat Hana yang menjalankan dua boneka sekaligus lalu membuat dialog seolah-olah bonekanya itu yang berbicara. Jadi Sunghoon nggak heran kalau Hana bilang begitu.

"Besok pulang sekolah om antar ke tokonya."

Hana tersenyum lebar.

"Sama parfum juga ya? Parfum yang kemaren udah habis. Sean kalau make suka banyak-banyak."
----------------------------------------------

Haloo
Ada yang tungguin cerita ini nggak ya?
Aku doble update nih

Enjoy!!

My Barbie Doll | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang