0005

159 35 4
                                    

Tidak,

Itu bukan obat-obatan sejenis narkotika.

Itu obat legal yang felix beli secara ilegal. Maksudnya, dia membelinya tanpa resep dokter. Dalam hal ini, sepertinya felix sudah biasa melakukan transaksi sedemikian.

Tok!

Tok!!

Tok!!!

berjengit. Buru-buru felix menyembunyikan obat berbentuk tablet itu di bawah mejanya. Lantas berjalan mendekati pintu untuk melihat siapa yang mengetuk dari lubang intip.

Menghela nafas, karena ternyata itu pak kim. Felix melihat pria paruh baya itu mejauh dengan sempoyongan.

Saat akan kembali masuk, iris matanya tanpa sengaja menangkap sebuah kerlingan kecil di lantai yang berasal dari sebuah cincin perak.

Felix memunggutnya sebelum akhirnya kembali masuk bersama benda tersebut.

"Milik siapa ini?" Batinnya penuh pertanyaan sembari memperhatikan baik-baik cicin tersebut.

"Bang??" Bersama kening yang mengerut, dia membaca huruf yang terukir di bagian dalam cincin itu.

Entah mengapa pandangannya tiba-tiba tertuju pada pria yang terbaring diranjangnya. Tapi itu hanya sebentar sebelum akhirnya Felix menuju mejanya yang ternyata dia menyimpan cincin itu dalam sebuah kotak kecil yang ia miliki.

Sebetulnya, cincin itu memang milik pria itu yang terjatuh dari jari-jari kokohnya. Namun, Felix tidak menyadari, bahkan beberapa kali dia menginjaknya.

Untuk sekarang, Felix masih tidak tau pasti cincin milik siapa itu. Tapi dia menyimpan dan akan menunjukkan padanya nanti.

Dua hari sudah. Sekitar jam sembilan pagi menuju siang ini, pria itu akhirnya membuka matanya lebar-lebar.

"Agk! Ergh.."

Geraman itu tampaknya mengusik tidur felix. Sayup-sayup anak itu menolehkan kepala kearah ranjang.

Nyawa pun seolah kembali dengan cepat. "Kau butuh seuatu?" Tanya felix.

"Air" Lemah dan serak suara itu keluar dari bibir keringnya.

"Hoooaaaaaaaaaaammmm... yamyamyam"

Felix menguap panjang sembari berjalan mendekati lemari pendingin.

Kalian tau?? pria yang jihyo kenal sebagai chan itu, senyumnya tumbuh hanya karena uapan felix. Tipis sekali, sangat samar. Tapi dia terlihat begitu tampan walau kepucatan memenuhi dirinya.

Dalam pandangannya itu, ternyata Felix terlihat sangat menggemaskan. Apalagi saat anak itu mengunyah angin kosong dengan suara 'yamyam-nya'

"Ini" Felix menyodorkan segelas air hangat dan di terima perlahan olehnya.

Felix sendiri menarik kursi menjadi lebih dekat dengan ranjang. Ternyata, Felix memeriksa luka di dada itu.

"Dia mulai mengering" Lirihnya yang tak mungkin dapat di dengar dengan jelas oleh sang pemilik luka.

Dibandingkan dengan dua hari yang lalu saat Felix menemukannya di rooftop, luka itu sudah lebih baik. Jika kalian melihatnya sendiri, aku rasa kalian tidak akan sanggup.

Seberapa basah dan becek, luka itu hampir membusuk. Bahkan hidung Felix sudah dapat mencium aroma tak sedap dari sana.

Beruntung ada tanaman binahong yang tumbuh di  dinding gedung ini. Selain obat luar itu, Felix juga memberikan obat yang ia terima kemarin untuk membantu penyembuhannya dari dalam.

MaryJuana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang