Chapter 10 - Patronus

650 52 2
                                    

PERTANDINGAN Quidditch sudah tidak mungkin ditunda lagi, anak-anak Gryffindor mulai terlihat resah, apalagi melihat kemenangan Slytherin tiga kali berturut-turut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PERTANDINGAN Quidditch sudah tidak mungkin ditunda lagi, anak-anak Gryffindor mulai terlihat resah, apalagi melihat kemenangan Slytherin tiga kali berturut-turut. Semangat Wood terlihat padam, begitu pula dengan Harry.

"Aku sudah berpikir selama liburan Natal, Harry. Sesudah pertandingan yang terakhir, kau tahu, kan. Kalau Dementor-dementor datang ke pertandingan berikutnya... maksudku... riskan sekali bagi team kita kalau kau—yah..." Wood berhenti, serbasalah.

"Aku sedang berusaha mengatasinya," kata Harry cepat-cepat. "Professor Lupin berjanji akan melatihku menangkal Dementor. Kami mestinya mulai minggu ini, dia bilang dia punya waktu sesudah Natal."

"Ah," kata Wood, wajahnya berubah cerah. "Yah, kalau begitu—aku sebetulnya tak mau kehilangan kau sebagai Seeker, Harry. Dan sudahkah kau memesan sapu baru?"

"Belum," kata Harry.

"Apa! Sebaiknya kau segera pesan— mana mungkin kau naik Bintang Jatuh untuk menghadapi Ravenclaw!"

Harry hanya terdiam, tidak tahu mau menjawab apa.

"Professor McGonagall sudah menyuruhmu untuk segera membeli sapu terbang, bagaimana dengan Nimbus 2001?" kata Wood lagi.

"Aku tidak akan membeli apapun yang menurut Malfoy itu bagus." jawab Harry cepat, dan sedikit kesal lalu meninggalkan Menara Gryffindor.

Pelajaran Pertahanan terhadap Ilmu Hitam-lah yang ditunggu-tunggu Harry setelah percakapannya dengan Wood. Dia sudah ingin memulai pelajaran Anti-Dementor-nya sesegera mungkin.

"Ah, ya," kata Lupin, ketika Harry mengingatkan-nya pada akhir pelajaran. "Sebentar kucek... bagaimana kalau Kamis malam pukul delapan? Ruang kelas Sejarah Sihir mestinya cukup besar... aku harus berhati-hati memikirkan bagaimana kita melakukan-nya... kita tak bisa membawa Dementor asli ke dalam kastil untuk berlatih..."

"Kelihatannya dia masih sakit, ya?" kata Ron, sementara mereka berjalan menyusuri koridor untuk makan malam.

"Menurutmu sakit apa sih?"

Terdengar puh keras dan tak sabar dari belakang mereka. Ternyata Hermione, yang duduk, membereskan tasnya, yang begitu penuh buku sehingga tak bisa ditutup.

"Kenapa kau mem-puh kami?" tanya Ron jengkel.

"Tidak kenapa-napa," kata Hermione angkuh, dengan susah payah mengangkat tasnya ke bahu.

"Tapi kau bilang puh," kata Ron. "Aku bertanya Lupin sakit apa, dan kau..."

"Bukankah sudah jelas?" tukas Hermione, dengan pandangan sok tahu yang sangat menjengkelkan.

"Kalau tidak mau kasih tahu, ya tidak usah," bentak Ron.

"Baik," kata Hermione sombong, seraya pergi.

"Dia tidak tahu," kata Ron, memandang Hermione dengan sebal. "Dia cuma berusaha supaya kita bicara lagi dengan dia."

...

THE SPECIAL ONE (Mattheo Riddle) (Draco Malfoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang