"Seharusnya, kamu bangun pagi, sarapan, baru berangkat. Bukan malah terburu-buru seperti ini. Awal yang indah kalau kita mengawali pagi dengan indah juga, sayang." Omel mama.Pagi yang harusnya menjadi sun's happy buatku malah menjadi suram, dimana aku yang Terlambat bangun dan alhasil hampir terlambat sekolah dihari pertama ku.
"Semalam kamu bergadang kah?" desak mama sembari membantu menyiapkan peralatan sekolah ku yang juga belum ku siapkan.
"Bukan ma, semalam Zera tanya-tanya sama Muara apa aja yang perlu disiapkan. Kan Zera daftar sebagai murid pindahan, kalau sampai dihari pertama buat masalah kan malu." Jawabku.
Sesuai dengan permintaan ku, aku tidak ingin dikenalkan sebagai murid homeschooling karna kebanyakan dari yang kudengar, murid homescholling akan menjadi bahan bully. Aku ingin perjalanan SMA ku menyenangkan. Heem!! Harus begitu.
"Ini bekalnya mama masukin, jangan lupa dimakan ya." Pesan mama dan langsung kujawab dengan anggukan."Papa?" tanyaku.
"Ada meeting jam 8 bersama client nanti, jadi diadakan rapat lebih awal Bersama anggota staf." Lagi-lagi ku mengangguk.Pukul 07.10, sudah hampir terlambat. Setelah sampai dipekarangan sekolah, Muara langsung menyambut ku dengan mencubit gemas pipiku yang katanya seperti bakpao, sesuka hatinya lah.
Kelas kami ternyata bersebelahan, dan aku memasuki kelas 2-2, sedangkan kelasnya di 2-1. Apa aku harus mencari teman baru? Batinku.
Perkenalan singkat terjadi, dan kama tak ingin membuang-buang waktu Pak Heri (guru kelas) mempersilahkan ku duduk di bangku nomer 2 dari belakang, yang mana kedua bangku itu kosong, tak hanya bangku itu saja, meja belakangnya pun begitu.
"Pssst, hai, nama gue Kiara sasera, panggil gue Kiara." Sapa gadis cantik yang duduk di seberang mejaku. Aku mengangguk "Zera." Balasku kemudian.
"Saran gue, lebih baik lo duduk didekat tembok, karna bangku yang lagi lo dudukin sudah ada orangnya." Lanjutnya. Lagi-lagi aku mengangguk, toh,, aku memang tidak tau kelas ini tadinya.
Jujur saja, sebenarnya aku terlambat sekolah 2 minggu dari awal masuk. Karna mama yang masih ragu antara boleh atau tidak untuk melanjutkan kelas sebagaimana kelas siswa lainnya.
Tapi dengan bujukan aku dan ayah yang sungguh-sungguh, alhasil aku diperbolehkan sekolah. Dengan syarat, harus ada dijarak pandangan Muara, entah mengapa mama terlalu percaya pada sahabat posesifku itu.
Selain pelajaran yang berjalan dengan khidmat, tidak ada hal lain sampai jam istirahat berbunyi. Beberapa anak menyapaku sambil bertanya prihal pindahan dan sebagainya. Begitu juga dengan gadis yang memperkenalkan dirinya padaku tadi, Kiara.
Terlihat jelas jika suasana kelas benar-benar dibawah kekuasaanya. Kudengar selain tingkahnya yang manis, rupa yang cantik, ia adalah siswi yang disukai guru dan temannya karna pintar.
Entah bagaimana sisi sosialitas nya di masyarakat luar, atau latar belakang keluarganya, yang jelas aku baik-baik saja dekat dengannya. Mungkinkah kita bisa menjadi teman?. Ah, pikiran konyol, Muara bilang banyak di dunia ini manusia bertopeng, karna nyatanya kebanyakan manusia menjadi parasit satu sama lain.
Keadaan berjalan bagaimana biasanya. Sekolah, tidur, makan, main, jajan, berputar di sekelilingku secara monoton.
Di kelas aku selalu bercerita banyak hal dengan kiara's gang yang baru-baru ini ia perkenalkan. Ada Anita, Sasa, dan Miami. Kupikir, ketiganya memiliki pesona sendiri. Anita yang terkesan galak, Miami yang dewasa, dan Sasa yang seperti peliharaan, lembut.
Menurutku, dari keempatnya yang paling mencolok adalah Kiara, apakah ia ketua? Entahlah, aku tak peduli. Mereka menceritakan banyak hal dan kadang nakal seperti remaja pada umumnya.
Sedangkan diluar, aku tetap Bersama sahabat baikku, Muara. Ia memperkenalkan teman yang menurutku sedikit aneh Bernama Adi radja maheswa, biasanya dipanggil Adi, tapi khusus Muara boleh memanggilnya Radja. Cih, meskipun aku sudah lama homescolling, aku merasakan sesuatu yang aneh diantara keduanya.
"nanti kekantinnya mau bareng gak, Zer?" Kiara menanyaiku, mungkin ia tau aku sedang melamun.
"Aku bareng Muara, sorry ya." Jawabku seadanya. Ia mengangguk. "Susah banget sih makan bareng temen kita satu ini." Ucapnya lagi diselingi tawa renyah darinya. Aku ikut tertawa.
Aku sudah terbiasa makan Bersama Muara dan Adi, lagipula meskipun kita berteman rasanya ada yang janggal dengan Kiara. Itu perasaan ku saja sampai aku melihat banyaknya foto pria yang ada disalah satu buku dalam tasnya saat ini.
Niatku yang hanya ingin meminjam catatan kimianya, malah menempatkan ku ditempat yang tak nyaman sekarang.
Lagipula siapa lelaki ini, menyimpan foto boleh saja. Tapi apa ini tidak berlebihan? Foto Ketika tidur, duduk, tertawa, marah, bahkan ada foto didalam ruang ganti.
"Udah dapat belum?" tanyanya diambang pintu, aku sontak menutup buku itu, lalu menggeleng.
"Sampulnya warna apa ya?" tanya ku padanya seolah tak terjadi apapun. Lagipula aku bukan orang yang suka ikut campur, hanya saja aku penasaran.
"hijau. gue mau ke kantin, Duluan ya." Ucapnya dan langsung pergi gitu aja tanpa menunjukkan reaksi peduli atau curiga. Dan yah, keberuntungan buat ku."Menurutmu, apa yang lagi dibicarain sama anak-anak sih Muara, dari tadi yang kudengar adalah dia sudah Kembali dan itu berulang kali, apalagi dengan wajah aneh sambil tersenyum- senyum." Kupikir hanya aku yang tak tau keadaan yang sebenarnya. Banyak anak perempuan yang aku lewati berwajah sama, tersenyum dan heboh Bersama teman mereka satu dan yang lain.
"Oh, tentang 'dia' yang bakal Kembali setelah mengajukan cuti sekolah selama 1 bulan karna pekerjaan." Jawabnya. Mungkin kama diwajahku menampakkan wajah yang masih bingung. Muara menegaskan ucapannya lagi.
"Dia satu kelas sama lo, cowo yang punya kesan bagus disemua bidang, Cuma dia mau akrab hanya dengan orang yang dia pilih." Jelasnya kemudian. Aku mengangguk, tapi dikelasku kenapa gak pernah ada yang cerita? Entahlah, Lagipula itu bukan urusanku.
.
.
~~~*
KAMU SEDANG MEMBACA
who is playing tricks?
RomanceDia yang terobsesi.. Dia yang mampu bercerita, menulis alur, dan menjalaninya... Tapi ternyata ia juga yang tercekik..! ~~~* Pria dengan kerumitannya. Dan Gadis tupai yang pintar? ~~~* . . . . . Bukan novel terjemah. 1000, 2000, 3000 +++...