"Apa yang akan kalian lakukan hari ini?" Meja makan yang terlihat hening itu pecah setelah pertanyaan singkat dari tuan besar Hendra.Nizzy yang sedang menikmati makannya juga segera mengalihkan pandangan menunggu jawaban putranya.
"Aku akan kekantor, ada urusan yang mendesak dan harus segera diselesaikan." Zayan menjawab sekenanya. Zera mengangguk mengiyakan, ia sudah mandi dan berganti pakaian semenjak Zayan mengatakan agendanya hari ini sepulang dari rumah kakek.
"Dasar anak kuno, mana ada gadis yang tak merasa bosan hanya duduk dan menemanimu berkutat dengan kertas dan rekan bisnis mu yang kolot itu. kudengar Bianca akan berbelanja, bukannya lebih asik jika bersama Bianca, Zera?"Zera segera menatap Bianca.
Gadis itu masih fokus dengan makanannya, namun terlihat jika pegangannya pada garpu dan pisaunya semakin mengerat, ia tak suka.
"Tidak perlu, yah. Aku akan bersama Zayan, aku kesini pun karna sudah tau hal ini terjadi. Lagipula ada Moza, kami bisa bermain sembari menunggu." Ayah mengangguk. Sedangkan ibu menatap lamat-lamat kekasih putranya.
"Selesaikan tugasmu secepatnya. Tak baik meninggalkan kekasihmu yang datang jauh-jauh hanya dengan benar-benar menunggumu berkerja." Zayan mengangguk membenarkan. Ia sudah merasakan bahwa ada hal aneh pada kekasihnya dari semalam.
"Bukankah kalian terlihat dekat? Seandainya aku tak tau apapun, mungkin aku mengira bahwa kamu pacar Moza daripada Zayan." Celetuk Bianca membuat ruang yang tadinya tenang kini berubah mencekam.
Zayan merasa jengah dengan sikap sepupunya. Terkadang wanita itu bisa menjadi tidak masuk akal dengan beberapa hal.
"Tenang saja, Moza dan aku memang dekat dibelakang atau didepan Zayan. Kami berdekatan tempat disekolah, kami sering membaca buku di perpus bersama, kami semeja makan di kantin, kami satu kelompok ketika tugas dan kegiatan." Zayan mengangguk mengiyakan.
Sudah ia duga kekasihnya sangat lembut dan tenang, meskipun begitu rasanya ia akan mencabik sepupunya nanti.
"Aku juga bukan jalang yang gemar merayu siapapun, baik yang lajang atau yang sudah ber kepemilikan. Dan aku juga bukan orang yang meremehkan kesetiaan." Tutup Zera dengan senyuman puasnya.
Di sebrang meja, Moza sedikit terkejut. Kini ia mulai yakin bahwa semalam tuannya membuat kesalahan, sehingga Zera memperlihatkan emosinya.
Berbeda dengan Moza, Zayan sendiri telah menduga bahwa hal itu terjadi. Dari sekian banyak, mengapa harus itu yang dibicarakan' ia semakin membenci Bianca, tanpa sadar mengeluarkan hawa membunuhnya.
"Boy !!" beruntung Nizzy segera menyadarkan putranya.
"Kamu gak enak badan, Zayy?" tanya Zera. Dapat dilihat dari matanya, bahwa kekasihnya itu dengan tulus mengkhawatirkannya.
"Aku memikirkan sedikit lebih banyak kerjaan. Mungkin aku membutuhkan tenaga lebih nantinya, jadi akan sedikit merepotkan Moza. Kamu gak masalahkan kalau aku meninggalkan mu sendirian nanti?" Zera mengangguk setelah sedikit tertegun. Rupanya dia juga tak mempercayai cintaku? Ia takut dengan apa yang dikatakan Bianca'
"Bukan masalah, lagian Zera terlihat lebih memilih Makanan ketimbang pertemanan kita." Kini Moza menimpali keadaan yang sedikit canggung. Zayan terkekeh membenarkan.
"Aku mengetahui setiap pergerakan Zera melebihi siapapun, diapun selalu meminta izin dan selalu terbukti kejelasannya. Jadi jangan berbicara kurang ajar tentangnya."
Meskipun Zayan menjawab dengan senyuman, ia benar-benar tak dapat menyembunyikan peringatan 'tutup mulut mu kalau tak ingin mati sia-sia' pada seluruh orang yang ada dimeja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomanceDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...