penuh...
Kenyal...
Lembut...
Sombongnya lalakan petir yang menggelegar itu pun seolah tak ada harga diri-nya dalam telinga chris yang menjadi tuli.
Jari-jari lee felix pun tampak menggerat, mencengkram setiap sisi jaket kulit yang chris kenakan tepat di area pinggul chris seolah mengeratkan pegangan kecilnya disana.
"Sekarang kita teman"
"Jisung?!" Inner felix bersama mata lentiknya terbuka cepat seolah terkejut dengan pendengarannya sendiri yang mendengar kalimat jisung padanya.
Hal pertama selain kilatan cahaya di langit gelap sana dan hujaman air hujan yang putih, mata lentiknya juga melihat mata chris yang terpejam bersama bibir yang memakan bibir bawahnya.
Satu kalimat jisung itu seolah baru saja mengembalikan nyawa dan kewarasannya, kedua jemari miliknya segera terangkat hingga bertengger di dada chris seolah menahan pergerakan pria tersebut.
Tak hanya itu, Felix juga nampak membuang wajahnya kesamping yang tentunya pergerakan itu memutus tautan bibir keduanya secara sepihak yang mengakibatkan goresan tercipta di bibir kecilnya.
Pergerakan itu tentu saja membuat chris terkejut dimana matanya kini terbuka dengan pandangan penuh pertanyaan.
Dalam pandangan manik kecoklatan-nya itu, dia juga melihat keterkejutan sekaligus ketakutan dalam diri pemuda kecil tersebut.
Dimana felix yang membuang wajahnya, dia juga melihat pernafasannya yang berderu walau telinga tak mendengarnya lantaran pergerakan nafas dalam dada kecil itu terlihat tak biasa.
Di detik itupun, chris mulai mengerti dan menyadari sesuatu. adam apelnya tampak bergerak menandakan sang empu menelan sesuatu. Entah itu angin kosong, liur yang bercampur dengan air hujan, atau sisa-sisa kelancangan-nya yang terasa manis.
Perlahan juga lengan kokohnya yang melingkari pinggang sempit felix begerak pergi bersama perasaan canggung yang menyelimuti pria tersebut.
Dalam kecanggungan itu, chris nampak melepas jaket kulit nya yang segera ia letakkan pada punggung kecil felix.
Saat chris membenarkan jaket itu padanya, pandangan felix justru tersita oleh sesuatu di kening chris "darimana kau mendapatkan luka ini?"
Jari kecil itu menyentuh luka baru yang tercipta di wajah tampan pria tersebut. Tapi bukannya menjawab, jari kokoh chris justru memegang jemari kecil tersebut hingga ia bawa kedepan mulutnya.
"Ffuuuuhhh"
Alis felix yang sebelum nya bertaut pun perlahan menjauh. Itu adalah suara tiupan dari dalam mulut chris pada jemari kecilnya.
Tak hanya sekali, chris melakukan tiupan beberapa kali dimana kehangatan benar-benar felix rasakan di jemarinya.
Lagi-lagi, tanpa sadar pandangan mereka bertemu sangat lekat. Bahkan chris sama sekali tidak berkedip walau jemarinya yang lain tampak bergerak untuk mengambil jemari kecil felix yang lain.
Ya, kedua jemari kecil felix pun berakhir dalam tangkupan besar jamari chris.
◑Malam itu benar-benar sangat dingin dimana derasnya air hujan tak kunjung berhenti. Sedang felix dan chris, keduanya hanya berteduh dibawah pohon rindang dimana tetesan hujan pun masih mampu membasahi keduanya.
"Euugh~"
Lenguh halus felix dimana pemuda kecil itu mengeliat, mendusel didada chris seolah mencari kehangatan layaknya bayi kucing.

KAMU SEDANG MEMBACA
MaryJuana ✔
Fiksi PenggemarTidak ada yang istimewa dari pertemuan yang seharusnya menjadi malam mengerikan hari itu. Felix seharusnya tetap dengan kehidupannya, christ juga tetap dengan hidupnya. "Tapi mengapa kita bertemu dalam kehidupan seperti ini??" - Felix lee. •BxB •B...