Malamnya, Zera yang menunggu kepulangan Zayan untuk menagih janji berkeliling di taman depan mansion. Ditemani oleh beberapa bodyguard dan maid sembari berbincang-bincang kecil.Jam menunjukkan pukul sembilan malam, ia sungguh jengah dan kesal dengan tingkah Zayan yang membohonginya.
Jujur saja, Zera sudah sangat menantikannya. Karna dari awal kedatangannya, Zayan sangat protektif sehingga tak memperbolehkannya berpergian sendiri.
Sembari menunggu beberapa saat, ia membuka catatan pada hpnya. Menulis sebentar dan menutup apk tersebut setelahnya. Ia masih menunggu sampai ketika salah satu maid memanggilnya dan mengatakan mobil jemputan sudah menunggunya digerbang.
Ia dengan riang datang menuju mobil, sesampainya di sana maid mengatakan
bahwa tuan muda sudah menunggu ditempat sekaligus membuat kejutan untuknya.Zera yang sedari awal tanpa curiga masuk kedalam yang dimana didalamnya hanya ada ia dan pak supir. Bibirnya terasa lengket rasa susu yang tadi ia minum. Ia memberanikan diri bertanya untuk meminta minuman botol Dan dijawab anggukan oleh supir.
Namun ada yang aneh setelahnya, sesaat ia merasa lemah dan berat, ia mengantuk namun ia juga gelisah. Zera mencoba menahan kantuknya.
Meskipun demikian ia sudah sangat lemas dan ketakutan. Mimpi tentang supir pribadinya dulu terulang lagi, membuatnya seketika terisak menangis.
Tak lama dari itu, mobil berhenti di perumahan sederhana. Ia dipaksa keluar dan digendong di bahu supir yang membawanya pergi.
Sesampainya didalam, terdapat beberapa orang sedang bermain kartu ditemani minuman keras yang botolnya sudah berserakan dimana-mana.
“Wahh, makan malamnya sudah datang?” Suara yang tak asing bagi Zera. Disela pengelihatan minimnya, ia dapat mengenali siapa pria itu.
Tangis pilunya berhenti, kini jantungnya berdebar keras seakan ingin meledak. Camilan yang enak ingin segera ia muntahkan.
Ia melihatnya, Moris, papa Bianca sekaligus paman dari kekasihnya. Lelaki itu menghampiri Zera, mengambilnya dari gendongan orang suruhannya.
“Cantik dan mungil, apa dia bisa memuaskan kita? Takutnya sebelum kita puas dia sudah pingsan.” Terdengar suara tawa dari berbagai arah. Ruangan yang dipenuhi banyak orang dan berbau busuk, itulah yang ada dipikiran Zera.
“Kalau begitu, kita gunakan sekaligus bersama saja, jadi dia tak akan pingsan dan membuat kalian kecewa.” Tawar Moris disambut setuju oleh yang lainnya.
Tubuh Zera menggigil ketakutan. Ia sungguh berharap mati lebih dulu sebelum disentuh mereka.
Tatapan lapar dan cabul sungguh membuatnya mual, seakan mereka adalah kotoran dan hama yang pantas dibasmi.
“Kalau terlalu cepat, kita juga tak akan merasa puas, Moris. Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebelum memulainya. Seperti, bermain dengan tangan atau mulutnya?” Kini suara orang tua namun terkesan dingin dan berwibawa menimpali ucapan Moris sebelumnya.
“Aku akan mengikuti kemauan anda tuan Zecto.” Jawabnya sembari tertawa.
Mereka mulai merobek dan menyentuh Zera di sana sini, sedangkan Zera yang masih dibawah pengaruh narkoba yang tak sengaja ia minum sebelumnya, masih lemas tanpa sanggup menggerakkan jarinya sedikitpun.
Setelah menghilangkan seluruh kain yang menempel ditubuh kekasih ponakannya, Moris segera membuka celananya dan menyodorkan juniornya, meminta untuk segera dikulum.
Zera yang ingin menolak sudah tak memiliki kesempatan untuk bergerak dan memberontak.
Terhitung delapan orang sedang frustasi ketika melihat tubuh molek nan indah gadis yang ada dihadapannya. Mereka berduyun-duyun mendekat dan semakin bebas menyentuh dan memanfaatkan apapun yang ada pada tubuh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomantikDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...