12

35.2K 507 12
                                    

Malam ini Zanna masih terjaga hingga larut malam, tak sabar untuk acara tour yang diadakan sekolah di Bali, namun mati-matian menutup mata mencoba terlelap.

Baru sebentar tertidur, ia dikagetkan hingga terbangun karena alaram dari ponsel yang sudah di setel sebelumnya berdering. Akibat masih mengantuk Zanna berjalan terhuyung-huyung menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, tubuhnya menggigil kedinginan karena mandi terlalu pagi,  salahkan saja pihak sekolah yang meminta berkumpul pukul 5 pagi membuatnya harus bangun dan bersiap-siap padahal matahari belum memunculkan diri.

Zanna kembali mengingat-ingat apa masih ada barang yang tertinggal, merasa semua sudah aman, ia memakaikan tas ransel di punggungnya, menarik koper dan menjinjing tas kecil di tangan satunya.   Menuruni tangga, dapat ia lihat Arabella sedang menyiapkan beberapa roti bakar dan segelaa susu hangat.

Merasakan kehadiran seseorang, Arabella menoleh ke belakang. "Pagi sayang" sapanya sembari meletakkan segelas susu di atas meja.

"Pagi ma" Zanna balas menyapa.

"Mama buatin roti baka, di makan ya biar gak kosong perutnya" ucap Arabella perhatian. "Obat mabuk di bawa?" tanya wanita itu. Ia khawatir sebab Zanna belum pernah naik bis oleh karena itu dia takut putrinya akan mabuk di perjalanan.

"Bawa" jawab Zanna duduk di meja makan melahap sarapannya. "Ma yang anter pak Adam kan?" ucap Zanna memastikan. Bukannya apa, hanya saja dia tak ingin Arkan yang mengantarnya sebab laki-laki itu kurang sedang kalau ia mengikuti acara tour ini. 

"Tenang aja pak Adam lagi panasin mobil" ucap Arabella.

Zanna menyelesaikan sarapannya, kemudian dengan di bantu pak Adam kopernya kini sudah berada si bagasi mobil. Membuka pintu mobil lalu masuk ke jok belakang kursi penumpang. Dari kaca jendela mobil, ia melihat Arkan berjalan buru-buru ke garasi kemudia melangkah ke belakang mobil tepat pak Adam berada.

menoleh ke belakang, dari kaca belakang mobil ia dapat melihat keluar, ia lihat Arkan dan pak Adam sedang berbincang tetapi tidak dapat ia dengar membuatnya penasaran apa yang mereka bicarakan.

Lima menit menunggu, tiba-tiba pintu   di sampingnya di buka, dengan tubuh tingganya Arkan sedikit menunduk guna menatap wajah terkejutnya.

"Duduk di depan" titah pria itu tak mau di bantah.

Celingak-celinguk, Zanna mencari keberadaan pak Adam. "Pak Adam dimana?"

"Kakak yang bakalan anter kamu" ucap Arkan tak menjawab pertanyaan Zanna atas keberadaan pak Adam. Dari kata-kata Arkan, berarti ia sudah memgambil alih tugas pak Adam.  "Duduk di depan" titahnya lagi.

Tak mampu menolak, Zanna pindah ke depan di samping Arkan yang kini duduk depan kemudi. Ia memakai seat belt tak lama Arkan pun mulai menjalankam mobil garasi melewati halaman depan. Di depan pak Adam sedang membukakan pintu gerbang.
Mobil terus melaju melewati komplek perumahan menuju jalan raya.

"Jangan lupa chat kakak kalau udah sampe. Dan selalu angkat kalau kakak telfon kamu" ujar Arkan.

"Iya" jawab Zanna tak sungguh-sungguh melainkan enggan membuat laki-laki itu kesal kalau membantah. Lagipula di sana dia akan sibuk menikmati tour tak sempat mengangkat telfon kecuali di malam hati saat di penginapan. 

Mendengar nada suara yang terkesan tak menjanjikan itu membuat Arkan menekan kata-katanya, "kakak serius Zanna"

Zanna berdecak, "aku akan jawab telfon kakak kalau aku sedang di penginapan" jawabnya.

Selama perjalan, Arkan terus berbicara panjang lebar,mengucap deretan perbuatan yang dilarang dia lakukan seperti 'di sana jangan petakilan, jangan pake baju kebuka, jangan mau di ajak berduaan sama cowok' dan masih banyak kata jangan lainnya beserta wejangan-wejangan yang membuat laki-laki itu seperti orang tua.

Mobil perlahan masuk ke parkiran sekolah, sekilas ia melihat di tiga bis dan teman-teman beserta guru sudah berkumpul di sana. Bukannya berhenti, Arkan malah membawa mobil menuju parkiran paling ujung dan gelap karena matahari belum sepenuhnya menampakkan diri serta pohon mangga dengan dedaunannya yang lebat menaungi area tersebut membuat cahaya terhalang.

Begitu mobil berhenti, hal pertama yang Arkan lakukan adalah melepas seat belt-nya, bersingkut mendekat, mendorong kepala belakang Zanna mendekat kemudian mencium bibir ranum yang selalu terasa manis.

Ciuman Arkan terkesan kasar dan terburu-buru seolah hari ini adalah hari terakhir mereka ciuman dan tak akan ada lagi hari esok. Giginya menggigiti pelan bibir bawah gadis itu kemudian lidahnya masuk mengajak lidah Zanna untuk saling membelit.

Kehabisan nafas akibat tak mampu mengimbangi ciuman brutal Arkan, Zanna mendorong dada pria itu menjauh. Ia terengah memandangai Arkan yang juga terpengaruh oleh ciuman mereka. Pria itu mendesis tak rela.

"Kakak bakalan kangen sama kamu" Arkan meraih payudara Zanna meremasnya lembut.

Zanna menggeliat, berusaha lepas ia mundur hingga punggungnya mengentuh pintu mobil meyilangkan kedua tangannya di dada seolah hal itu cukup untuk menghalangi Arkan berbuat apa yang dia mau.

"Ayolah kak, di sana aku cuman tiga hari bukan setahun" keluhnya karena menurutnya Arkan bersikap terlalu berlebihan.

Arkan diam sejenak, wajahnya datar, bibirnya melintang lurus serta matanya terfokus pada gadis di depannya, merekam setiap ekspresi, gerak-gerik dan kegelisahan gadis itu.

Di tatap begitu intens, membuat Zanna tiba-tiba gugup. bola matanya bergerak-gerak melihat sekitar asalkan jangan bertemu pandang dengan pria itu.

"Kamu tau?" Arkan kembali membuka suara membuat Zanna reflek menoleh. "Sehari gak ketemu kakak sudah kangen banget sama kamu" ujarnya. Telunjuknya menyentuh pipi kemudian turun ke dagu dan berhenti di leher gadis itu. Ia membuka telapak tangan kemudian mencengkram leher jenjang Zanna lembut.

"Fuck" Arkan tampak gusar seolah sedang menahan sesuatu. "Kakak pengen sekarang tapi waktunya tidak memungkinkan. Jam berapa berangkat?" ia menunduk, lidahnya menjulur membelai daun telinga gadis itu.

Zanna mendorong dada Arkan tetapi tenaganya tidak cukup kuat untuk menyingkirkan tubuh tegap pria di depannya. "Kak hentikan! Aku sudah terlambat" protesnya.

Mendesah kecewa, Arkan memundurkan badannya, "baiklah, kita turun" Ia dan Zanna keluar dari dalam mobil. Arkan membuka bagasi, menurunkan koper Zanna.

"Sini kak" Zanna meraih tas jinjing agar Arkan tak kesusahan, walaupun sebenarnya Arkan mampu melakukannya tapi Zanna merasa tidak enak merepotkan. Mereka berdua berjalan beriringan menghampiri kerumunan orang yang sedang berkumpul.

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


To be continue

INSANE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang