Pagi ini, mama dan papa yang biasany jarang kumpul bareng terlihat duduk santai diruang keluarga. Hari minggu memang hari yang layak untuk dijadikan me-time untuk setiap orang yang melelahkan dengan aktifitas hariannya.
Aku ngerasa bersalah karna hari yang harusnya bisa memberikan keakrapan untuk keluargaku malah aku sudah membuat janji dengan orang lain. Yah, meskipun jalan dengan Zay adalah hal yang berbeda,hihihi....
Setelah makan pagi, aku menyiapkan diri untuk berpamitan dan menunggu Zayyan datang. Selang beberapa waktu, lelaki itu datang dengan motornya dihalaman rumah.
Papa yang tau kalau kedatangan tamu meminta bi sarah untuk segera membukakan pintu. Aku juga bergegas ke ruang tamu bersama mama yang terlihat penasaran.
Kulihat Zayyan dan papa sedang berbincang ringan sampai kedatangan kami membuat pembicaraan mereka terputus. Awalnya baik-baik saja, sampai mama menekuk wajahnya. Aku tau hal apa yang ada dikepala cantiknya.
"Saya janji pulang tidak kemalaman, saya akan membawanya dalam keadaan benar- benar aman." Nego Zayyan.
Aku memang belum pernah keluar bersama orang lain selaian Muara tentunya, dan itu juga harus benar-benar memohon."Om dan tante boleh meminta pertanggung jawaban saya, saya menjamin atas nama saya dan keluarga." Izinnya semakin terlihat mantap.
Kadang aku berfikir kenapa papa dan mama seperti benar-benar menganggap dunia luar mengerikan. Inilah sebab nya aku gak bilang apapun tentang teror dan bully yang sampai saat ini terjadi padaku.
Entah aku yang akan kehilangan semua teman ku atau aku yang kembali homeschooling di rumah tanpa tau dunia luar.
Dengan pertimbangan yang sudah seperti persidangan kasus besar. papa dan mama memperbolehkan asal aku kembali sebelum jam makan malam. Dan dengan syarat menjaga keamanan ku tentunya.
Sesampainya dijalan, aku meminta maaf atas sikap keluargaku. Itulah mengapa aku bilang biarkan aku saja yang izin.
Zayan hanya menjawab dengan tawa. 'wajar orang tua yang punya anak gadis khawatir, apalagi modelan bayi sepertimu' begitu katanya.
"aku bukan bayi Zayyann." Tegurku.
"kamu bayi Zera, dari bau, tingkah, dan sifatmu benar-benar seperti bayi." Jawabnya lagi dan berakhir aku memukul pundaknya.
"masih ada waktu, mau beli cola dan popcron dulu?" tawarnya. Aku mengangguk.
lagipula sepertinya memang lebih enak menonton film dengan ditemani camilan. Genre film ini adalah thriller, memang bukan horor, namun tetap membuat deg..deg... an.Setelah ia kembali usai membeli camilan, kami masuk kedalam cinema. mungkin karna hari libur jadi lumayan ramai. Kami duduk disamping tengah, lumayan belakang namun tidak sampai ujung.
"Kenapa pilih yang ujung?" tanyaku.
"ini kan bukan ujung. Kalau terlalu depan nanti kamu kaget. Kalau ditengah banyak orang, jadi gak fokus nontonnya. Kalau terlalu belakang gak asik kama jadi ngantuk. Disini jarang orangnya dan tetap jelas terlihat, jadi kita bisa fokus." Benarkah begitu? aku merasakan kebohongan sedikit keanehan. Tapi berujung ia mengusak kepala ku gemas.Sembari menunggu film dimulai, Zayan memperlihatkan seni apa saja yang ia potret di hp nya Dan sebagai gantinya kami bertukar hp. Toh hpnya juga ada padaku.
Aku tak tau apa yang dilihatnya, keheningan diantara kita membuatku semakin penasaran dengan apa yang ia lihat karna ia menggunakan handset. Mungkin membuka YouTube? Tapi kita kan mau nonton' monolog ku.
Zay? Lihat apa?" tanya ku. Ia tersentak kaget, dan menggeleng. Kupikir ia mungkin sedang melamun.
"Apa ada hal aneh?" tanyaku mengkhawatirkannya.
"gimana kalau kita batalkan aja dulu nontonnya, ada yang mau aku omongin." Aku mengangguk. Bukan masalah, namun gerak gerik Zayan terlihat sedikit aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomanceDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...