~COLIN~

53 8 0
                                    


Gadis yang tertidur itu tampak tak mengetahui tentang bahaya apa yang akan menantinya, ia tertidur pulas tanpa memikirkan apapun. Wajah kecil dengan bibi bulat, mata yang terlihat besar dan bercahaya itu tertutup rapat, memberikan kesan tak awas pada kejamnya dunia.

Disamping itu, lelaki yang kini berlumuran darah dan berantakan menghisap rokoknya, tepat disamping gadisnya yang terlelap. Tentu saja, tak hanya ia seorang.

Bawahan setianya sedang membereskan berbagai macam alat yang mereka gunakan sebelumnya.

Tangan yang kotor karna terkena percikan darah itu menyentuh bibir ranum gadisnya yang polos itu, ia tak habis pikir mengapa ia sampai kelepasan dan menunjukkan dirinya dalam keadaan mengerikan seperti saat ini.

Akalnya hilang karna berita yang ia terima tadi malam, dan seketika saat itu juga ia menyadap ponsel Zera. Zera yang manis, Zera nya yang polos dan penurut, jangan sampai ia mengetahui hal liar itu adalah kegilaannya.

“Segera ganti dan gunakan penutup wajah anda tuan muda Carlo, ketika gadis anda terbangun nanti, ia akan sangat terkejut karna melihat anda.” Peringat bawahan setianya.

Sedangkan lelaki yang dipanggil Carlo’ itu malah menyunggingkan senyum dengan tangan yang kini menyentuh rambut Zera.

“Aku sudah lelah mengalah, bagaimana jika aku mengungkapkannya?”
“Anda harus memikirkan kembali tuan.”
“Mengapa harus? Ia akan menjadi istriku kelak, mau ataupun tidak.” Gila, hanya itu yang difikirkan bawahannya, tapi karna pendirian kokoh itulah ia mengikuti tuannya dengan setia.

“Trize, santai lah sedikit. Zera terkena asap bius, ia akan sedikit lama tertidur.”
“Itu akan menakutinya seperti terakhir kali tuan, sebaiknya anda segera berganti dan bersiap.” Meskipun setelahnya terdengar decakan kesal, Carlo tetap mengikuti usulan Trize.

Selain memang karna belum yakin untuk menunjukkan secara terang-terangan tentangnya untuk Zera, ia memang akan membuat pandangan Zera berubah, terutama tentang kepribadiannya yang tak seharusnya terlihat buruk.

Sejak semalam ia memutar otak untuk menyelesaikan trouble yang terjadi secara cepat, dan berakhir dengan percikan darah dan menculik Zera karna khawatir dan rindu.

Beberapa waktu berlalu, gadis itu menampakkan tanda-tanda bangun dari tidurnya. Hari sudah menunjukkan akan berakhir dengan mega merah yang mulai menghilang.

Merasa dingin, ia mencari sumber kehangatan dan mendekat secara refleks. Namun, detik selanjutnya ia terdiam kaku dan segera membuka matanya.

“ Wake up baby?” Zera terdiam kaku. Benaknya bergemuruh. Ini terjadi lagi, apa aku sedang bermimpi seperti waktu lalu?’ begitulah yang ada di kepala kecilnya.

Sampai kecupan hangat menyentuh bibirnya yang kering, membuat Zera gelagapan dan berusaha pergi. Ia sadar, ternyata ini bukan mimpi.

“Aku mau pulang.” Ucapnya mencicit.
“ Oke, dengan syarat jadilah kekasihku.” Zera terdiam. Ia benar-benar berfikir akan berakhir disini, ia tak ingin mati di saat baru saja ia mendapat kebebasan, dan itu belum genap setahun.

“Yes baby?” zera masih terdiam, ia takut membuat kesalahan dalam memilih. Dari pada itu hatinya telah diisi dengan nama seseorang yang ia cinta sejak lama, Zayan.

“ Apa kau sedang menyukai seseorang, baby?” kata kata lelaki yang belum ia ketahui namanya sangat membuatnya takut. Jangan sampai lelaki itu nekat mendekati orang yang ia suka.

Pikiran dan bibirnya tidak sinkron, entah mengapa ia malah menjawab dengan deheman halus. Membuat lelaki di depannya menggertakkan giginya.

Tak lama dari itu, Zera mundur dengan perlahan. Mencoba menjauh dari lelaki mengerikan didepannya. Meskipun kesan kaya dan keren terlihat jelas dimatanya, Zera masih merasa takut akan aura yang menyelimuti lelaki itu.

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang