Setelah memberitahukan Zera jadwal keberangkatannya dimajukan, Zayan segera mengantar Zera ke rumah untuk bersiap.Sedangkan Zayan sendiri bersama sahabatnya menuju kekantor tuan Zidan untuk meminta izin tentang perjalanannya.
Awalnya sungguh tak mungkin, karna tuan Zidan langsung memandang sengit Zayyan.
Namun dengan iming-iming orang tuanya sangat ingin melihat calon menantu mereka sedangkan pekerjaan sungguh tak mungkin ditinggal, akhirnya tuan Zidan memperbolehkan nya dengan syarat Zera harus menelponnya tiga kali sehari.
" Hati-hati dijalan, kalau ada apa-apa atau merasa tak nyaman segera beritahu Zayan. Jangan lupa telpon mama, oky?" Zera mengangguk.
Mamanya sungguh selalu cemas berlebih
tentangnya, sebenarnya bukan hanya mama, papa pun juga begitu. namun itu tak terlihat sebab wibawanya yang terlihat tegas dan dingin."Kamu harus menjaganya, papa akan membunuh mu jika ada luka sedikitpun ditubuhnya, Zayan." Zayan yang sudah tak asing dengan ketegasan papa mengangguk patuh.
Mereka segera menaiki pesawat karna penerbangan akan dilakukan sebentar lagi. Kali ini mereka menaiki pesawat dengan kursi 'first class' yang tuan Zidan minta agar perjalanan mereka tak melelahkan.
Barang-barang yang dibutuhkan sudah disiapkan, Zera sudah duduk tenang dengan buku series keempat dan kelimanya ditangannya.
Sedangkan Zayyan sudah membuka laptop untuk mengecek beberapa hal yang harus ia urus nantinya.
Mengingat isi series ke empat membuat Zera ingat akan buku pertama. Sebenarnya ia ingin meminjam series lengkap dari buku-buku ini, namun sayangnya ketika ia ingin meminjam buku series pertama hingga ketiga menghilang. Mungkin dipinjam yang lainnya' pikirnya.
Sedangkan ketika ia menyelesaikan buku keempat, ia sadar ternyata ciri dan perjalanan nya sungguh benar-benar beraturan. Seperti perjalanan hidup seseorang dalam beberapa aspek keadaan.
Sejujurnya ia ingin sekali menanyakan maksud dan kesimpulannya pada Zayan atau yang lainnya, karna Zera merasa mereka sudah lebih dulu menyelesaikan bacaan ditangannya itu.
Namun karna pekerjaan dan kegiatan yang selalu saja padat, membuatnya mengurungkan niatnya.
'Semuanya menceritakan kekejaman, namun berakhir dengan alasan yang masuk akal. Sebenarnya kenapa harus melakukan hal yang merepotkan? Bukannya dia sudah kuat?' pikiran yang selalu membuatnya penasaran.
Setelah menyusun beberapa cerita dan
menyambungkannya, hal itu masih membingungkan. Ia merasa ada saja hal yang semakin bingung dan tak berujung. Yang menjadi satu-satunya pijakan adalah 'tokoh utamanya bukan lah tokoh utama'.Zera membuka buku yang kelima, buku yang berjudul 'eksploratorem agenta' itu menjadi kunci terakhir dan arti dari apa yang penjaga perpus katakan.
"Ingin membaca? Baby Zee gak lelah? Tidur dulu ya, perjalanan masih lama."
Karna Zayan terlihat sudah selesai dengan meeting nya, Zera pun mengangguk dan menurut.Tidur setelah menaruh bukunya di tas yang memang tak ia taruh di bagasi, lalu tertidur dengan nyaman meninggalkan Zayan yang terlihat menonton siaran televisi yang entah menyiarkan tentang apa.
Dua jam berlalu, dan Zera sudah terbangun dari tidur cantiknya. Ia menyibakkan jaket yang menyelimuti tubuhnya, melihat kesamping dan ia seketika melihat Zayan yang terpejam sembari mengenakan earphone.
Tidur kah?.Ia mencoba menyentuh tangan kekasihnya, mencoba meyakinkan apa kekasihnya tertidur atau hanya bersantai.
Namun, yang ia dapat malah refleks dan raut menyeramkan Zayan, seakan ia adalah orang yang dibenci prianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomansaDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...