29

15.2K 402 25
                                    

Cukup lama Zanna menunggu Arkan. ia berbaring miring menghadap pintu kamar yang masih tertutup rapat, padahal pria itu mengatakan akan datang ke kamarnya dan ingin membicarakan sesuatu. Dilihat dari raut wajah kakaknya sepertinya serius. Hal itu membuatnya gelisah, perutnya menjadi kram akibat tegang karena lama menunggu.

Tak sabar, Zanna menyibak selimutnya lalu turun dari ranjang. Pertama, ia pergi ke kamar Arkan. Akan tetapi karena tak menemukan pria itu di kamarnya, Zanna bergegas ke lantai satu siapa tau kakaknya berada disana.

Tak sengaja melewati ruang kerja Revan pada saat ia menyusuri lorong  yang menghubungkan ruang kerja papanya dan ruang gym, ia mendengar suara samar-samar. Niat awalnya adalah ke ruang gym, akan tetapi karena mendengar suara dua pria yang ia kenal ia pun mengurungkan niatnya ke sana. Ruang kerja Revan kedap suara, akan tetapi karena pintunya setengah terbuka suara yang di dalam samar-samar kedengaran sampai ke luar. Zanna tak tahan untuk tidak mengintip walaupun ia tahu bahwa perbuatannya tidak benar.

"...tidak ke kantor cabang yang di Bandung. Pak Sutomo telpon papa bilang kamu batalin janji temu dengannya." Nada suara Revan meninggi. "Kamu selalu di Jakarta, kalau kamu di sini siapa yang ngurus kerjaan di Bandung? Kamu dulu mohon-mohon ke papa biar ditempatkan di sana, sekarang apa?"

"Aku lumayan sibuk buat bisnis baru aku di sini, pa"

"Bisnis kecilmu itu cuman receh dibandingkan perusahaan di Bandung. Selesaikan tugas kamu yang ada di sana baru kamu boleh buat bisnis baru di sini"

"Sampai kapan aku harus selalu bergantung di perusahaan papa?"

"Ngomong apa kamu? perusahaan itu juga akan papa kasih ke kamu! Apa salahnya majuin perusahaan yang akan jadi milik kamu? Selama papa masih hidup, kamu harus ikuti peraturanku! Urus kerjaan kamu di Bandung dengan benar baru papa izinin buka bisnis baru di Jakarta!"

Bentakan keras itu seperti tamparan di telinga Zanna. Pelahan ia menutup pintu hingga suara mereka menghilang di dalam. Bergegas ia kembali ke kamarnya daripada masih berdiam diri di sana membuat hatinya sakit mendengar kakanya berkelahi dengan papanya. Selama ini hubungan kedua pria itu renggang, namun baru pertama kali ini ia mendengar papanya membentak keras Arkan. Apakah papa buta? Kakaknya adalah laki-laki hebat dan bertanggung jawab, melakukan tugasnya tanpa mengeluh dan selalu memperhatikan keluarga terutama dirinya. yaah, kecuali soal Arkan yang mengambil keperawanannya, itu perbuatan tak manusiawi yang pantas dibenci. Tetapi meskipun kakaknya telah melakukan hal sekeji itu padanya, ia tak bisa membenci, jauh di lubuk hati yang paling dalam ia masih menyayangi pria itu.

 Tetapi meskipun kakaknya telah melakukan hal sekeji itu padanya, ia tak bisa membenci, jauh di lubuk hati yang paling dalam ia masih menyayangi pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arkan melangkah lebar menuju kamar gadis pujaannya. Di balik wajahnya yang datar dan terlihat tenang tersimpan rasa gelisah dan otaknya begitu kalut serta dipenuhi amarah. Ia membutuhkan segera obat penenangnya, ia harus segera menemui gadisnya, menciumi bibir cantik itu, atau mungkin melakukannya satu ronde atau dua ronde.

Pintu kamar yang tidak pernah dikunci lagi semenjak ia meminta agar gadis itu tidak mengunci pintu selama ia di rumah langsung terbuka begitu ia mendorongnya. Di dalam Zanna sedang duduk bersandar di kasur sembari memainkan ponsel, dan begitu mendengar pintu dibuka mata cantik itu menoleh padanya.

INSANE MAN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang