16

47K 574 6
                                    

Arkan tidak langsung membawa mobilnya menuju rumah. Ia mengajak Zanna makan di sebuah restoran dan membiarkan gadis itu memesan apapun yang diinginkannya. Sesekali menanyainya tentang kegiatan tour, dan berbicara mengenai topik random lainnya. Keadaan ini mengingatkan Zanna pada momen kedekatan mereka dulu, dimana dia bercerita banyak hal dan Arkan sebagai pendengar yang baik. Diam-diam Zanna tersenyum karena merasakan sosok kakaknya yang begitu perhatian dan peduli telah kembali.

Mereka berdua juga menghabiskan waktu di toko buku. Arkan membelikan novel-novel baru guna menyenangkan adiknya. Tak sampai di situ, mereka juga berhenti di supermarket untuk berbelanja karena kata Arkan stok bahan masakan dan cemilan di rumah telah habis. Arkan mendorong troli mengikuti Zanna dari belakang yang sibuk memilih sayur, buah, dan beberapa cemilan. Gerakan Zanna gesit seolah ia sudah paham betul apa saja yang akan dibutuhkan untuk satu minggu kedepan.

Ketika hari sudah sore, Arkan menyetir mobilnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Zanna  merasakan suasana ruang tamu begitu sepi. Ia melirik Arkan yang sedang meletakkan semua barang-barang belanjaan di atas meja.

"Mama sama papa lagi di Surabaya" jawab Arkan seolah tau isi hati gadis itu.

"Pak Adam?"

"Pulang kampung" jawab Arkan sekenanya.

Baru Zanna akan beranjak ke dalam, seseorang menerjangnya begitu saja dari belakang. Ia jatuh tersungkur di sofa, bulu halus di sekujur tubuhnya berdiri karena tubuh Arkan menindihnya dari belakang, bibir Arkan menempel di lehernya dan menciuminya.

Zanna bersusah payah untuk telentang dan ketika berhasil ia mendorong dada Arkan sedikit menjauh. "Kak"

"Hmm?" gumam Arkan tapi tidak menghentikan aksinya mengecupi leher gadis itu. Ia menarik turun kerah crop top Zanna dan mulai memberi gigitan kecil pada bahu gadis itu.

"Kak berhenti" Zanna menggeliat, berusaha keras mundur melepaskan diri dari kukungan Arkan. Ia duduk bersandar pada sandaran sofa mengangkat kedua kaki dan menekuknya mencoba membuat penghalang dari tatapan tajam Arkan yang menyorot dadanya. Ia terengah, tak mengira bahwa laki-laki itu akan menyerangnya seperti hewan buas.

"Kenapa?"

"Aku capek" sunggut Zanna. Sungguh ia hanya ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur.

"Kak!" jerit Zanna ketika Arkan menurunkan paksa celana jeans dan celana dalamnya. Sekuat apapun Zanna menahannya tetapi kalah dengan tenaga lelaki itu hingga ia hanya pasrah ketika celana telah lolos dari kakinya.

Arkan bersimpuh di antara kedua kaki Zanna kemudian membuka lebar paha gadis itu, sebelah kakinya Arkan letakkan di bahunya dan satu lagi menjuntai di lantai. Tanpa aba-aba ia menelungkupkan wajahnya di sana, menjulurkan lidahnya menyapu area sensitif yang selalu berhasil membuatnya kehilangan akal sehat.

Kaki Zanna yang menapaki lantai berjinjit lantaran tak kuasa menahan desakan lidah Arkan yang kini meruntuhkan pertahanannya. Mulutnya bisa menolak, akan tetapi tubuhnya selalu bereaksi hebat dan mendamba di bawah sentuhan laki-laki itu. "Kak ouh" desahnya.

Arkan berhenti sejenak, "ini bayaran buat kakak karena udah jemput kamu" kekehnya kemudian kembali meraup lipatan feminim Zanna membuat gadis itu melengguh.

Jari-jemari Zanna meremas rambut Arkan menyalurkan rasa nikmat, laki-laki itu begitu senang ketika kedua kaki gadis itu bergetar akibat belaian lidahnya yang lihai.

Arkan membuka bibir kewanitaan gadis itu yang merekah, kembali menjulurkan lidahnya disana. Gerakan lidah Arkan naik turun kemudian memutar spiral membuat Zanna merintih kegelian. Tak lama gadis itu  menggelinjang hebat kala Arkan menyedot gumpalan daging kecil di antara lipatan feminimnya, jemari kakinya melengkung akibat desakan orgasme yang sudah dekat.

Kepala Arkan terjepit sebab Zanna menghimpit kedua pahanya. Gadis itu terlihat gelisah serta desahan yang lolos dari bibir cantik itu semakin membuat Arkan mempercepat gelitikan lidahnya hingga ia menekan paha mulus itu akibat remasan Zanna di rambutnya mengencang bersamaan dengan cairan orgasme yang mendobrak keluar.

Arkan menarik kepalanya, jempolnya menghapus bekas cairan lendir milik adik manisnya di sudut bibir bawahnya sembari menatap gadis itu menyeringai membuat Zanna menggigit bibir bagian dalam lantaran gugup, pipinya memerah entah akibat kelelahan atau malu, akan tetapi Arkan selalu menyukai reaksi alami gadis itu, kesayangannya.

"Kak, aku belum mandiii" rengek Zanna, semenjak sampai di rumah Arkan langsung menerjangnya padahal dia belum sempat mandi. Apa laki-laki itu tidak merasa jijik dengan tubuhnya yang terasa lengket karena keringatnya?

Arkan menarik tangan Zanna membantu gadis itu bangkit. Saat gadis itu berdiri, sebelah tangannya menarik pinggang ramping itu agar tubuh bagian depan mereka menempel erat. "Masih wangi sayang, gak usah malu" bisik Arkan di telinga Zanna. Aroma alami tubuh gadis itu baginya menenangkan saraf-sarafnya.  farfum bercampur keringat zanna menimbulkan aroma manis yang membuatnya ingin mengendus tubuh cantik itu lagi dan lagi.

Tiba-tiba Arkan membalik tubuh Zanna membelakanginya, pelukannya semakin erat hingga tubuh mereka kembali menempel karena punggung gadis itu bersandar di dada bidangnya.

Arkan membawa Zanna maju, menelungkupkan tubuh gadis itu hingga Zanna harus berpengangan pada pada punggung sofa. Arkan mengangkat satu kaki Zanna ke atas sofa, lalu satunya lagi hingga gadis itu mengangkang memunggunginya.

"Zan, kamu punya kakak"

Zanna memejamkan mata mendengar pernyataan posesif kakaknya, entah kenapa kata-kata Arkan membuatnya merinding.

Laki-laki itu membuka resleting kemudian menurunkan celananya, pandangannya tak lepas dari pantat sintal adik cantiknya yang begitu menggoda.  Kejantanannya sudah menegang dan keras begitu ia meloloskan benda itu dari celananya yang dari tadi terasa sesak.

"Gadis nakal, kamu bikin kakak gak bisa nahan buat gak sentuh kamu" ucap Arkan, suaranya serak, ia menampar pantat sebelah kanan gadis itu lantaran gemas membuat Zanna seketika memekik.

"Salah kamu kenapa terlalu seksi buat aku" gumam Arkan tetapi masih dapat Zanna dengar. Sekali lagi pria itu menampar pantatnya, kali ini lebih keras hingga Zanna dapat merasakan panas di area bekas tamparan kakaknya.

Arkan meremas bongkahan pantat Zanna kemudian membukanya hingga kewanitaan Zanna yang masih basah terbuka. Ia menggesekkan ujung penisnya di bibir kewanitaan gadis itu naik turun.

Merasakan benda tumpul yang lebih besar dari jari Arkan menekan-nekan pintu lubang basahnya membuat ia didera panik berlebihan. Seketika ia meneganggakkan punggungnya tetapi kembali Arkan dorong leher belakangnya hingga tetap di tempat. Sebelah tangannya masih bertumpu di punggung sofa, satunya lagi bergerak ke belakanng menangkup pergelangan tangan Arkan lalu mencengkrangnya kuat. "Kak Arkan mau ngapain? Jangan dimasukin kak, pleace jangan dimasukin" cemasnya, suaranya bergetar.

"Ssstt gak kakak masukin. Percaya sama kakak"

"Tapi-"

"Percaya kan sama kakak?" potong Arkan. Zanna menoleh kebelakang, dahinya berkerut dan bibirnya bergetar, tak lama gadis itu pun mengangguk.

"Ahh kesayangan kakak" desis Arkan menggesekkan kejantanannya di belahan pantat bulat Zanna.

"Ahh kesayangan kakak" desis Arkan menggesekkan kejantanannya di belahan pantat bulat Zanna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continue

INSANE MAN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang