0004

177 35 6
                                    

"Yaampun, aku benar-benar tidak mengerti lagi dengan orang-orang sialan ini"

Samar-samar Felix mendengar ucapan tersebut yang segera menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mencuci kaos penuh darah milik pria asing baginya itu. menempelkan telinganya pada pintu untuk mendengar lebih jelas.

"Sudahlah, beruntung hanya mesin jual dan cctv tak bergunamu itu saja yang hancur. Kau lihat bagaimana tempat pak lee, orang tua itu bahkan terluka. Kasihan sekali"

"cctv tak berguna?" Inner felix semakin penasaran.

Jadi, cctv yang felix rusak kemarin malam itu hanyalah sebuah pajangan. camera tersebut sama sekali tidak berfungsi.

Sang pemilik sudah menyerah dengan orang-orang di kalangan kota itu. Yang tentu-nya, ini bukanlah kerusakan pertama yang dialami oleh sang pemilik ruko.

Dan tembakan yang terjadi kemarin malam pun bukan kejadian yang pertama kalinya juga. Bisa dikatakan, ini adalah kota gelap yang di penuhi dengan para bajingan.

Lihat saja, seharusnya insiden penembakan itu mendapat perhatian lebih bukan??

Tapi tidak disini.

Tak peduli ada korban atau tidak, insiden seperti itu akan lenyap seketika. Bahkan seseorang yang mengalami kerugian seperti ini tak akan ada yang menghiraukan.

Felix menelan angin kosong tampak bergerak menjauh dari pintu "hey, apa kau semalam mendengar omelan bajingan itu?"

"Maksudmu pak kim?"

Sepertinya felix sudah tidak tertarik lagi untuk mendengarkan. Dia tau yang mereka bicarakan adalah ahjussi yang berteriak semalam dalam keadaan hangover.

Salah satu dari mereka tampak menyenggol siku milik sebelahnya seolah memberitahu jika yang mereka bicarakan sedang berjalan kearah mereka.

Tapi itu bukan pak kim yang mereka bicarakan. Melainkan sosok perempuan dengan kondisi yang sangat melelahkan.

"Lihat cara jalannya, sepertinya benar Jalang itu mengugurkan bayinya lagi"

Tik..

Tik...

Tik.....

tetesan air sebesar biji jagung itu jatuh dari saluran air kedalam sebuah kaleng di dalam sebuah kamar mandi yang terletak di lantai paling atas.

Felix berjalan penuh waspada dimana mata berkeliling seolah mencari sesuatu di rooftop sana.

Lantai paling atas di bangunan itu terdapat beberapa jemuran baju juga terlihat ada beberapa drum besi yang sudah usang.

Mata lentiknya terbelalak melihat pria yang tertembak itu berada di sela-sela drum besi tersebut dalam kondisi yang mengkhawatirkan. dimana bibir sudah sangat putih seolah tak lagi bernyawa.

Ngomong-ngomong, malam ini adalah malam ketiga setelah hari itu. Felix berjalan ke ujung gedung ini setelah mendengar cerita dari para anak-anak kecil jika ada hantu di rooftop.

Entah mengapa felix begitu sangat tertarik untuk melihatnya. Tapi apa yang ia temukan?? Ia justru melihat pria yang belum ia ketahui namanya itu tak lain adalah bangchan yang sekarat di sana.

"Neo michoso??" Lirihnya dengan mimik tak percayanya.

Anak itu berfikir keras. untuk sekarang dia tak mungkin memapahnya seperti kemarin dimana chan masih mampu berjalan. Dan sepertinya tak ada pilihan lain selain harus mengangkat badannya.

"Tuhan, tolong bantu aku" do'anya dalam hati dimana sekarang dirinya meletakkan kepala diatas perut chan menatap keatas langit.

Anak itu nampak meyakinkan diri dimana ia telah memegang salah satu kaki chan. Di detik berikutnya anak itu mengerang dalam bersama gerakan untuk dirinya berusaha bangkit dengan chan yang benar-benar bertumpu di bahu kecil itu tepat pusaran perutnya bersentuhan dengan leher belakang Felix.

Tampak goyang dimana anak itu tak mampu menjaga keseimbangan. Namun dia tetap berjuang untuk mempertahankan diri.

Lengan satunya memegang erat salah tau lengan chan. Sedang lengan kecil lainnya memegang erat kaki chan.

Sedikit demi sedikit ia melangkah bersama beban badan chan di atas punggung kecilnya. Yang ada dalam pikirannya, dia harus segera membawanya pergi sebelum anak-anak itu datang untuk memastikan 'hantu' yang telah di ceritakan oleh salah satu temannya.

"Hahhhh! Hahhhh!" Felix mengambil nafas sebanyak mungkin setelah berhasil membawa pria itu kembali kedalam unitnya.

"Oh Tuhan, tidak" Gumannya penuh rasa takut.

Dia buru-buru menuju almarinya. Mengeluarkan sebuah selang dan beberapa benda lainnya yang tidak aku mengerti.

Oh, jarum infus.

Ya, dia memberinya infusan.

Tak hanya itu, ada suatu cairan di botol kecil yang Felix suntikan padanya. Di detik berikutnya, dia membuka perban di bahu itu dimana kondisinya sangat mengerikan.

Felix tiba-tiba berlari pergi menuruni setiap anak tangga dengan tergesa-gesa. Jujur aku sangat takut dengan keselamatan anak itu.

Bagaimana jika dia terpleset?? Dia sama sekali tidak memikirkan keselamatannya sendiri. Dia telah menuruni anak tangga dari ujung lantai dengan beban badan chan sampai ke lantai tujuh dimana unitnya berada. Dan sekarang, dia pun berlarian dari lantai tujuh untuk sampai ke lantai dasar.

Iris mata Jihyo yang melihat kepergian anak itu menimbulkan rasa penasaran pada dirinya kemana anak itu akan pergi.

Di tambah, sudah tiga hari ini setelah dia menyapa chan di pagi hari itu, dia tak lagi melihat pria pujaannya tersebut.

Wanita itu menjadi sangat mencurigai felix jika dia mungkin memiliki janji dengan chan. Dia bahkan tampak mengikuti keluar namun sebelum ia meninggalkan pintu utama, nampaknya Felix telah berjalan kembali yang justru mempertemukan mata keduanya.

Sejujurnya,  mereka sama-sama kaget dan bingung. Namun felix sangat buru-buru dan ia menundukkan kepalanya sedikit menunjukkan Kesopanannya sebelum akhirnya kembali berlari kedalam.

Jihyo melihat punggung kecil itu menghilang. Sedang Felix. setelah ia kembali kedalam unitnya, beberapa barang tampak jatuh berantakan yang tentunya menimbulkan suara kegaduhan.

Bukan karena anak itu tidak sabaran. Tetapi dia ingin cepat-cepat memberikan daun binahong yang ia petik beberapa menit lalu itu pada chan.

"Ssssssssstttttt"

Perih...

Chan mendesis lemah dimana mata sudah tak dapat terbuka dengan semestinya. Bahkan jari-jari kokoh itu sangat lemah memegang jemari kecil Felix yang masih menempelkan tumbukan daun di dadanya.

"It's okay, perihnya hanya sebentar. Dia akan segera mendingin" Bisiknya dengan mengengam tangan kokoh itu untuk kembali ia sejajarkan.

Tok!

Tok!

Tok!

Felix segera beranjak dimana ia sudah tau dengan siapa yang mengetuk pintu unitnya.

"Dengan...." Pemuda tinggi bertopi itu mengatungkan kalimat untuk melihat secarik keras di tangannya dengan seksama "yongbok?" Lanjutnya.

"Ne" Sahut dan terima Felix sekantung makanan di tangan pemuda tersebut.

"Terimakasih"

"Terimakasih kembali" Sahut Felix segera membuka pintu dan kembali masuk.

Ya, anak itu bahkan tak membiarkan pintunya terbuka lebar.

Dalam pandangan kalian, itu mungkin hanyalah sebuah makanan. Tapi sebetulnya, ada obat-obatan terlarang di dalamnya.

TBC
<————««♡»»————>

kepencet publish, maap :)

MaryJuana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang