30

1.7K 169 22
                                    

"...asalkan mau nurutin semua kemauan kakak malam ini" lanjut Arkan tertawa licik.

Zanna tersenyum masam, apakah kakaknya pikir ia akan selalu tunduk padanya? Apa dia pikir kebebasannya dapat dibeli hanya dengan ia menyerahkan tubuhnya?

Zanna menatap seolah menantang pada pria yang suka mendominasi dirinya. "Gak peduli kak Arkan ngomong apa, izin dari kamu gak sepenting itu buat aku kak". Arah mata Zanna turun kebawah tepat di kejantanan Arkan yang masih mengacung tegak seolah menunggu ia dengan putus asa meminta kepada pria itu untuk segera dimasuki. Heh, jangan harap!

"Dan ngomong-ngomong punya kak Arkan gak sebagus itu untuk muasin aku, kalau aku mau aku bisa minta ke cowok lain" lanjut Zanna provokatif. Pipinya bersemu, siapapun tau kala melihat tatapan sayunya ketika digagahi pria itu tanda bahwa ia amat sangat puas akan sentuhannya. Tapi ia menghalau rasa malu itu menunjukkan pada kakaknya bahwa tanpa pria itu ia bisa mendapatkannya di laki-laki lain.

Tentu mendengar ucapan Zanna yang memprovokasi membangkitkan amarahnya. Tatapan tajamnya menghunus ke arah gadis kecil dan lemah tetapi keras kepala yang mencoba melawannya.

Zanna yang ditatap seperti itu menunduk, melilit tubuhnya dengan selimut lalu turun dari ranjang hendak ke kamar mandi berusaha tak peduli.

Begitu Zanna melewatinya, Arkan menarik lengan gadis itu. "Jangan harap kamu bisa ngelakuin itu dengan laki-laki lain sayang" desis Arkan. Dengan sedikit paksaan ia menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang itu dan mendorong punggung gadis itu hingga telengkup di atas kasur dengan kedua kaki masih menapaki lantai.

"Kak!" Protes Zanna berusaha bangkit tapi bahunya di tahan oleh pria itu.

Arkan yang berdiri menjulang di belakang Zanna yang masih telengkup menikmati pemandangan dimana ia bisa mendominasi gadis itu. Dia pikir bisa mengalahkannya dengan tubuh sekecil itu? Dasar gadis menyebalkan. Tapi tanpa dipungkiri perlawanan Zanna mewujudkan salah satu fantasinya akan gadis itu, membuatnya semakin bergairah.

"Mau dengan siapa kamu ngelakuin itu selain sama kakak, hmm?" Tanya Arkan dan tangannya menampar pantat sintal itu. "Gadis nakal" lanjutnya lagi menampar pantat sebelahnya membuat gadis itu mengaduh.

Arkan menurunkan celana dalam Zanna tanpa melepasnya kemudian mengelus bongkahan kewanitaan itu yang masih terlumasi oleh cairannya sendiri.

"Kak, lepasin!" pinta Zanna jengkel.

Arkan tak peduli akan sikap penuh penolakan itu, tetap ia mengarahkan miliknya tepat di pintu kenikmatan milik gadis pujaannya. Ia menunduk dan berbisik lembut penuh ancaman di belakang telinga gadis itu, "tak akan ada seorangpun yang bisa nyentuh kamu selain kakak sayang, atau dia akan nanggung akibatnya, minimal masuk rumah sakit tak masalah kan?" Arkan kemudian mendorong miliknya masuk.

"Kak, jangan gini ahhh!" Zanna meremas sprei kasurnya ketika milik Arkan masuk hingga menabrak dinding rahimnya.

Arkan menarik miliknya untuk dihujamkan kembali, begitu terus-menerus dari temponya pelan hingga cepat.

"Fuck!" Arkan lagi-lagi menampar pantat menggoda itu hingga memerah. "Siapa suruh kamu sexy banget, bikin kakak pengen ngentotin terus" ucapnya terus menggenjot lalu kembali menampar pantat itu kemudian meremas kasar.

"Kak, aku mohon pelan-pelan" pinta Zanna kala Arkan terus menghujamnya dengan tempo yang cepat membuat desahan demi desahan lolos dari bibir cantik itu. "Mama papa nanti tau" bisiknya. Memang kamar orang tuanya berada di lantai bawah, tapi siapa tau malam ini mereka apes dan ketahuan, Zanna belum siap untuk itu.

