~PEMBASMIAN~

39 5 0
                                    


Zayan memanggil Addan. Bukan, saat ini yang terlihat dimata Addan adalah Colin yang lama menghilang. Ia tau, tuannya menunjukkan tanda-tanda kejanggalan.

“Ayo ke ‘sana’ bersamaku. Aku akan melihat tikus tikus yang sedang bermain.” Katanya dengan suara ceria.

Terkadang Addan merasa sedikit was-was dan khawatir dengan hal-hal mengerikan yang akan dilakukan tuannya ketika mode Colin daripada tuan aslinya, Carlo.

Meskipun itu bukan jiwa lain, namun mereka memiliki perbedaan kesenangan yang sangat-sangat berbeda.

“Anda akan merubah warna mata anda lagi tuan? Ramuannya sudah saya siapkan.” Memang begitulah aktifitas yang dilakukan Zayan sebelumnya.

Ia selalu mengubah warna matanya untuk mengelabuhi musuhnya dan termasuk Zera ketika ia mengerjai kekasihnya.

“Tak perlu, begini juga sudah bagus. Ayo berangkat sebelum hal-hal menyenangkan itu terlewat begitu saja.” Katanya sembari beranjak keluar, pergi meninggalkan mansion.

Sebelum mereka pergi, Zayan memerintahkan bodyguard untuk menjaga di setiap sudut mansion, bahkan ia menempatkan empat penjaga didepan pintu kamar pribadinya.

Kekasihnya masih terlelap dan tak menunjukkan akan bangun lebih awal. Ia sendiri yang memandikan dan memakaikan baju pada baby Zee-nya.

Ketika kekasihnya terbangun nanti, hanya Maria, kepala pelayan mansion yang sudah berumur kepala lima lah yang diperbolehkan masuk membantu kebutuhan gadisnya.

Bukan, sekarang bukan lagi seorang gadis. Ia sudah menjadi wanita milik Zayan yang sangat dicintainya. Memikirkannya saja sudah membuat Zayan tersenyum dengan bangga.

“Aku sudah memilikinya, David!”melihat tuannya yang sedang kesenangan, pria berjas hitam itu menganggukkan kepalanya.

“Selamat tuan muda, semoga anda bisa cepat  mendapatkan penerus yang sempurna.” Begitulah jawabannya.

Zayan sungguh puas, Addan memanglah bawahan yang menyenangkan. Tak banyak berisik, berbicara dengan tenang dan selalu memberikan kepuasan tersendiri.

“Apa Azye masih menemani mereka berpesta?”

“Masih tuan, Trize juga bergabung bersamanya.” Zayan tersenyum puas. Memang itu yang ia inginkan. Para bajingan itu harus merasakan yang namanya kesenangan sebelum kematian menjemput mereka.

Mengingatnya lagi membuat siapapun tak sadar jika mata Zayan berkilat merah dan menjadi kelam tanpa sebab.

Sesampainya di markas, Zayan keluar dengan setelan hitam misteriusnya. Menandakan siapapun jangan berani lancang mendekatinya selama masih menyayangi kepalanya.

Ia menyapa bawahannya ramah, namun siapa sangka semua yang ada di sana seakan semakin merasa tercekik ketika melihat senyum gembira yang tuan mereka perlihatkan.

Markas ini berbeda dari ‘fondo dell’inferno’ yang dibuat kakeknya. Disini adalah markas yang berisi orang-orang yang setia padanya. Nyawa mereka bukan lah apapun selain untuk setia pada tuannya.

Markas yang ia besarkan sendiri dengan mengerahkan tenaga dan usahanya. Meskipun suatu saat nanti ia akan menjadi raja dari milik kakeknya, ia lebih menyukai keliaran sejak dini.

Kebrutalan dan kebengisannya tak ada sangkut paut dengan bisnis papanya ataupun kelompok kakeknya. Dan hanya ada satu peraturan didalamnya, kuasa dan hukum adalah master CO’ begitulah yang tertera.

“Dimana pestanya?” sapanya pada penjaga pintu.

“Ada didalam master, apa anda akan kesana?” Zayan mengangguk. Baginya, di markas inilah ia dapat membuang formalitas dengan nyaman.

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang