22

38.1K 498 29
                                    

Entah berapa lama yang dihabiskan dengan upaya putus asa Zanna mencakar memukuli lengan Arkan yang menyeretnya masuk ke dalam kamar pria itu. Pemberontakan lemah itu tak seberapa buat Arkan tetapi tetap saja ia kesal karena Zanna terus-menerus menolaknya. Sedikit kasar ia mendorong tubuh gadis itu hingga jatuh ke atas tempat tidurnya.

Zanna menatap Arkan yang menjulang di hadapannya dengan darah yang mulai mengering di pelipis pria itu memberikan kesan menyeramkan. Ia memiringkan badannya hendak bangkit tetapi sebelah pergelangan kakinya di tarik mundur oleh Arkan.

Zanna berontak lagi dan kembali mencakar lengan Arkan, tetapi pria itu dengan mudah menangkisnya. Terengah, Zanna berhenti melawan tetapi tangisnya tak kunjung berhenti memohon belas kasihan kakaknya. "Aku gak mau, jangan paksa aku"

"Zan udah berkali-kali kakak bilang jangan membantah"

"Kalau kamu nekad aku bakalan laporin kamu!"

Arkan tak berkata apapun dan menunduk guna menarik paksa celana dalam gadis itu.

"Kak, kumohon" kaki Zanna refleks mengatup namun tangan Arkan yang kuat memaksanya terbuka.

"Laporin aja"

"Aku serius kak"

"Kakak juga. Kakak gak peduli. Kakak butuh kamu sekarang"

"Kak aku mohon jangan kayak gini"

Senyum Arkan mengembang tipis mendengarnya, "gak ada gunanya kamu mohon-mohon sama kakak" tepat setelah mengatakannya Arkan membenamkan wajahnya di lipatan feminim Zanna, menjulurkan lidah dan mulai menjilatinya seperti hewan lapar. Tanpa sadar Zanna mencengkram rambut Arkan. Sekuat apapun ia bertahan, lidah dan juga bibir Arkan berhasil memanipulasi gadis itu hingga rintihannya semakin nyaring.

Tangan Arkan menggenggam kedua paha Zanna, memisahkannya dengan kepalanya ditengah-tengah sambil terus memainkan jilatannya. Dikala desahan klimaks gadis itu melengking ia menggantikan lidah dengan jarinya sembari menarik turun resleting celananya sendiri. Dengan segera ujung kejantanan telah menggantikan jari Arkan.

"Kak, jangan!" Frustasi Zanna kembali berontak dan berujung mencakar leher Arkan.

Arkan tak memperdulikan penolakan itu, tanpa aba-aba mendorong kejantanannya masuk ke dalam kemaluan gadis itu yang kini basah oleh cairannya sendiri.

Tentu saja ukuran milik Arkan membuat Zanna mengernyit sakit. Akan tetapi pria itu terus mendorongnya masuk meski susah payah dan menulikan telinganya akan lolongan kesakitan Zanna.

"Kak udah, aku mohon udah, sakit banget" rintih Zanna begitu sedikit demi sedikit milik Arkan mulai terbenam.

"Jangan gerak sayang, jangan gerak. Kalau kamu tegang kayak gini bakalan sakit" ujar Arkan meremas paha Zanna lantaran kesulitan menerobos sempitnya milik Zanna.  "Fuck sempit banget!" Erangnya.

"Ini sakit banget kak berhenti sekarang" jerit Zanna tangannya gemetar menahan perut Arkan.

Arkan mulai mengentakkan pinggulnya keras hingga semua milik ya sampai ke dalam dan biji Arkan menempel di bibir kemaluan Zanna.

Air mata membasahi pipi Zanna dengan raungan kesakitan yang menggema. Sedangkan wajah Arkan perpaduan rasa sakit dan nikmat yang menjadi satu. Alisnya kini bertautan matanya terpejam.

Arkan menarik kejantanannya sampai ke ujung untuk didorong lagi dengan tiba-tiba membuat jeritan Zanna lagi-lagi meminta semuanya dihentikan.

"Sayang sempit banget, kamu memang yang terbaik" bujuk rayu Arkan disela-sela tangisan Zanna. "Sakit banget ya? Maafin kakak kalau ini sakit, kakak janji habis ini bikin kamu ngerasa enak" bisiknya mengelus pipi lalu mengecup kelopak mata Zanna yang basah akan air mata. Pelipis dan pipi gadis itu tak luput dari sentuhan bibirnya hingga akhirnya meraup bibir basah dan bergetar Zanna.

INSANE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang