Satu tahun yang lalu
"Kak Arkan?"
Arkan yang terbaring mencoba tidur melirik ke arah pintu tempat sumber suara ketukan dan lembutnya Zanna memanggil namanya.
Karena tak ada sahutan darinya suara lembut mendayu itu kembali memanggil.
"Kak Arkan? Aku boleh masuk? Kak Arkan udah tidur?" mendengar deretan pertanyaan itu membuat Arkan tak tega mendiami gadis itu. Sudah lama ia tidak berbicara dengan benar dengan adiknya yang manis. Segera Arkan bangkit lalu berjalan meraih pintu kamudian membukanya.
Zanna yang hendak pergi seketika terkejut karena Arkan tanpa menyahut langsung membuka pintu, padahal ia sudah mengira bahwa lagi-lagi ia akan gagal menemui sang kakak lantaran berpikir mungkin saja kakaknya kelelahan dan ingin tidur.
"Kenapa Zan?" tanya Arkan lembut. Tapi hal itu tak membuat Zanna tersenyum karena merasa di balik setiap tutur kata lembut Arkan pria itu mencoba mengindarinya terus.
"Aku boleh masuk gak?" ekspresi Zanna memelas, di mata gadis itu Arkan dapat melihat bahwa Zanna begitu merindukannya. Kalau boleh jujur, ia pun amat sangat merindukan gadis mungil yang lucu dan menggemaskan ini.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Arkan menggeser tubuhnya memberi Zanna jalan.
Senyum kecil Zanna terbit dan itu tak lolos dari pemangamatan Arkan. Gadis itu masuk, melangkah riang, kemudian mendudukkan diri di kursi meja belajar di sisi kasur.
Arkan menghampiri Zanna, duduk di atas ranjang, tetapi sedikit menjaga jarak membuat Zanna mengernyit.
"Kak apa kabar?" tanya Zanna basa-basi mencoba membuyarkan suasana canggung yang di alaminya.
"Kayak gak ketemu sepuluh tahun aja nanya gitu" kekeh Arkan gemas membuat Zanna terkikik geli.
"Rasanya udah sepuluh tahun gak ketemu kamu kak! Kak Arkan gak sayang aku lagi?" raut Zanna berubah sendu membuat Arkan ingin segera mendekapnya.
"Kakak selalu sayang sama kamu Zan" jawab Arkan menatap dalam-dalam pupil mata gadis itu.
"Kamu bahkan gak mau ngobrol sama aku kak" dengusnya. Zanna ingat betul kakaknya yang super sibuk akhir-akhir ini selalu melengos masuk ke dalam rumah terkadang hanya menyapanya sekedar saja padahal ia sudah sungguh bahagia menyambut kepulangan kakaknya itu.
"Kakak sibuk banget Zan, kakak minta maaf kalau hal itu bikin kamu ngerasa diacuhkan" sesal Arkan.
Zanna tersenyum palsu ke arah Arkan. Ia tahu itu semua hanya alasan saja. Selama ini sesibuk apapun kakanya, laki-laki itu pasti menyempatkan sedikit waktu luangnya untuk mengobrol dengannya. "Aku tau kak" ucap Zanna pelan.
Arkan menyadari gurat kesedihan gadis itu. Ia menarik lengan kursi hingga roda dibawahnya menggelinding membawa Zanna mendekat. "Makasih ya udah ngertiin kakak?" Arkan membelai pucuk kepala Zanna mengelus rambut gadis itu.
Zanna memejamkan mata menikmati, sudah lama Arkan tak bersikap semanis ini padanya. Jagankan bersikap manis, setiap ia ingin menemui Arkan di kamarnya laki-laki itu berasalan ingin tidur. Ia begitu merindukan sosok Arkan karena selama ini hanya Arkan yang menemaninya sebab orang tuanya sering berpergian.
Arkan memandangi wajah Zanna, lalu turun ke bawah fokus pada bibir ranum gadis itu.
"Pengen cium" batin Arkan begitu berhasrat.
"Kakak takut kamu diambil orang lain, jangan deket-deket sama cowo manapun, kamu punya kakak" lirih Arkan.
Zanna tak begitu paham maksud perkataan Arkan yang diucapkan dengan wajah serius itu. Ia hanya mengira bahwa itu adalah sifat protektif sang kakak karena menyayangi adiknya, belum siap melepas dirinya karena ia masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE MAN
RomancePria yang sudah Zanna anggap sebagai pelindungnya, kakaknya, memiliki sisi tegas tapi juga lembut, perlahan mulai gila sejak ciuman pertama mereka. Seharusnya ciuman itu tidak pernah ada karena mengakibatkan hubungan keduanya menjadi rumit. Arkan t...