"Kakak gak peduli" tawa Arkan membuat Zanna semakin frustasi.

Arkan lalu membalik tubuh itu hingga telentang dengan kedua kaki mulus Zanna ia sandarkan di bahu kirinya. Otomatis gadis itu membuang muka seolah masih kesal padanya. Tak menghiraukannya, Arkan mendayung pinggulnya hingga Zanna mau tidak mau menatap wajahnya dengan mata sayu itu.

"Cantik banget" puji Arkan sembari menarik lepas celana dalam yang sudah tidak karuan dan meremas payudara Zanna. Lalu menunduk mencium bibir merah jambu itu guna meredam desahan nikmat gadis itu.

"Kakak udah gak tahan, mau keluar" bisik Arkan ketika menciumi rahang gadis itu.

"Kak aku mohon kali ini jangan keluar di dalam" ucap Zanna.

Arkan mengangguk dan bergerak dengan cepat dan begitu sudah dekat ia langsung menarik miliknya dan mengocok kejantanan itu hingga sperma miliknya mengotori perut Zanna. Giginya bergemelatuk merasakan nikmat.

"Ahhh, Zan. Bisa apa kakak tanpa kamu" ucap Arkan mengecup bibir gadis itu.

Zanna langsung bangkit dan memunguti celana piyama dan celana dalamnya kemudian melemparnya ke keranjang baju kotor. Ia juga melepas atasannya dan bra untuk dilemparkan ke keranjang baju kotor. Tanpa menoleh sedikitpun Zanna berjalan ke kamar mandi.

Arkan terperangah dengan kelakuannya gadis itu, ia juga memungut celananya untuk dipakai sementara kaosnya tetap ia biarkan di lantai. Ia berjalan ke lantai bawah untuk mengambil minum dan begitu kembali ke kamar Zanna, ia melihat gadis itu sudah terbaring di atas kasur dengan posisi membelakanginya. Pelan-pelan ia ikut bergabung di ranjang gadis itu memeluknya dari belakang.

"Marah?" Tanya Arkan ketika gadis itu hanya diam saja.

"Kak, aku cape mau tidur" kata Zanna berusaha mengabaikan pria itu. Namun sekeras apapun ia mencoba, pria yang kini berbaring di belakangnya malah menggerayangi tubuhnya.

"Kan kakak udah bilang kalau lagi sama kakak gak usah pake bra" ucap Arkan meremas payudara gadis itu. 

"Kak, bisa lepasin tangannya gak? Aku mau tidur" pinta Zanna jengkel.

"Tinggal merem aja sayang" sahut Arkan. Dan kini tak hanya meremas payudara dia juga menciumi leher Zanna lalu menghirup aroma tubuh gadis itu.

"Aku gak bisa tidur kalau kamu kayak gini kak" kesal gadis itu.

Arkan terkekeh gemas. Ia berhenti mengganggu dan memeluk pinggang ramping itu penuh sayang. "Kakak izinin kamu pergi" bisiknya.

Zanna memutar mata jengah, apalagi yang akan diucapkan pria mesum itu?

"Asal kamu janji bakalan terus ngabarin kakak, angkat telfon kakak, balas chat kakak"

Zanna hanya diam

"Denger gak? Kalau pura-pura budek gak jadi diizinin" ucap Arkan usil.

Terdengar gadis itu berdecak sinis lalu mengangguk pelan.

"Apaan ngangguk doang, jawab dulu"

"Iya" jawab Zanna.

"Gadis baik, gadis pinter, kesayangan kakak" tutur Arkan mengecup kepala gadis itu. "Jangan ngambek ah"

"Aku gak ngambek" balas Zanna tanpa menoleh.

"Masa? Cemberut gitu, kamu kira kakak gak liat dari sini?" Tanya Arkan.

Dengan malu-malu Zanna memutar tubuhnya lalu menyembunyikan wajahnya di dada pria itu. "Diem, aku mau tidur!"

Arkan tertawa keras membuat gadis yang kini memeluknya mencubit pinggangnya. Setelah mengehentikan tawanya, ia mengelus punggung Zanna naik turun hingga membuat gadis itu tertidur pulas.

Melihat tingkah Zanna malam ini, sepertinya ia harus memanjakan gadis itu dengan hadiah-hadiah. Ia tak sabar melihat tawa gembira adik manisnya ini.

 Ia tak sabar melihat tawa gembira adik manisnya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INSANE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang