"Kak aahhh udah, udah cukup uuh!" rengekan Zanna begitu merdu ditelinga Arkan. Posisi gadis itu berbaring miring sementara dirinya menjulang dengan gagah menekuk kaki Zanna memberikan akses agar miliknya bergerak leluasa keluar masuk di dalam lubang hangat nan basah gadis itu.
"Jangan gerak sayang, jangan gerak. Kamu sayang kakak kan? Hmm? Uhhh!" Racau Arkan.
"Ahh, sssstt ouuh!" Zanna tak menjawab. Ia mendesis kala dengan liarnya Arkan menggenjot kejantannya menumbuk dinding rahimnya keras dan kasar.
"Oh God!" Gumam Arkan. Giginya bergemelatuk ketika lagi-lagi ia akan mencapai batas. Pinggulnya makin bergerak cepat membuat tubuh Zanna berguncang sembari memohon padanya untuk berhenti. Hingga pada hentakan terakhir yang kuat ia pun memuntahkan spermanya memenuhi rahim Zanna dengan sengaja.
Arkan menarik diri, ia terengah dan berkeringat begitupun dengan Zanna. Wajah Zanna memerah dipenuhi peluh, di kulitnya yang putih mulus kini memiliki banyak tanda dari Arkan di mulai dari leher dada perut bahkan paha gadis itu. Dan tempat tidur sudah basah oleh cairan mereka dan keringat begitu tidak karuan. Ia tersenyum puas, malam ini sungguh menyenangkan. Lihatlah begitu cocoknya tubuh mereka yang saling meluluh lantakkan itu.
Zanna meringkuk sambil meremas sprei dengan tangan kecilnya yang gemetaran, matanya sayu dan berat, nafasnya tersengal-senggal ketika berucap, "kak udah cukup, aku mohon." Dan tak menunggu lama mata Zanna terpejam akibat tak kuasa lagi membuka mata.
Arkan mendengus, kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa menahan diri bahkan melampiaskan nafsu bejadnya pada gadis yang kini tertidur kelelahan. Ia dengan tega membolak balik tubuh Zanna seperti adonan dan memaksa gadis itu melayaninya semalaman.
Arkan turun dari ranjang, memungut celananya kemudian memakainya. Dengan masih bertelanjang dada ia keluar kamar melangkah ke dapur. Begitu sampai, ia membuka lemari pendingin dan mengambil satu kaleng minuman soda, dengan cepat ia membukanya dan meneguk habis isinya.
Arkan melempar kaleng minuman yang kosong ke keranjang sampah sembari menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi. Ia menghela nafas, pantas saja Zanna terus-menerus merengek memintanya berhenti karena memang dia segila itu.
Arkan kembali ke kamar lalu duduk di tepi kasur, memandangi Zanna yang terlelap. Tangannya terulur mengelus sepanjang tulang pipi gadis itu. mata yang menatapnya memohon semalam ini kini terpejam, bibir ranum yang semalam ini mendesah sedikit terbuka, dan tubuh molek yang selalu membangkitkan gairahnya kini terbaring lemah begitu rapuh tanpa perlawanan. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Ia berharap setiap pagi dapat melihat pemandangan ini.
Arkan menunduk mengecup pipi Zanna hingga kemudian ia bangkit meninggalkan kamar gadis itu.
Arkan sudah lengkap dengan setelan kantornya, sekarang berada di dapur menyiapkan sarapan. Satu tangannya sibuk membalik irisan daging di atas teflon sementara tangan satunya mengarahkan ponsel ke telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE MAN
RomancePria yang sudah Zanna anggap sebagai pelindungnya, kakaknya, memiliki sisi tegas tapi juga lembut, perlahan mulai gila sejak ciuman pertama mereka. Seharusnya ciuman itu tidak pernah ada karena mengakibatkan hubungan keduanya menjadi rumit. Arkan t...