KETIKA matahari telah tenggelam di balik pepohonan Hutan Terlarang, hanya puncak-puncak yang masih memantulkan cahaya terakhir senja. Merry memutuskan untuk kembali ke kastil setelah menghabiskan waktu membaca di tepi danau. Angin senja berhembus, membawa kesejukan yang meresap hingga ke tulangnya, namun tak cukup untuk menenangkan pikirannya yang penuh dengan renungan.
Langkah Merry terhenti di pintu masuk kastil, memandangi pendaran cahaya senja yang terakhir sebelum menghilang sepenuhnya. Dia menarik napas dalam-dalam, menikmati sejenak kedamaian yang langka, sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam kastil, membiarkan kegelapan yang mulai menyelimuti ruang-ruang batu yang dingin. Sepanjang koridor, bayangan dinding tinggi menjulang seperti sosok-sosok tak kasat mata yang mengawasi setiap gerakannya dengan rasa ingin tahu yang tersembunyi.
Tak lama kemudian, langkah-langkah kaki lain terdengar dari ujung koridor yang remang-remang. Dari balik sudut, Harry muncul dengan senyum ceria menghiasi wajahnya. Mata hijau yang begitu mirip dengan milik Merry tampak bersinar dalam kegelapan. Tanpa ragu, dia menyapa Merry dengan kehangatan yang menguar.
"Merry!" panggil Harry sambil mendekatinya. "Kenapa kau di sini sendirian?" tanyanya, meskipun nadanya lebih menunjukkan rasa senang daripada kekhawatiran.
"Hanya ingin mencari ketenangan sejenak," jawabnya pelan. Namun sebelum Merry sempat menambahkan sesuatu, Harry menatapnya dengan senyum penuh arti, kemudian menunduk sedikit, memegang kepala Merry dengan lembut.
"Kau tahu, Malfoy punya selera yang bagus. Kau memang cantik," katanya tiba-tiba, membuat Merry tersentak. Nada suara Harry yang ringan membuat kalimat itu terdengar seperti fakta yang sudah diketahui semua orang, kecuali mungkin oleh Merry sendiri.
Merry terdiam, bingung dengan pernyataan tak terduga dari kakaknya itu. "Apa..." gumamnya ragu, namun Harry sudah melangkah pergi, senyum masih menghiasi wajahnya.
"Harry!" panggil Merry, suaranya mengandung keingintahuan yang mendesak, membuat Harry berhenti dan berbalik.
"Merry!" balas Harry.
"Kau mau ke mana?" tanya Merry, pandangannya tak lepas dari sosok kakaknya.
Harry tersenyum, kali ini lebih lembut, dan menjawab, "Aku ingin menemui Hagrid. Aku pikir, aku bisa menghiburnya dalam pemakaman Aragog."
Merry hanya bisa memandang Harry dengan tatapan bingung saat dia berjalan menjauh, langkah-langkahnya bergema lembut di sepanjang koridor yang sepi. Dalam keheningan yang menyusul, Merry masih merasa tak yakin dengan apa yang baru saja terjadi. Namun, dia tak punya waktu untuk merenung lebih jauh.
Menghela napas panjang, Merry melanjutkan perjalanannya ke Slytherin Dungeon. Meskipun pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan, langkah kakinya tetap mantap. Malam itu, dia tahu akan ada lebih banyak hal yang harus dihadapi, baik di dalam kastil maupun dalam benaknya sendiri.
Sesampainya di ruang bawah tanah, Merry berhenti di depan tembok kosong yang tersembunyi di ujung koridor yang sepi. Dia menyebutkan kata sandi dengan tenang. Sebuah ular batu muncul dari lantai, melengkung dengan gerakan halus, membentuk terowongan yang mengarah ke Ruang Rekreasi Slytherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SPECIAL ONE (Mattheo Riddle) (Draco Malfoy)
Fanfic🎃 (DALAM TAHAP REVISI) 🎃 What if? Harry Potter have a Twin Sister. Seorang penyihir muda tumbuh dalam bayang-bayang saudaranya yang terkenal. Namun, dia menyimpan kekuatan gelap yang jauh lebih besar dari yang orang lain bayangkan, terhubung denga...