~TERMOKIMIA~

133 10 0
                                    

Pelajaran yang mengerikan, kurasa jika tidak ada angka didunia, maka kita aka Makmur, aman dan Sentosa.

Tapi itu hanya angan-angan saja, nyatanya presentasi senin depan adalah termokimia dan berbagai pembahasannya. Rasanya aku ingin menyerah, entah apa yang ku janjikan dengan tuhan sehingga aku dilahirkan dan bertemu dengan pelajaran mengerikan ini.

"karna keluarga lagi gak di rumah, gimana kalau belajarnya dirumahku aja?" tawar Zayan.
Disinilah keberuntungan ku berasal. Aku yang gak pandai dijadikan satu kelompok dengan Zayan yang sudah dikenal memiliki otak pintar di semua bidang.

Aku mengangguk sambil merapikan buku-buku bawaan ku. Kurasa setelah pulang aku akan makan banyak untuk mengisi lelah ku hari ini.

"Kalau gitu nanti aku hubungin Melda dan Eriko buat ke rumah kamu ya, kamu bisa panggil Moza kan, mau hari apa kita kumpul?" tanya ku. Ada jeda sebentar, lalu dia tersenyum.

"Ia bisa, kalau besok minggu gimana?" tawarnya, aku bernafas lega. Aku pikir ada apa. Lalu aku mengangguk untuk mengiyakannya.

~~~*

Sore ini papa pulang telat, sopir pulang kampung istrinya sakit. Kalau Zera naik ojol aja gimana?' pesan mama. Pantas saja sedari 30 menit yang lalu aku belum juga dijemput, kupikir karna macet atau apa. Oke, gak masalah.

Muara sudah pulang duluan bersama Adi, katanya mereka akan membeli buku. Dan aku yang akan memesan ojek online malah dikagetkan dengan deru suara mobil yang berhenti tepat di depanku.

"Gak di jemput?" rupanya Zayan dan temannya. Entah karna rumah mereka dekatan atau bagaimana, mereka selalu menggunakan mobil yang sama untuk pergi dan pulang. Mereka pasti sahabat yang karib.

Aku menggeleng, sambil masih memesan ojek online, takut terlambat pulang.
"Bareng mau?" Addan yang ada di kendali mobil menawarkan.

Aku menggeleng. gak mungkin aku mau duduk ditengah-tengah cowo dalam satu mobil. Yahh, meskipun mereka teman aku.

"Mumpung gua cape, tadi banyak nulis, yang nyetir Zayan kok dan kamu kan sudah biasa duduk satu bangku, jadi kamu duduk didepan aja" Tawarnya lagi.

Kali ini aku diam, Addan memang orang yang sabar menjelaskan ya. Lalu dengan cepat Addan dan Zayan tukar posisi. Addan yang pindah kebelakang disamping Moza dan Satria. Alhasil akupun menurutinya.

Perjalanan tak memakan banyak waktu, lagipula dalam perjalanan ini kami membahas berbagai pelajaran dan penjelasan guru. Aku yang terbawa suasana ikut mengomel kama pelajaran musuhku lagi dan lagi.
Rasanya aku akan berhenti jika pemerintah meniadakan pelajaran kimia-fisika, dan yang lebih bodohnya lagi, aku yang mengambil jurusan ipa.

"Itu rumahku, makasih sudah diantar ya." Kataku sebelum mobil berhenti menepi dipekarangan rumah. Kami melambaikan tangan tanda perpisahan. Akhirnya aku bisa bertemu dengan Kasur, gadget, dan masakan mama.

Jam makan malam tiba. Kulihat papa dan mama sudah siap di meja makan. Aku yang Terlambat hanya menyapa mereka dengan senyum khas bersalah ku, membuat mereka ikut tersenyum.

"Waktu makan jangan sambil main hp, Zera." Tegur papa. Aku yang sibuk mencari termokimia ketahuan oleh papa. Besok sudah hari minggu, dan aku sama sekali gak punya pencapaian apapun untuk dibawa ke kerja kelompok besok.

"Ini lagi nyari perincian musuh kesayangan aku paa." Jawabku sembari menggerutu.
"Tapikan bisa makan dulu, baru selesaikan apa yang Zera cari." Aku mengangguk. Menaruh hp dan melanjutkan makan.

Wajahku tetap ku tekuk karna frustasi dengan keadaan ku. Nanti aku coba chat Zayan aja kali ya? Monolog Ku. Papa memang orang yang seperti itu disiplin dan tegas. Papa gak suka dengan anak brandal dan gak bisa diatur. kata papa, bukan masalah kalau tidak pintar,  yang penting adalah tatakrama dan sopan santun. Aku juga menyetujuinya.

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang