~KIARA SAKIT~

56 7 0
                                    


Aku kira sekolah sudah rame lantaran matahari sudah memancarkan terik sinarnya.
Seperti biasa, Zayan datang ke rumah menjemput dan berbincang sedikit seputar bisnis dengan papa lalu berangkat bersama ku setelahnya.

Sesampainya di parkiran, aku yang memang ingin menuju perpustakaan sekolah ditahan Zayan dan di tarik mengikuti arah jalannya.

“Zayan, bentar dulu. Jangan ditarik, tangan aku sakit.” Keluh ku. Entah apa yang dipikirkannya, ia menarik ku menuju lawan arah kelas dan ini membuatku berdebar.

Namun sekali lagi aku mengingat kelakuannya dengan Kiara kemarin, dan itu sangat jelas di mataku
.
“Aku mau bicara, dan panggil aku Zayy seperti biasa”setelah lelah mendengar omelanku, Zayan berhenti di gedung anak kelas 3. Daerah yang cukup sepi dan aku semakin tak dapat menahan perasaanku.

“Kita bisa bicara banyak hal dikelas. Aku sengaja berangkat pagi untuk ke perpustakaan, dan kamu hari ini aneh. Apa bedanya Zay dengan Zayan, itu hanya penulisan nama.” Perotes ku.

Zayan menggenggam tangan ku dan menarik ku kearah lain. Kali ini aku tahu kemana aku akan berhenti, yah,, perpustakaan.

Sesampainya di perpus, penjaga kemarin menyapaku dengan ramah dan aku segera mengembalikan buku bersampul hitam yang kemarin aku pinjam.

“bagaimana dengan ceritanya? Apa kamu suka?” tanya si penjaga. Kulihat karna ia sudah sangat tua, setidaknya aku bisa sedikit basa basi tentang apa yang ku baca.

“seru, menurutku iblis itu sangat keterlaluan. Bagaimana mungkin ia menjebak Ella sedemikian rupa sehingga menjelang kematiannya tanpa tau kalau ia sedang dalam ancaman?”

“tapi bukankah lebih bagus jika kita berpura-pura dalam ketidak tahuan?” penjaga perpus membuatku terkagum. Diusianya yang sudah berumur, ia masih mengingat cerita yang aneh dan susah ditebak.

Aku terdiam, dan ia tersenyum. Memangnya apa yang membuat Elle yang lemah bertahan dari rasa sakit, itu mengerikan.

“Bagiku, yang lebih menyedihkan adalah si iblis. Ia memiliki segalanya, kekayaan,
ketampanan, hormat, ketenaran dan kesenangan lainnya. namun, ia tak memiliki seseorang yang tulus mencintainya.” Kata-kata penjaga membuatku frustasi. Apa benar ia baru saja kasihan dengan iblis.

“bukankah batu saja akan lunak jika kejatuhan air?, apalagi hati yang selembut itu.”tegasnya.
“bagaimana jika ia tak memiliki hati?” kali ini Zayan bertanya sembari tersenyum dengan penjaga toko.

Sunyi, kupikir penjaga toko kehabisan kata-katanya, namun nyatanya ia hanya menatap Zayan lembut.

“setiap hal yang tuhan ciptakan memiliki akal dan hati. Kalau ia belum menjadi baik maka bukan berarti tak memilikinya, hanya saja ia berarti belum menemukan.”

“menemukan apa?” Zayan semakin memberikan jawaban yang terkesan mengejek. Aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan bingung. Apa Zayan juga sudah membaca bukunya?

“belahan jiwanya.” Aku yang mendengarkan percakapan mereka yang membuatku merasa mereka semakin bicara ngelantur.

“pada akhirnya iblis ataupun dewa itu ditinggalkannya juga.” Jawab Zayan dengan sedikit geraman. Aku tak mengerti, mengapa ia harus marah.

Kutarik tangan nya dan kubawa ia ke kursi baca yang ada di perpustakaan.
“Kamu gak biasanya hampir lepas kontrol Zayan.”peringatku. ia mengangguk, meminta maaf.

Sekilas aku melihat aura mengerikannya, mungkin hanya insting?’ Sunyi lagi, kami hanya duduk bersama. Beberapa menit lagi kelas akan masuk, namun Zayan belum mau melepaskan pelukannya padaku.

Kurasakan hp ku bergetar, kelihatannya
Muara mencari ku yang belum ada dikelas. Aku berusaha mengambil hp ku, dan ku ketik pesan bahwa aku di perpustakaan.

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang