19

41.2K 572 15
                                    

Semakin larut manusia-manusia yang datang semakin banyak.  Tempat-tempat duduk mewah yang telah disiapkan, meja-meja depan bartender dan juga lantai dansa dipenuhi oleh para pemuja malam.  Lampu yang kian meremang di area tempat duduk berbanding berbalik dengan lantai dansa yang disorot oleh cahaya lampu berbagai warna yang saling bersahutan menyilaukan mata.
Keramaian club tidak terkendali padahal ini masih malam kamis.

Zanna, duduk di salah satu sofa di bawah cahaya remang sendirian.  Awalnya tempat ini ramai sebelum Cassy dan teman-teman Braga beralih ke lantai dansa meliuk-meliukkan tubuh mengikuti irama musik dj yang memekakka telinga seolah sedang menguji gendang telinga manusia yang datang. Matanya mencari-cari dimanakah Cassy berada, sebab dia sudah tidak ada di antara kerumunan teman-teman Braga.

Memutar kepala sembilan puluh derajat, Zanna menemukan Cassy berada di sisi lain lantai dansa lumayan jauh dari tempat duduk mereka sedang bersama kerumunan orang-orang yang tidak dikenal. Cassy terlihat sedang berbincang sembari menari dengan laki-laki yang Zanna tidak ketahui wajahnya karena laki-laki itu membelakanginya. Dari kejauhan, ia dapat melihat Cassy melingkari leher lawan bicaranya dan laki-laki itu pun seolah mendapat lampu hijau langsung meraba pinggang sahabatnya, Zanna yakin obrolan mereka akan sampai pada hal-hal yang intim.

"Hei jangan ngelamun" sapa seseorang yang terdengar familiar. Zanna menoleh ke sumber suara dan melihat Braga yang sedari tadi entah pergi kemana kini berdiri sembari menatap jahil padanya. Braga kemudian mengambil tempat di samping Zanna. 

"Mau minum?" Braga mengulurkan satu gelas wine sementara tangan satunya memegang gelas untuk dirinya sendiri.  Ketika Zanna meraih gelas itu kemudian meneguk isinya dengan pelan, ia juga mendekatkan mulut gelas ke bibirnya menyesap minuman beralkohol itu sembari melirik ke arah gadis di sampingnya.

"Gue nggak melamun" Zanna bersuara setelah meletakkan gelas di atas meja depan sofa.

"Ya terserah" balas Braga. "Ngomong-ngomong jangan menerima minuman yang diberikan orang lain, bisa saja ada yang menaruh obat di minuman lu. Lu hanya boleh meminum minuman yang lo lihat langsung minuman itu dibuat" lanjutnya memberi wejangan yang membuatnya merasa lebih berpengalaman.

"Tapi gue sudah meminum yang lo berikan" Zanna balas menatap mengejek. "Lain kali gue tidak akan menerima minuman dari lo"

Braga terkekeh, "tentu saja gue gak bakalan celakain lo"

Hening, tidak ada lagi percakapan di antara keduanya. Zanna kembali memerhatikan Cassy yang sedang berciuman sedangan Braga menatap Zanna yang terlihat sangat cantik malam ini. Biasanya Zanna selalu memukau tapi entah kenapa malam ini begitu berbeda, dimata Braga Zanna begitu anggun dan sensual. Mungkin pegaruh berapa banyaknya Alkohol yang ia habiskan hingga pikirannya melayang kemana-mana.

"Bosan, hmm? Harusnya lu gabung sama mereka daripada duduk sendirian di sini" Braga kembali berbicara.

"Males" jawab Zanna singkat tak mengalihkan pandangannya pada Cassy, antisipasi kalau saja sahabatnya itu dibawa pergi oleh orang yang tidak di kenal.

Braga mengikuti arah tatapan Zanna. Mengetahui apa yang sedang jadi fokus gadis itu, Braga menyeringai. "Kenapa? Lo pengen nyoba kayak mereka?" godanya.

Zanna menatap sekilas Braga sambil berdecih kemudian kembali memerhatikan Cassy dan laki-laki yang sedang bercumbu mesra. "Lo gak khawatir?" dia bertanya.

