Agak di sayangkan memang, kalau insiden yang kita tunggu tunggu menjadi gagal karna es krim rasa vanillanya. Seharusnya waktu itu ia langsung saja berburu antrian dengan Muara agar bisa melihat bias favoritnya, Taehyung.Air matanya benar-benar akan luluh sekarang. sialnya jam konser terlewat, tiketnya hilang, dan sahabatnya pun entah dimana keberadaannya saat ini. Padahal setengah mati ia izin pada orang tuanya untuk berpergian mengejar sang idola, yang berakhir sia-sia dan bahkan jauh lebih buruk.
Zera maheswara, si gadis imut yang sedari tadi duduk berdiri lantaran gelisah kama keberadaan sahabatnya yang tak kunjung ia temukan, apalagi saat ini ia ada di negara orang. Double kill.
Tapi, bukan zera kalau terus berlarut dengan gelisah. Ia beranjak dari kursi taman menuju stand makanan untuk menghibur jiwa sedihnya. Karna baginya, selain Taehyung masih ada camilan malam sebagai idola randomnya.
Setelah menghabiskan uang didompet kecilnya, ia beranjak jalan menuju hotel tempatnya menginap.
'Muara pasti masih bersenang-senang bareng oppa, tidur duluan aja kali ya?' Pikimya sambal membawa kaki pendeknya melangkah menuju hotel yang tidak jauh dari jaraknya berdiri.Zera melirik jam tangannya. 'ck udah malam, kaki aku sudah kaya jelly Apa seharusnya aku pesan taxi aja?' Monolognya.
'Heemm..? lewat jalan mana ya tadi?'perjuangan yang tak ada ujungnya berakhir tersesat di gang perumahan. Bukan, sepertinya bukan perumahan, melainkan gang di ujung perumahan yang bahkan, ujung jalannya tak terlihat karna terlalu gelap.
"Hiiyy.. seharusnya aku pasang goggle maps" salahkan otak udang yang daya ingatnya minim.
"Lagian, kenapa jalan kota ada yang gak dikasih lampu sih? Apa daerah ini sangat miskin." Omelnya yang tampak lebih seperti gerutuan.Baru saja kakinya hendak melangkah, siluet bayangan kecil mengenai sepatu kets putihnya. "ehh?" benda runcing yang seharusnya berwarna putih, kini dimatanya terlihat kotor bercak bercak merah. Zera berjongkok, lebih mengamati atau lebih tepatnya penasaran.
"Apa sangat cantik?" Zera buru-buru mendorong tubuhnya kebelakang, lantaran tiba-tiba seorang pria entah darimana ikut berjongkok didepannya.
Pakaian serba hitam dengan masker dan rambut sebahu yang dikuncir benar-benar membawa kesan misterius, terutama matanya yang tajam, sungguh arogan. Zera terdiam, selain takut hingga membuat lutut, bibir, dan jantung nya melemah seketika, ia tak faham apa yang di ucapkan oleh lelaki itu.
"sorry, I can't speak hangeul" ucapnya disela-sela nafas terakhirnya. Lelaki itu mendekat, memecah jarak antara mereka. Entah apa yang dilakukannya, tiba-tiba ia berbisik. "Baby powder?"
"huh?" detik itu juga zera berdiri seketika. Mundur perlahan menunduk hormat dan...... berlari. "tuhan kalo sayang Zera, kali ini aja kasih biar Ze bisa teleportasi" batinnya.
"Zera sikunyuk, lo dari mana hah? Hah?" baru sampai ia didepan hotel, Muara memeluknya erat, seakan Zera telah lama menghilang.
"hah?" Ia menjawab dalam keadaan bingung."Lo harusnya bilang kalo sudah masuk kok gak setia kawan sih. Kan percuma aja gue nunggu didepan taman. Bilang Cuma mau beli eskrim, ternyata lo tinggal gue buat nonton konser sendirian."
"huh?" lagi, apa maksudnya bukannya dia yang ditinggal?
"jangan hah, huh, hah, huh, aja. Hampir gue laporin kehilangan tau gak sih lo." Gerutu Muara masih berlanjut."nggk kok, aku juga gak masuk, antrian es krimnya panjang. Sudah beli malah jatuh. Bukannya Muara yang tinggalin Zera?" ingatan tak enaknya kembali lagi, gara-gara eskrim vanilla dahi Muara mengkerut.
"gue juga nyari lo tau gak sih, Zera Maheswara." Bantah Muara.
"Permisi apa masalah anda sudah selesai? Apa ini gadis yang akan anda cari?" Tanya pria disamping mereka."oh ya tuan. Maaf mengganggu waktu anda." Balas Muara tak kalah sopan.
"sekedar memberitahu, beberapa hari ini sedang ada kasus, tentang pembunuhan. Karna kalian bukan warga sini yang bisa menjadi sasaran empuk pembunuh, lebih baik kalau kalian tidak beraktivitas diluar Ketika malam" usulnya, membuat Muara dan Zera sedikit terkejut.Terlebih Zera, karna sepertinya ia bertemu dengan seseorang yang dimaksud satpam itu. Hanya saja tuhan sedang bermurah hati padanya, tuhan pasti mengirimkan kekuatan teleportasi pada kakinya sehingga ia kembali dengan selamat.
"Besok pagi kita Kembali maa, Zera Cuma jajan disini. Kemarin ketinggalan konser." Entah apa yang dipikirkan mama, usiaku bahkan sudah akan 17 tahun. Dan setelah inipun aku akan selesai kelas homeschooling dan belajar disekolah Muara.
"Nanti aku bawakan oleh-oleh deh." Bujuk ku. Benar-benar deh mama.
"Oke, oke maa, Zera tutup ya, sudah ngantuk. Selamat malam mama." Tutup ku sepihak. Aku bahkan yakin, percakapan ini tak akan berhenti sampai pagi nanti kalau hanya menuruti rasa khawatir mama."Sudah vc nya?" Muara bertanya dan langsung ku angguki. Kulihat ia sedang beberes pakaian dan barang-barangnya, sedangkan milikku sudah selesai sejak sebelum mama vc.
"Udah jam segini lo gak tidur, Zer?" Aku menggeleng. Entah kenapa aku susah tertidur. "Rencana pulang lusa kita batal, anehnya lo bilang lo jajan sekitar taman dan duduk sambil makan jajan lo di taman, dan lo gak ketemu gue? Hell, kalau dilihat-lihat jarak kita kan gak jauh." Cerocos Muara lagi. Benar juga ya kenapa jarak yang dekat seakan akan terpisah dimensi' monolog ku.
"kita pasti sama sama muter, makanya gak ketemu." Balas ku menenangkan.
"muter lima ribu kali pun kalau jaraknya dekat gak sampe satu menit ketemu kali Zer, memang lo towaf, gak mungkinkan? Paling Cuma jajan ice cream,dan saudara-saudaranya." Protes Muara, sedangkan aku? Jelas hanya mengangguk."Pulang dari taman jam berapa? Tanya nya.
"Jam 23.37, waktu itu aku pikir tanpa taxi aku lebih cepat sampai hotel, lagian jaraknya gak jauh, ternyata aku nyasar, hehehe." Seketika yang terlihat dimata ku adalah muka cengo Muara."Bohong kan lu, mana ada jarak jalan dari taman sampai hotel satu jam an kan?" Aku tau kenapa dia ngomel, jelas kelihatan dari pertama ketemu tadi wajahnya yang pucat, rambut berantakan dan lesu, sudah pasti aku merepotkannya karna mencari ku.
"Aku beneran nyasar. Gak tau gimana aku masuk perumahan dan berujung di gang. perasaan aku gak enak makanya aku putar balik. Baru deh sampai kesini." Aku gak masalah buat gak memberitahunya tentang lelaki itukan? Ia akan semakin khawatir, tentu saja.
"Syukur deh kalau gapapa. Besok lagi kemanapun harus sama gue ok?" dan aku pun mengangguk. Tak lama setelah itu kami berpisah dengan dunia kami masing-masing.
"harusnya kamu gak di sana, baby." Aku membalikkan badan ku menuju asal suara. 'Lelaki itu kah? Mana orangnya?' Kucari asal suaranya, tapi nihil yang kulihat hanya halaman kosong yang suram. Rasanya bulu tubuhku meremang. Angin yang tak kencang ini seakan akan menjadi badai salju kapan pun ia mau.
"Sudah ku tebak, apa kamu menggunakan baby soap? Or baby powder? Mengapa kamu begitu wangi?" suara itu terdengar lagi.
Sedetik setelah itu, aku merasakan seseorang mencium ku diarea leher, atau lebih tepatnya mengendus.
Ku Beranikan diri melihat kebelakang. Dan benar saja, ia ada di sana dengan pakaian yang masih sama namun berpenampilan berbeda.
la tak menggunakan masker hitamnya, namun rambutnya yang berantakan menutupi matanya membuatku tak melihat wajahnya dengan jelas.
Namun aku jelas melihat apa yang dibawanya, itu buntalan hitam yang menggantung. Basah, hingga cairannya tercecer menjijikkan jatuh kelantai.
Ditangan yang lain terdapat benda yang mengenai sepatuku sebelumya.
Oh, kini benda itu Nampak jelas, pisau tipis putih. Berbeda dengan keadaan tadi yang sangat kotor entah karena apa.
Siapa kamu?" entah kebodohan atau keberanian di ujung nafasku yang semakin tercekat ini, aku malah bertanya hal yang percuma.
Bukan kah akan lebih berguna jika aku memohon 'jangan bunuh aku' atau 'biarkan aku pergi'. Namun nyatanya ia tersenyum, dengan senyum yang sakit, ia berkata tanpa suara “I'm a rogue wolf" jawabnya sambil tersenyum. Sungguh senyum yang mengerikan.
"Akkh!!!,," kulihat jam, pukul 04.20. dua jam setelah aku tertidur.
"Apa-apaan tadi?" batinku.
.
.
~~~*
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomanceDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...