Keesokan paginya, seperti yang diharapkan dari Hammer. Pria itu sudah berteriak mengelilingi ibu dari Zayan, membuat tuan Hendra memegang kepalanya jengah.Pria dewasa calon penerus dari golongan mafia itu membuatnya tak percaya. Ia kira pria yang suka menggoda istrinya hanya karna usia labilnya, nyatanya sampai kini, ia tak tahu malu menggoda istrinya terang terangan didepannya.
“Hentikan tingkahmu, atau aku akan menembak mati kau.” Bentak Hendra ditengah amarahnya. Mereka tak menyadari kedatangan Zayan dan Zera yang sudah memasuki ruang makan.
Di Sana terlihat ramai, meskipun hanya bertambah dua orang. Seperti biasa, di sana ada ayah, ibu, paman, dan Bianca. Bersama dengan mereka ada Hammer dan Albert yang ikut menyantap sarapan pagi bersama.
“Kurasa rumah ini semakin berisik karna kalian.” Ucap Zayan sembari menyapa mereka dengan hangat.
Hammer yang tak biasa dengan tampilan dan nada bicara pria yang selalu ia kenal sebagai Carlo membuatnya bergidik ngeri.
Pria yang selalu berpakaian hitam dan beraura kelam itu kini menggunakan kemeja putih dan celana jeans sembari menggandeng boneka.
Boneka,huh?’“Hentikan pandanganmu Hammer !” peringat Zayan dalam bahasa mexico. Hammer segera tersadar dan duduk dengan tenang.
Namun Zayan merasa sedikit keanehan, tangan gadisnya terasa dingin dan ia hanya diam sedari tadi. Meskipun ia masih canggung, Zera selalu menyapa ayah dan ibu terlebih dahulu.
“Zera sedang sakit, Zayan?” tanya ibu. Zayan yang memang tak tau menatap gadisnya, namun Zera membalasnya dengan cengiran yang menandakan ia baik-baik saja.
Mereka makan dengan nikmat dan sedikit bercanda. Hammer yang sudah kepalang bingungnya menanyakan hal yang ingin ia ketahui.
“Ada apa dengan mu, Carlo? Aku tak biasanya melihatmu berubah.” Tanyanya dengan nada antusias. Bukan menjawab, namun ia segera menatap Zera. Zera yang kebingungan melihat kekasihnya langsung dan menanyakan maksudnya.
“Dia tersihir oleh peri.” Ucap Bianca.
“Memangnya apa yang berubah, Hammer. Bukan kah kau yang terlalu pendiam setelah mengatakan akan mencium ibuku didepan ayahku?” Balas Zayan sembari tersenyum tenang.
Hammer tak memperdulikan keheningan dimeja makan, ia semakin bergidik maka kala tuan rumah menatapnya seakan benar-benar akan membunuhnya.
Disamping itu, banyak hal yang membuatnya penasaran. Sarapan pagi yang nyaman telah usai, meninggalkan piring kotor dan mereka segera kembali ke pekerjaan masingmasing.
“Bukan kah aku sudah mengatakan untuk menutup mulutmu, Hammer.” Kini mereka berada di ruang utama.
Tak ada penjaga ataupun maid didalam ruangan, mereka berjaga dan hanya akan masuk ketika dipanggil.
“Mengapa kita tak menuju ruang kerjamu, disini masih akan ada yang mendengar pembicaraan kita.” Sarannya.
“Ruangan ku terlalu baik untuk sampah sepertimu.”
“Ruangan mu lebih menjijikkan daripada sel pidana di markas ku, Zayan.”
Setelah memanggilnya dengan nama Zayan membuat Hammer tertawa. Beberapa saat lalu, pria minim ekspresi itu memintanya untuk jangan coba-coba memanggilnya dengan sebutan Carlo.
“Mengapa dengan namamu? Dan pakaian apa yang kau kenakan. Aku sungguh ingin muntah karna terlalu banyak tertawa.” Lanjutnya yang masih tertawa bebas tanpa beban.
Sedangkan Zayan sudah geram dan akan menembak pria didepannya itu. Namun usahanya gagal ketika pintu masuk terbuka tanpa permisi, membuatnya mengarahkan pistolnya ke pintu, mencoba membunuh orang yang lancang dengan perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomansaDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...