"Enggak tuh" Braga mengedikkan bahu lalu menyesap minumannya.

Mendengar jawaban Braga membuat Zanna terperangah menoleh perlahan ke arahnya. Bisa-bisanya dia bersikap biasa saja padahal sepupunya bisa saja dibungkus pria tak dikenal malam ini.

"Kenapa?" Braga menaikkan satu alis bertanya jahil. "Cassy sudah cukup besar untuk bisa menikmati sentuhan  cowok" kekehnya. Menikmati ekspresi Zanna yang berubah awalnya terkejut kemudian terlihat kesal membuat Braga ingin terus menggodanya. "Lu gak pernah pacaran mana ngerti"

Sudah mengenal Zanna dari kecil tentu Braga tau bagaimana kakak angkat sahabat sepupunya selalu menolak keras kalau ada laki-laki manapun yang ingin mendekati Zanna, termasuk dirinya. Pendekatan halus yang ia lakukan setahun belakangan ini tak pernah membuahkan hasil, Arkan dengan tegas menunjukkan penolakan sebelum ia mengungkapkan perasaan pada gadis di depannya. 

Awalnya ia berpikir bahwa Arkan tak mengizinkan karena Zanna yang masih dibawah umur sementara dia sudah berkuliah semester 5. Dan itu tak jadi masalah baginya sebab ia masih bisa menunggu setahun-dua tahun mungkin sampai gadis itu cukup dewasa. Awalnya ia memang berpikir begitu, hingga perlahan setiap melihat Zanna perasaan semakin sulit ia pendam. Melihat Zanna yang tumbuh semakin cantik dan menggairahkan membuatnya takut keduluan cowok lain.

"Tau sendiri kak Arkan gak bolehin gue pacaran" keluh Zanna.

Braga tertawa mengejek, "itu bagus,  kakak lo berarti sayang sama lo"

Zanna memutar bola mata jengah, hanya dia yang tau sifat asli Arkan yang katanya menyayanginya seperti apa.

Keduanya kembali terdiam. Zanna menghela nafas lega kala melihat Cassy menjauh dari laki-laki tidak dikenal itu dan berjalan mendekat menghampiri mereka.

Sementara Braga memerhatikan Zanna yang tersenyum yang dia tidak tau ke arah siapa senyuman manis itu diberikan, fokusnya hanya pada bibir dipoles warna nude dan merah menyala itu yang kian membuatnya hilang akal.

"Zan" panggil Braga, suaranya terdengar serak.

"Hmm, ya?" Zanna meyahut, perlahan memutar kepala menoleh ke arah Braga.

"Mau nyoba pacaran?"

Zanna terkekeh mendengar pertanyaan Braga yang menurutnya mulai melantur. "Belum tertarik pacaran" jawabnya kemudian tersentak kala telapak tangan Braga menyentuh pipinya.

"Kenapa?" tanya Braga menatap dalam-dalam mata Zanna yang mulai gelisah sembari ibu jarinya mengelus bibir bawah gadis itu yang mungkin rasanya akan begitu lembut saat ia melumatnya.

"Braga, lo ngapain sih?" Zanna menyentuh tangan Braga yang masih bertengger di pipinya guna menariknya lepas.

"Mau nyoba sama gue?" Braga tak menyerah. Ketika Zanna menurunkan tangannya, ia kembali menyentuh pipi gadis itu.

"Ha?" kaget Zanna

"Gue bakalan nyenengin lo" suara Braga serak dan sedikit menghela nafas terdengar mendesah.

Ditengah-tengah kebingungannya, Zanna dibuat semakin terkejut ketika Braga tiba-tiba saja bergerak maju menyatukan bibir mereka. Sebelum Braga bergerak lebih jauh, Zanna mendorong dada laki-laki itu menjauh. Nafasnya memburu matanya terbelalak, sungguh ia tak menyangka orang lain akan menciumnya selain Arkan.

Braga bungkam, sedikit rasa penyelasan menggerogoti hatinya.

"Guys?"

Keduanya lantas menoleh ke arah Cassy yang juga sama kagetnya.

To be countinue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be countinue





INSANE MAN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang