28

11.3K 328 63
                                    

Biasanya jarang sekali pasangan suami istri ini berada di rumah. Terkadang saja, hanya pada hari-hari tertentu, seperti hari lebaran dan setelah Revan menyelesaikan proyek-nya dalam memajukan perusahan. Arabella yang selalu menemani sang suami kemanapun akan pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama anak-anaknya yang jarang mereka perhatikan karena terlalu sibuk.

Pada malam ini terasa lengkap karena semua keluarga berkumpul menghabiskan waktu makan malam dengan rukun.

Arabella berkeliling memberikan nasi untuk Revan, Arkan, lalu Zanna. "Zan, mama liat kamu kurusan" ujar Arabella kemudian menambahkan satu centong nasi lagi ke piring Zanna.

"Ma, kebanyakan nasinya" beritahu Zanna sambil mengembalikan setengah nasi di piringnya kembali ke wadahnya.

Arkan mengernyit tak suka akan ucapan Zanna. Membuatnya terus berpikir apa yang membuat Zanna akhir-akhir ini terus-menerus diet? Apa dia tidak bisa melihat kalau tubuhnya semakin kurus?

"Kenapa diet? Mama liat badan kamu udah ideal, bagus, mau sekurus apa lagi?" tanya Zanna keheranan dengan tingkah putrinya.

Zanna mengganti topik pembicaraan cepat, ia mulai menanyakan tentang Surabaya dan orang tuanya melakukan kegiatan apa saja di sana, sehingga pertanyaan mengenai tubuh Zanna yang terlihat kurus kini teralihkan. Dan dengan senang hati Arabella menceritakan apa saja yang dia dan suaminya lakukan selama di Surabaya.

"Aku gak setuju kalau lusa aku harus ikut kamu berangkat ke Medan, mas. Ini pasti sukses, ada atau tidak adanya aku disana pasti kamu bisa mengambil hati para investor itu dengan ide-ide brilian kamu mas" Arabella tiba-tiba membuka pembicaraan baru dengn suaminya. Melihat reaksi Revan, Zanna dan Arkan sudah tau pasti bahwa pembahasan ini sudah dibicarakan empat mata sebelumnya hanya saja terlihat begitu jelas sekali di mata Arkan bahwa mamanya tidak setuju dengan pendapat papanya.

"Bagaimana bisa begitu? Ini prosesnya masih lama, aku butuh kamu ada di sana" jawab Revan terlihat lelah seolah tidak mau berdebat lagi.

"Sudah sampai tahap apa sih produksinya, mas?"

Zanna dan Arkan diam-diam turut mendengarkan dialog antara Revan dan Arabella.

Revan berdehem lama, membuat semua orang di sana terdiam. Tampak Arabella bersungut-sungut namun masih mempertahankan agar reaksinya tetap terlihat anggun dimata anak-anaknya.

Arabella terus membujuk sang suami, suaranya lembut dan merayu, membuat Arkan tersenyum dalam hati, merasakan kalau mamanya dan Zanna memiliki daya tarik yang begitu kuat dengan sikap yang seolah menghipnotis orang lain, membuat orang lain ingin terus melindungi dan menuruti kemauan mereka tanpa syarat. Seperti papa yang kesulitan menolak permintaan mama, begitupun ia yang tak bisa menolak kemauan Zanna begitu gadis itu meminta sesuatu. Sebisa mungkin ia selalu ingin memberikan apapun pada gadis itu kecuali permintaan untuk tidak melakukan 'itu' lagi. Bisa-bisa dia gila kalau ia tidak bisa lagi menunjukkan hasratnya yang begitu besar secara terang-terangan akan gadis mungil itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INSANE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang