06

40.5K 672 9
                                    

Setelah pintu berhasil dikunci, Zanna menghirup napas panjang menenangkan jantungnya yang berpacu kencang.

Kebingungan sekaligus ketakutan, ia meletakkan kunci di atas meja rias kemudian berlari dan melompat ke tempat tidur, menarik selimut menutupi badannya berharap itu mampu menghilangkan kekhawatirannya yang teramat berlebihan.

"Kak Arkan hanya stress, mungkin karena pekerjaan, atau dia punya masalah lain, semuanya akan kembali seperti semula, semuanya akan baik-baik saja" rapalnya dalam hati sembari terus menghirup napas, dadanya naik turun.

Suara langkah kaki yang kian mendekat masuk ke gendang telinga Zanna. Firasatnya mengatakan bahwa kini Arkan berdiri di depan kamarnya, mungkin pria itu akan mengedor-ngedor pintu kamarnya memaksa agar dibuka.

Akan tetapi bunyi suara klek disusul dengan suara pintu yang dibuka membuat Zanna terperanjat, refleks ia duduk tegak menoleh ke arah pintu. Matanya terbelalak melihat pintu yang sudah terbuka lebar dan Arkan yang berdiri menatap remeh padanya.

Zanna beranjak turun dari tempat tidur, "Kak Arkan, astaga! Ngapain si?" ia menatap arkan dan pintu yang sudah dibuka bergantian. Rautnya kini berubah tegang.

"Kamu pikir kakak gak punya kunci cadangan?" Arkan tersenyum melihat wajah panik Zanna.

Arkan perlahan menutup pintu, dan menguncinya. Kunci di tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, kemudian maju mendekat.

Tak tinggal diam Zanna berbalik mengambil kunci di meja rias dan melangkah lebar ke arah pintu. Lengannya dicekal hingga langkahnya terhenti. Ia menoleh dengan kesal. "Kak, lepasin"

Arkan menatap ke arah tangan Zanna yang sedang menggenggam kunci.

Melihat arah pandangan Arkan, Zanna tau maksud tatapan Arkan, segera ia menarik tangannya dari cekalan pria itu.

"Kasih kuncinya ke kakak" pinta Arkan mengulurkan tangannya.

Zanna menggeleng, tentu saja dia menolak.

Arkan lantas menarik paksa kunci di genggaman Zanna hingga benda itu kini berpindah ke tangannya, dan melemparkan benda itu sembarangan.

"Kak apa-apaan si? Kakak bertingkah aneh, bikin aku takut" ujar Zanna. Arkan yang bertingkah berlebihan membuatnya ketakutan.

"Zan" panggil Arkan lembut sembari mendekat. Ia lihat Zanna mundur menjauh, selangkah ia maju maka gadis itu akan mundur dua langkah seolah dirinya adalah malaikat yang siap mencabut nyawa.

Zanna bergeser ke samping, kemudian berlari mencoba melewati Arkan. Lagi lagi lengannya dicekal, dan kali ini cukup kuat Arkan menarik lengannya hingga dahinya membentur dada bidang Arkan.

"Ouh" Zanna mengaduh, benturannya cukup keras, apakah Arkan juga merasakan sakit di dadanya seperti yang dahinya rasakan?

Perlahan Zanna mendongak ingin melihat ekspresi Arkan. Raut Arkan datar akan tetapi matanya menatap dalam-dalam bola matanya seolah ingin menyelam di sana.

Bola mata Zanna yang bergerak ke kiri ke kanan, dan napasnya yang pendek dan cepat tak luput dari penglihatan Arkan. "Kenapa? Kenapa liat kakak kayak gitu? Hmm?" tentu ia tau gadis itu sedang antisipasi dan was-was padanya tapi ia ingin sedikit bermain-main, ingin tahu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan.

"Kak, kamu nyeremin, aku takut" ucap Zanna, suaranya mengecil. "Kak Arkan lagi kenapa sih?"

"Kakak mau kamu tau kakak pengennya apa" ujar Arkan.

Ucapan Arkan menambah pertanyaan di benak Zanna. "Kakak pengen apa?"

"Cium kakak" pinta Arkan tidak tau malu.

INSANE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang