Meskipun rasanya ingin pergi dari rumah yang begitu sepi, gadis itu harus menahan diri diam di kamarnya karena sudah berjanji tidak akan kemana-mana sebelum sang kakak datang menemuinya. Selama setengah jam ia duduk di atas ranjang merenung apa yang akan terjadi padanya. Pergi ke club bersama tema-temannya dan tidak sengaja bertemu dengan sang kakak di sana, sudah dipastikan hidupnya akan berakhir malam ini. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi membuat dirinya gelisah setiap detik rasanya begitu menyiksa.
Pintu kamarnya dibuka, membuatnya menoleh ke arah pintu dengan jantung yang semakin berdebar. Sang kakak berdiri di sana dengan raut wajah dingin. Pria itu melangkah mendekat, setiap derap langkah menjadi ancaman baginya dan ruangan yang remang-remang menambah kesan seram yang pria itu ciptakan.
"Ngapain ke sana?" tanya sang kakak begitu sampai di depan adiknya yang menunduk ketakutan. Adiknya masih menggunakan pakaian yang tadi dia pakai saat berada di club, dress hitam ketat dan terbuka, mencetak lekuk tubuh seolah mengundang predator untuk melahapnya.
Gadis itu mendongak ragu kemudian kembali menunduk saat matanya tak sengaja menatap mata pria itu yang menghunus tajam ke arahnya.
"Kak Arkan, maafin aku" ucapnya berharap pria itu tak lagi marah padanya, walaupun itu sebenarnya mustahil mengingat kesalahan yang ia perbuat.
Arkan menghembuskan napas panjang, mencoba meredam amarahnya. "Zan, kakak gak pernah kasih izin buat pergi ke tempat seperti itu, kenapa kamu begitu berani melanggar? Dan apa yang kamu pakai ini? Bukankah pakaianmu begitu terbuka? Sengaja hm? Kamu ingin digodain laki-laki yang ada di sana?"
Arkan begitu lelah, pulang dari luar kota setelah mengerjakan pekerjaannnya, ingin meghibur diri sejenak di club dan malah menemukan adiknya di sana bersama teman-temannya, gadis di bawah umur pergi ke tempat berbahaya dengan berani memakai pakaian yang mengundang laki-laki brengsek membuat Arkan tak mampu membendung amarahnya. Langsung saja ia mengampiri dan memakasa gadis itu pulang."Maafin aku kak" cicit Zanna. Hanya kata itu yang mampu ia ucapkan.
"Kamu ngapain ke sana?" tanya Arkan sekali lagi karena belum mendapat jawaban.
"A-aku cuman menghadiri ulang tahun Braga kak. Kakak tau? sepupu Cassy" ucapnya
"Di club?"
Zanna mengangguk
"Dengan pakaian mengundang seperti itu?"Zanna terdiam tak mampu menjawab.
Arkan mengusap wajahnya gusar, "Zan, bisa-bisanya anak dibawah umur seperti kamu diizinkan masuk kesana?" dia sudah sering ke tempat itu dan tau bagaimana ketatnya pengawasan di club bergengsi tersebut. Dan tak perlu dipertanyakan lagi, gadis itu bisa masuk karena anak si pemilik club sedang merayakan ulang tahun di sana, otomatis siapapun yang diundang diizinkan masuk termasuk Cassy yang merupakan sepupu pemilik acara dan adiknya yang merupakan teman Cassy. Cassy si gadis liar pasti yang mengajak adiknya ke sana.
"Ada cowok yang kurang ajar sama kamu?" Arkan bertanya khawatir.
Zanna menggeleng tak mau menambah beban pikiran Arkan.
Mata Arkan merambat naik turun memerhatikan pernampilan Zanna yang begitu mempesona, merasa tak yakin kalau tidak ada laki-laki yang berusaha mendekati.
"Ganti pakaian kamu" titahnya.
Mendengarnya, buru-buru Zanna mengambil pakaian di lemari dan berlari ke arah kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE MAN
RomancePria yang sudah Zanna anggap sebagai pelindungnya, kakaknya, memiliki sisi tegas tapi juga lembut, perlahan mulai gila sejak ciuman pertama mereka. Seharusnya ciuman itu tidak pernah ada karena mengakibatkan hubungan keduanya menjadi rumit. Arkan t...