0018

112 32 11
                                    

"Kakak kamu uda berangkat?"

"Hm"

ya, hanya daheman itu yang menyahuti pertanyaan taecyon.

"Daddy berangkat juga ya. kamu jangan kemana-mana dulu, daddy masih kangen" tak ada jawaban dari putra kecilnya.

menganggap semuanya baik-baik saja, itu sangat menyesakkan. taecyon berjalan dengan jarak beberapa langkah dari Felix yang masih duduk di meja makan.

dia tidak buta, dia juga tidak tuli. dia mendengar pertikaian kedua putranya pagi tadi. Dan sekarang, dia pun tau si bungsu kembali menitihkan air mata walau telah disembunyikan darinya.

"Juana" nyata sekali, Felix berjengit kala sang ayah sudah kembali berada di dekatnya dimana taecyon tampak berjongkok sejajar dengan kaki felix dan memegang tangan kecil putranya.

Liquid itu tidak bisa di sembunyikan lagi. Sementara felix menunduk tetap berusaha untuk menyembunyikan air mata itu walau dia tau sangat percuma.

"Daddy gapapa kok kalau Juana mau balik ke apartement"

Perlahan kelopak lentik itu terangkat hingga kelereng Jamrud nya bertemu dengan manik sang ayah.

Taecyon tersenyum disana. Sangat tulus, tapi felix juga dapat melihat kesedihan wajah itu.

Jari kokoh sang ayah pun tampak mengusap cairan yang membasahi pipinya. di detik berikutnya, taecyon beranjak diikuti pijatan lembut jari-jari nya di puncak kepala putranya sekilas yang kemudian pergi.

Jujur saja, posisi taecyon menjadi sangat serba salah. dia tidak bisa memaksa kehendaknya terhadap minho karena rasa bersalah dirinya pada putra sulungnya terlampau besar karena telah ia telantarkan.

Namun, dia juga tidak sanggup melihat putra bungsu nya menitihkan air mata seperti itu. dia sebenarnya tidak ingin melihat kedua putranya bersedih.

'Jika memang hidup terpisah membuat mereka damai, mungkin itu memang yang terbaik' pikir taecyon dalam perjalanannya menuju markas besarnya.

Walau sebenarnya dia sangat ingin mereka tinggal bersama dan akur layaknya saudara pada umumnya.

"Eurgh..... Arrrggghhh"

Chris menjambak surainya sendiri dimana kepeningan menyelimuti kepalanya. "Auhhh.. Shit!" sumpahnya dengan merenggangkan diri.

"Omo kamjagi" Sepertinya chris benar-benar terkejut hingga badannya terangkat menjadikan terduduk.

"What's going on?,, hmm???"

walau sepertinya nyawa belum sepenuhnya kembali. melihat wajah felix yang sembab, wajah bantalnya seketika berubah menjadi kekhawatiran.

"Mau pergi" lirih felix menyahuti.

"Hah??" tentu saja chris bingung seketika menjadi anak bloon.

bagaimana tidak, sejak changbin menjatuhkan dirinya dalam jurang, chris baru sadar siang ini langsung di suguhkan wajah felix yang bersedih.

Lebih parahnya lagi, dia saja tidak tau dimana dirinya saat ini. Lihat saja, kelereng kecoklatan itu berkeliling melihat ruangan asing tapi sangat megah.

Dengan wajah bloon nya itu, chris menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari beranjak meninggalkan ranjang. "Ini dimana?" Batinya.

Entah dia sadar atau tidak, tungkainya itu melangkah hingga mendekat pada serambi. "Haaaaxxx?!!!" kagetnya seperti nyawa yang akan dicabut dari raganya.

Cepat juga jari-jari kokoh itu menutup mulutnya. "apa ini?" Innernya lagi yang langsung diikuti oleh tangannya yang mengucek matanya sendiri seolah memastikan jika dirinya tidak salah melihat.

MaryJuana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang