Tidak ada yang istimewa dari pertemuan yang seharusnya menjadi malam mengerikan hari itu.
Felix seharusnya tetap dengan kehidupannya, christ juga tetap dengan hidupnya.
"Tapi mengapa kita bertemu dalam kehidupan seperti ini??" - Felix lee.
•BxB
•B...
Felix segera membekap mulut pria asing itu membuat eranganya menjadi tertahan. Anak itu bahkan menatap tajam padanya.
"kendalikan mulutmu karena dinding itu bertelinga" Peringatnya penuh tekanan mengingat luas unit apartmentnya ini hanya sekitaran 19m² atau 20m² yang tentunya suara dalam unit lain itu sangat mungkin besarnnya untuk sampai terdengar di unit lainnya.
Susah payah si asing itu menggerakkan kepala seolah mengatakan jika ia mengerti bersama telenan ludahnya yang terasa amat sangat berat hingga rasanya mencekik kerongkongan.
Felix pun melepas bekapan kecilnya lantas berjalan menuju sebuah almari. Entah apa yang ia cari dengan agresifnya mengeluarkan hampir seluruh isi di dalam lemarinya tersebut.
Sebuah kotak persegi panjang ia keluarkan dari dalam sana. memunggut sehelai kain yang mungkin itu salah satu kaos miliknya lantas kembali mendekat pada pria asing yang telah ia dudukan di ranjang kecilnya.
Meletakkan kotak tersebut di sisinya, lantas meremat-remat kain kaos miliknya yang berwarna merah itu hingga berbentuk sebuah gumpalan.
"Ini akan sangat sakit" Katanya dengan memasukkan gumpalan kain itu masuk kedalam mulut pria asing tersebut.
Mungkin tujuannya jika dia tak dapat mengendalikan rasa sakitnya dan menimbulkan suara, maka suaranya akan sedikit terendam oleh kain tersebut. Atau mungkin saja dia dapat menyalurkan rasa sakitnya dengan mengigit kain tersebut.
Kelereng kehijauan felix pun tampak berkeliling entah apa yang ia cari. Di detik berikutnya beranjak menuju sekantung plastik yang terjatuh di lantai dekat pintu.
Oh, jika aku tidak salah lihat. Itu kantung plastik yang berisikan obat-obatan dari apotek yang ia beli untuk mengobati kakek yang tadi.
Felix memungutnya segera kembali dan membuka kotak miliknya tadi. Mengeluarkan sebuah sarung tangan karet dan memakainya.
"Pegang ini untukku" Pintanya setelah menyabet ponsel miliknya dan menyalakan flash. Pria itu juga tampak menurut walau kelemahan terpampang nyata, tangannya terulur untuk memegang benda pipih tersebut.
Aku rasa Felix juga tidak mengerti mengapa dia membeli cairan infus itu beberapa menit lalu. Namun anak itu tak ingin banyak berfikir segera membersihkan tangannya yang telah terbalut sarung tangan.
Tak hanya itu, sebuah gunting, pisau bedah dan alat penjepit yang mungkin hanya akan kalian temui dalam ruang operasi, ketiga alat itu felix keluarkan dari dalam kotak dan mencuci alat-alat tersebut dengan cairan infus.
"Arahkan kesini" Minta Felix agar menyorotkan flash ponselnya itu pada bahu milik pria asing tersebut, yang mungkin tepatnya disini. ➷
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Felix menatap lamat-lamat luka itu bahkan jakunnya tampak bergerak menandakan sang empu menelan sesuatu.
Di detik berikutnya, kelereng kehijauannya bergerak naik hingga bertemu dengan kelereng kecoklatan rendah itu.
"Dengar, aku bukan ahlinya dalam bidang ini. Jika kau tiada setelah ini, maka temui aku di neraka nanti"
"EEARRRGGGKMMMMM"
Sakitnya bukan main. Pisau bedah itu telah menembus dagingnya. Bisa kalian bayangkan seberapa ngerinya???
Apalagi saat pisau itu merobek menembus menimbulkan suara yang jika kalian benar-benar dapat mendengarnya, itu mungkin dapat mengiris batinmu.
Ngilu, kau tau. Dan bayangan betapa sakitnya itu??
Lihat, dia dalam keadaan sadar tanpa anastesi dimana nyawa seakan telah berada di ujung ubun. tangan lainnya yang bebas itu tampak terangkat mencengkram lengan kecil felix bahkan menatap tajam padanya.
Felix sendiri tampak tak peduli dimana tangan kecil lainya tampak meraih sebuah penjepit. Perlahan juga jari-jari kokoh itu meninggalkan lengan kecil miliknya.
Tak!
Setelah beberapa menit berjuang dengan alat seadanya itu, Felix berhasil mengeluarkan anak peluru yang bersarang tidak terlalu dalam juga tak sampai melukai tulang. Beruntung juga, peluru itu tidak memiliki racun.
"HAISSHH!!! APA WANITA JALANG ITU KEMBALI MEMBUNUH BAYINYA?!!!"
Felix yang sedang mengobati itu terperanjat dengan nyaringnya suara tersebut. Aku rasa juga bukan hanya Felix, pria itu juga sama.
Namun, Felix segera teringat akan darah pria ini. Buru-buru anak itu melepas sarung tangan segera berlari keluar yang membuat pria itu tak mengerti.
"Apa??"
Kecemasan anak itu terlihat sangat nyata. Akan tetapi, keberuntungan mungkin berpihak pada pria asing tersebut.
Ahjusi di hadapannya saat ini sedang dalam kondisi hangover. Namun, Felix belum dapat bernafas bebas karena dia harus memastikan apakah darah pria itu berserakan di gedung ini atau tidak sebelum ada orang lain lagi yang akan melihatnya.
Satu tetes..
Ya, hanya ada satu tetes di depan unit sebelah miliknya yang buru-buru Felix singkirkan. Di luar juga kembali hujan. Felix yakin darah yang mungkin bercecar di jalan akan terbawa oleh air hujan.
Sayangnya, Felix tidak dapat memastikan dengan darah di tempat dimana pria itu bersembunyi sebelumnya.
Mengapa dia melakukan ini semua?? Kalian lihat, anak itu bahkan pergi meninggalkan gedung apartementnya hanya untuk membersihkan darah pria asing itu.
Tak peduli walau derasnya huJan menghunjam badan kecilnya, ia tetap berlari. Bahkan tak hanya membersihkan darah itu, Felix bahkan berusaha mengerahkan seluruh tenanganya untuk kembali mendirikan mesin jual otomatis yang masih tergeletak di tengah gang itu.
Sayangnya, kerusakan mesin itu terlihat sangat nyata. Jika begini, mungkin sang pemilik akan memeriksa CCTV miliknya.
"Shit!!!" sumpah nya prustasi karena usahanya hanyalah sia-sia.
PRAAAAANG!!!!
Pecah!
Anak itu menghancurkan salah satu CCTV sebelum akhirnya berjalan pergi bersama amarah.
TBC <————««♡»»————>
sebenarnya pengen banget ngedetailin secara rinci saat Felix ngeluarin peluru itu.
Tapi aku sulit mendeskripsikan nya huweee 😭 apalagi rasa sakitnya itu nyeri banget ampe ngilu, tapi susah detailin nya 😭😭 maafkan ya gaes, I do my best 🥲