Chapter 3 - Echoes of the Unseen

1.6K 95 27
                                    

MERRY melangkah keluar dari Sayap Rumah Sakit dengan langkah perlahan, perasaannya bercampur aduk antara rasa lega dan kecemasan yang masih menggantung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MERRY melangkah keluar dari Sayap Rumah Sakit dengan langkah perlahan, perasaannya bercampur aduk antara rasa lega dan kecemasan yang masih menggantung. Udara pagi yang sejuk menyapu wajahnya, tapi tak mampu mengusir bayangan ketegangan yang menyelimuti pikirannya sejak melihat kondisi Harry. Meski Harry sudah mulai membaik—tulang-tulangnya yang sempat hilang kini perlahan tumbuh kembali—Merry masih merasakan beban yang tak sepenuhnya hilang.

Di sebelahnya, Hermione berjalan dalam keheningan yang canggung. Mereka tidak saling berbicara, hanya suara langkah kaki yang memantul di koridor batu yang sunyi menemani mereka. Beberapa kali Hermione melirik ke arah Merry, seolah ingin membuka percakapan, namun ada sesuatu yang menahan lidahnya. Mereka berdua tahu, tidak ada kata-kata yang cukup untuk meringankan kekhawatiran yang mereka bawa.

Ron, yang memutuskan untuk tetap berada di sisi Harry, memilih untuk menunggu di dalam. Harry mungkin sudah berangsur pulih, tapi kekhawatiran Ron tak kunjung surut. Keputusan itu meninggalkan Merry dan Hermione dalam kesunyian, terbenam dalam pikiran mereka masing-masing. Bagi Merry, keheningan itu terasa seperti peringatan samar—rasa takut yang perlahan tapi pasti terus menggerogoti, meski wajahnya tetap tegar dan dingin. Di dalam dirinya, ada kehancuran yang merayap pelan, menyelinap di balik lapisan perlindungan yang dia bangun dengan hati-hati.

"Dimana kira-kira letak Kamar Rahasia itu, apa kau punya gagasan?" Merry akhirnya memecah kesunyian, suaranya datar namun penuh tekanan.

"Entahlah." Hermione menjawab pelan, suaranya hampir berbisik. "Dumbledore bahkan tak bisa menyembuhkan Nyonya Norris. Itu membuatku berpikir, apa pun yang menyerangnya mungkin bukan—yah—manusia."

Sementara saat Hermione bicara, tanpa disadari, mereka membelok di sudut dan tiba-tiba saja sudah berada di koridor tempat terjadinya serangan. Langkah mereka berhenti serempak, pandangan mereka menyapu tempat yang terasa begitu mencekam. Koridor itu tampak sama seperti malam kejadian—dingin dan sunyi, kecuali kucing kaku yang kini sudah tak lagi tergantung dari tancapan obor. Hanya kursi kosong yang tersisa di depan dinding bertuliskan "Kamar Rahasia Telah Dibuka." Tempat di mana Filch biasa berjaga dengan wajah penuh kemarahan.

Mereka saling bertatapan sejenak, merasakan kehampaan yang melingkupi koridor. Tidak ada suara, tidak ada gerakan, seolah tempat itu terjebak dalam waktu yang membeku.

"Tak ada salahnya melihat-lihat," kata Merry tiba-tiba, suaranya lebih mantap. Dia berjongkok, merangkak di lantai dingin, mencari petunjuk yang mungkin tertinggal. "Lihat bekas terbakar ini—di sini, dan di sini..." suaranya berbisik penuh penemuan, matanya menyelidik setiap inci lantai yang dia periksa.

"Lihat ini!" seru Hermione tiba-tiba, nadanya penuh keheranan.

Merry menyeberang mendekat, berdiri di samping Hermione yang menatap dengan tajam ke arah ambang jendela di sebelah tulisan di dinding. Di sana, kira-kira dua puluh laba-laba kecil berjalan tergesa-gesa, berusaha keluar melalui celah sempit di jendela. Benang panjang keperakan menggantung seperti tali, seolah-olah para laba-laba itu sedang terburu-buru melarikan diri dari sesuatu yang tidak kasat mata.

THE SPECIAL ONE (Mattheo Riddle) (Draco Malfoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang