11

40K 537 5
                                    

"Ahh ah kak"

"Kenapa sayang?" Arkan membisik lembut di belakang telinga Zanna. Ia menyingkirkan helaian rambut gadis itu, mengecup tengkuknya menghirup dalam-dalam aroma tubuh gadis itu yang selalu berhasil membuatnya kecanduan.

Zanna menggeliat kala telapak tangan besar milik Arkan meremas lembut buah dadanya. Matanya yang sayu melihat bayangan dirinya yang berhadapan dengan cermin meja rias serta di atas meja rias terdapat sebuah kamera yang kini sedang merekam kegiatan tak bermoral yang Arkan lakukan padanya. Terlihat refleksi dirinya yang sedang duduk di atas pangkuan Arkan membelakangi pria itu tanpa menggunakan sehelai benang. Tangan satunya lagi berada di kewanitaannya, jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke dalam, membelai keluar masuk liang basah nan hangat miliknya memberikan sensasi nikmat.

Zanna memalingkan wajah, merasa malu menatap bayangan dirinya yang berpose nakal begitu erotis.

Arkan melepas tangannya dari payudara Zanna, beralih menarik dagu gadis itu meminta untuk terus melihat ke cermin. "Liat sayang, liat muka sange kamu, seksi banget. Memek nakalnya makin becek. Enak banget ya kalau memeknya kakak kocokin kayak gini?" bisikan dan deru nafas Arkan membuat bulu kuduk Zanna meremang.

"Kak ahh udaaahh" keluhnya karena Arkan seolah tak ada niatan untuk berhenti padahal ia sudah beberapa kali keluar, memintanya untuk terus membuka kaki mengangkang lebar agar pria itu leluasa memainkan titik sensitifnya.

"Jawab dulu, enak nggak kalau kakak kocokin memeknya, hmm?"

"Kak-"

"Enak?" desak Arkan.

Zanna mengangguk malu-malu, pipinya bersemu merah hingga sampai telinga dan leher. Dapat  dipastikan kini wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Jawab yang bener sayang. Memeknya dikocokin enak?" Arkan tak puas dengan jawaban berupa hanya anggukan hingga ia kembali mendesak gadis itu agar mengatakan apa yang ia ingin dengar.

"Enak kak ah"

Arkan tersenyum puas. "iya? Jari kakak keluar masuk di memek kamu enak? Hm?" Arkan seolah sedang memanifulasi alam bawah sadar gadis itu agar selalu mengingat setiap sentuhannya, mengingatkan bahwa ia lah pemilik gadis itu, hanya ia yang boleh melihat ekspresi menggoda kala gadis itu merasakan nikmat.

"Ouuh kak ahh, a-aku mau kelu-" tubuh Zanna gemetaran hebat kala Arkan semakin kasar mengobrak-abrik kewanitaannya disaat dia sudah dekat pada orgasme. "-aaaarhhh lagiiih" jari-jari kakinya menekuk tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang begitu hebat. 

Arkan menarik jarinya keluar, lelehan  cairan orgasme milik Zanna membasahi jarinya. Ia mengarahkan jari yang basah itu ke bibir Zanna meminta tanpa suara pada gadis itu untuk membersihkannya.

Zanna menurut, ia membuka mulut dan melahap jari Arkan, mengulum dan menjilatinya hingga bersih.

Tanpa meminta izin, Zanna bergeser dari pangkuan Arkan dan langsung terkulai lemas di atas tempat tidur. Ia berbaring telentang, dapat Arkan lihat dada gadis itu naik turun akibat deru nafas yang pendek-pendek nan cepat menandakan bahwa gadis itu begitu kelelehan akibat sudah keluar beberapa kali.

Arkan meraih kamera di atas meja rias dan mematikan benda tersebut.

"Kak bisa kan nggak usah rekam lagi? Apa vidio-vidio kemarin gak cukup buat bahan ngancem aku?" Zanna memejamkan mata, Sungguh malam ini ia begitu lelah. Arkan sama sekali tak memberinya istirahat barang sejenak.

Arkan menyeringai mendengar pernyataan Zanna. "Enggak bisa baby. Sudah berapa kali kakak bilang? Kakak suka muka keenakan kamu" ujarnya kemudian meletakkan kembali kamera di atas meja rias dan meraih botol olive oil milik Zanna.

INSANE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang