Pria yang sudah Zanna anggap sebagai pelindungnya, kakaknya, memiliki sisi tegas tapi juga lembut, perlahan mulai gila sejak ciuman pertama mereka. Seharusnya ciuman itu tidak pernah ada karena mengakibatkan hubungan keduanya menjadi rumit.
Arkan t...
"Besok guru les masak Zanna akan datang. Aku udah buat janji temu dengannya, dan katanya besok dia bersedia datang ke rumah" ujar Arabella membuka topik pembicaraan di acara makan malam keluarga.
"Bagus dong. Zanna bisa segera belajar masak. Tapi sebaiknya jadwalnya tidak bentrok dengan jadwal les dia yang lain" Revan menanggapi.
"Tenang aja mas, Zanna gak ada les hari selasa, ya kan sayang?" Arabella menoleh ke arah Zanna meminta jawaban.
"Enggak ada ma" jawab Zanna.
"Oke, udah pas jadwalnya hari selasa" timpal Arabella.
"Gimana dengan proyek baru kamu Arkan?" Revan beralih bertanya kepada Arkan.
"Berjalan baik pa. Aku juga sudah presentasi terkait produksinya dan berhasil mendatangkan investor" jelas Arkan percaya diri.
Zanna mengamati kedua pria dewasa itu yang membahas bisnis. Dan dia melihat Arkan yang bersemangat membagi temuan dan hasil kerjanya. Dari penjelasan-penjelasannya, pria itu selalu berhasil menularkan semangat dan membuat Revan salut.
"Papa bangga sama kamu. Kamu memang bisa diandalkan. Kerja bagus" ucap Revan mengapresiasi kerja keras Arkan selama ini dalam mengembangkan perusahaan.
Makan malam berjalan seperti biasanya. Rasanya Zanna ingin berteriak dan menari seperti orang gila mendapati suasana malam ini begitu normal. Seolah apa yang terjadi padanya kemarin hanyalah imajinasinya saja. Melihat Arkan berinteraksi seperti biasa kepada orang tuanya di dekatnya, membuat Zanna sadar bahwa Arkan adalah seorang aktor berbakat. Melihat kakaknya berakting seperti tidak terjadi apa-apa, rasanya ia menjadi frustasi. Namun, disisi lain ia lega. Ia kembali memanifestasi bahwa perbuatan Arkan hanyalah nafsu sesaat dan orang lain tidak perlu tau apa yang sudah terjadi. Ia yakin lambat-laun Arkan akan bosan dan berhenti, dan dia akan bebas.
"Sayang, jangan minum wine" ujar Revan dan mengambil alih botol minuman beralkohol dari tangan Arabella.
"Kenapa?" sahut Arabella tidak terima.
"Kamu punya kebiasaan mabuk yang buruk" jawab Arkan dengan wajah datar.
"Emang kenapa? Kita sedang berada di rumah, tidak akan ada masalah" protes Arabella.
Revan berdecak, sedetik kemudian tersenyum menggoda ke arah istrinya. "Kamu kalau mabuk suka ngajak perang. Sentuh-sentuh sembarangan. Jangan mancing aku sayang, kalau kamu pengen, minta langsung gak perlu mabuk buat mancing aku"
"Mas" pekik Arabella tertahan. Kemudian ia berdehem dan menunduk menyembunyikan wajahnya yang kini memerah. "Ada anak-anak" cicitnya pelan yang membuat Revan tertawa.
Zanna menonton interaksi mesra kedua orang tuanya. Bibirnya menyunggingkan senyum dan senyuman itu diperhatikan oleh Arkan. Arkan menyalakan ponsel dan mulai mengetik sesuatu.
Ponsel di saku celana training Zanna berdenting. Awalnya Zanna menoleh ke Arah Arkan dan mendapati pria itu mengangkat dagu menyuruhnya untuk membuka ponselnya. Begitu layar dinyalakan ia melihat notif pesan dari Arkan.
Monday From : Kak Arkan
Kakak bisa lebih romantis dari papa
Zanna membaca pesan itu kemudian mengalihkan pandangan ke arah Arkan yang kini menyeringai padanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.