KURANG dari sebulan lagi ujian tiba dan setiap waktu luang dicurahkan untuk mengulang pelajaran, pikiran Merry sepertinya begitu jenuh, otaknya yang bekerja terlalu keras menghadiahkannya kebanyakan waktu dengan mimpi-mimpi bodoh tentang ujian. Sebenarnya dia sangat ingin tahu tentang apa yang tersembunyi di balik tembok tempat dia mendengar bisikan-bisikan semalam.
Sehingga malam keesokan harinya dia menyusuri koridor Slytherin Dungeon itu sekali lagi, berharap menemukan sebuah jawaban. Tetapi suara-suara bisikan itu tidak lagi terdengar olehnya, membuat dia harus kembali ke asrama dengan kekecewaan karena tidak menemukan petunjuk apapun disana.
Pertandingan akhir musim Quidditch, Gryffindor lawan Ravenclaw, akan berlangsung pada akhir pekan terakhir di bulan April. Walaupun Ravenclaw telah dikalahkan dengan selisih angka sedikit oleh Slytherin pada pertandingan terakhir mereka, anak-anak Gryffindor tidak berani mengharapkan kemenangan. Karena untuk mendapatkan Piala Quidditch, Gryffindor masih harus mengalahkan angka Slytherin yang sangat mustahil untuk dikejar.
Luna Lovegood berjalan dengan santai menyusul Harry dan Hermione dengan apa yang tampak seperti seekor elang hidup bertengger di atas kepalanya. Melewati sekumpulan anak-anak Slytherin yang terkekeh-kekeh dan menunjuk-nunjuk.
Hari itu cerah dan menyenangkan. Tetapi tidak yang dirasakan Merry karena kengerian menyelimuti sebagian dari dirinya, kalau Gryffindor kalah dari Ravenclaw, Piala Quidditch akan menjadi milik Ravenclaw; artinya seluruh anak-anak Slytherin mengharapkan Ravenclaw kalah. Tribun penonton mulai penuh dan Umbridge membuat seluruh Regu Penyelidik duduk bersamanya di tribun para guru.
"Dan mereka berangkat!" kata Lee. "Dan Davies segera mengambil Quaffle, Kapten Ravenclaw Davies dengan Quaffle, dia mengelak dari Johnson, dia mengelak dari Bell, dia juga mengelak dari Spinnet... dia langsung menuju gawang! Dia akan menembak — dan — dan—" Lee menyumpah-nyumpah dengan sangat keras. "Dan dia mencetak nilai."
Bisa diramalkan, anak-anak Slytherin di sisi lain tribun mulai bernyanyi: "Weasley tak bisa menyelamatkan apapun, dia tak bisa memblokir sebuah gawang."
Seiring berjalannya pertandingan, gemuruh suara anak-anak Gryffindor dari tribun lain tidak mau kalah. Mereka mulai bernyanyi: "Weasley adalah Raja kami, Weasley adalah Raja kami, Dia tidak membiarkan Quaffle masuk, Weasley adalah Raja kami..." Bersamaan dengan Ron yang berhasil mempertahankan pertahanan gawangnya. Dengan hasil akhir Gryffindor menang melawan Ravenclaw, karena Ginny berhasil menangkap Snitch di bawah hidung Cho. Sehingga membuat Cho marah dan menghantamkan sapunya ke tanah. Secara tidak langsung Ginny menyelamatkan angka Slytherin yang tahun ini dinobatkan menjadi pemenang dan Gryffindor menduduki urutan kedua.
"Weasley tak bisa menyelamatkan apapun, Dia tak bisa memblokir sebuah gawang, Itulah sebabnya anak-anak Slytherin semua bernyanyi: Weasley adalah Raja kami."
Lagu itu semakin keras, asalnya dari kerumunan anak-anak Slytherin yang memakai warna hijau dan perak, yang bergerak lambat-lambat menuju kastil, sambil mengangkat sebuah figur tunggal di atas banyak bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SPECIAL ONE (Mattheo Riddle) (Draco Malfoy)
Fanfiction🎃 (DALAM TAHAP REVISI) 🎃 What if? Harry Potter have a Twin Sister. Seorang penyihir muda tumbuh dalam bayang-bayang saudaranya yang terkenal. Namun, dia menyimpan kekuatan gelap yang jauh lebih besar dari yang orang lain bayangkan, terhubung denga...