AKHIR minggu berikutnya, Blaise bergabung dengan Daphne dan anak-anak kelas enam lainnya yang akan berusia tujuh belas tahun pada saat ujian dua minggu lagi. Merry merasa agak iri memandang mereka semua bersiap-siap berangkat ke desa. Dia sudah rindu berjalan-jalan ke sana, dan hari itu kebetulan hari yang cerah di musim semi, salah satu langit tak berawan pertama yang mereka lihat setelah lama sekali suram terus. Meskipun demikian, dia telah memutuskan akan menggunakan waktunya untuk membaca buku yang di berikan Draco tempo hari di perpustakaan.
"Pastinya buku itu akan sangat membantumu." kata Daphne, ketika Merry memberitahu rencananya ini kepadanya.
"Draco selalu punya segala hal yang diperlukan," kata Blaise menyeringai menggoda. Dan ini memang benar, Merry mendapati pipinya merona.
"Dia hanya berusaha memamerkan apa yang dimilikinya seperti biasanya." kata Merry. Sementara Blaise tak bisa lebih serius lagi untuk tersenyum menggodanya.
Antrean pendek anak-anak yang menunggu giliran melewati Filch, yang sedang melakukan pemeriksaan yang biasa dengan menusuk-nusuk dengan Sensor Rahasia-nya, bergerak maju beberapa langkah, dan Merry tidak menanggapi Blaise yang masih tersenyum menjengkelkan. Dia mengucapkan "semoga sukses" kepada Daphne dan Blaise, kemudian berbalik dan menuruni tangga pualam, bertekad untuk lebih dalam mempelajari tentang buku misterius dari perpustakaan ayah Draco.
Merry berjalan menuju perpustakaan, menikmati keheningan kastil yang hanya sesekali dipecahkan oleh tawa dan obrolan murid-murid lain yang tidak pergi ke desa. Saat dia tiba di perpustakaan, ruangan itu hampir kosong, hanya ada beberapa murid yang sibuk dengan buku mereka masing-masing. Merry menemukan tempat duduk di pojok yang tenang dan mengeluarkan buku mengerikan bersampul kelabu dengan ukiran Rune keperakan itu.
Buku itu berjudul "Tanda-Tanda Kegelapan: Rune Hagalaz dalam Magi Kuno." Merry membuka halaman pertama dan segera terhanyut dalam isi buku yang penuh dengan simbol-simbol kuno dan cerita-cerita mengerikan di baliknya. Setiap halaman mengungkapkan sesuatu yang baru dan menakutkan, dan dia merasa semakin tertarik dengan setiap bab yang dibacanya.
Merry terkejut melihat bayangan bergerak di sudut matanya. Dia menoleh dan melihat Draco berdiri di dekat rak buku, memperhatikannya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Kukira kau sedang di Kamar Kebutuhan," kata Merry, suaranya tenang dan terkendali.
"Aku punya hal yang lebih penting untuk dilakukan," kata Draco tersenyum tipis, sambil mendekat. "Bagaimana bukunya? Berguna?"
"Ya, sangat berguna," jawab Merry, menunjukkan halaman yang sedang dibacanya. "Terima kasih, Draco. Ini benar-benar membantu. Siapa yang tahu bahwa ayahmu menyimpan buku-buku mengerikan seperti ini? Sangat sesuai dengan reputasinya."
Draco tersenyum sinis. "Yah, ayahku selalu punya selera yang... unik. Senang mendengar kau menghargai kekejaman dan kegelapan."
"Tentu saja. Sangat menginspirasi," balas Merry dengan nada sarkastik. "Bukankah itu tujuanmu, membuat semua orang terkesima dengan warisan keluarga Malfoy yang kelam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SPECIAL ONE (Mattheo Riddle) (Draco Malfoy)
Fanfic🎃 (DALAM TAHAP REVISI) 🎃 What if? Harry Potter have a Twin Sister. Seorang penyihir muda tumbuh dalam bayang-bayang saudaranya yang terkenal. Namun, dia menyimpan kekuatan gelap yang jauh lebih besar dari yang orang lain bayangkan, terhubung denga...