~BULLY?~

102 10 0
                                    

Kerja keras ku tak sia-sia. selama sisa hari kemarin, aku benar-benar menghabiskan diriku untuk belajar buku dari Zayan.

Bahkan malam yang menyajikan film favoritku, hanya bisa aku lewatkan dengan harapan sebelum presentasi aku sudah bisa memahami pelajaran mengerikan ini. Jelas termodinamika adalah pelajaran yang aku gak, suka namun aku bisa menaklukannya. Sungguh keren bukan?

*psstt, coba lihat di lapangan basket. Geng Kiara lagi-lagi deketin Zayan dkk ya." Seseorang berbisik di sebelahku.
'tapi mau dilihat darimanapun juga, mereka tetap serasi sih." Jawab yang lainnya

"Siapa?"
"Kiara sama Zayan lah"
"iya sih. Yang satu pintar tampan, yang satu cantik pintar. Kalau kita diantara mereka seakan dunia berputar pada porosnya, dan merekalah porosnya" *irinya....

Entah sejak kapan aku terfokus dengan gossip yang baru-baru aku dengar. Aku tau kalau Zayan dan Kiara popular. Tetapi aku gak tau ada gossip seperti itu untuk keduanya.

Setelah kurasa, apa- apaan dengan perasaan tak nyaman yang kumiliki? Aku menghela nafas. Prihal ini bukan suatu yang perlu aku ambil pusing. Toh lagipula ada apapun tentang mereka bukan urusan ku, yah setidaknya begitu.

Aku bersyukur hari-hari berlalu dengan cepat aman dan nyaman. Sebentar lagi sudah ulangan semester satu, dan belajar dengan giat adalah jalan yang sudah ada di memo harian ku minggu ini.

Aku bersyukur meskipun Muara beda kelas, ia akan tetap mau berteman dengan ku dan mengajariku. Sweet banget sahabatku itu.

"Apa ini?" Zayan yang selesai istirahat siang mengambil memo kecil yang mungkin jatuh dari saku tasku.

"Ooh, itu memo belajar ku minggu ini." Jawabku sekenanya. Anak-anak yang lain pun pasti akan membuat agenda yang sama seperti ku.

"Please deh Zera, lo kaya anak SD aja, pakai memo pengingat. Lagian ulangan semester kan gak begitu susah, kaya udah mau perang aja sih?" Kiara yang entah datang dari mana membuat aku malu dan setengah kesal.
Memang kenapa kalau seperti anak SD?' batinku.

"Bukan masalah, aku juga punya memo kaya gini, lagian setiap orang berbeda kenapa harus malu." Baru saja aku akan menjawab perkataan Kiara, Zayan sudah membelaku.

"Bukan begitu zay, lagian kenapa sih dibawa serius, gue juga bercanda aja sama Zera. Iyakan Zer?" bantah Kiara, namun yang kulihat dari mataku hanya dia dengan wajahnya yang ditekuk, melirik tajam padaku.

Huh?? Kenapa dia marah padaku? Bukannya seharusnya aku yang marah padanya? aku hanya terdiam.

"Zayan, bukan Zay." Tegasnya. Kali ini aku gak faham apa yang ia maksud. Apa bedanya Zayan dengan Zay? Bukannya kemarin aku juga memanggilnya Zay?'

"Ok, sorry." Ucap Kiara dan tiba-tiba pergi tanpa sepatah katapun. Aku yang terpaku pada kepergiannya di sadarkan oleh tepukan Satria yang duduk di bangku belakangku.

"Zayan gak suka nama akrab, kecuali dari orang yang benar-benar dia suka" bisiknya. Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.

Heung..?? Satria bicara panjang? Bukannya dari berbulan- bulan lalu Satria adalah satu-satunya anak yang benar-benar irit bicara. Wah,, suatu peningkatan, pikirku. Sampai aku melupakan sesuatu yang ganjil dalam ucapannya.

~~~*

Hari ini ia akan menonton konser oppa kesayangannya. Muara pasti menemani Adi pergi belanja buku lagi, entah buku apa yang mereka beli. Kami berpisah diparkiran, dan terlihat bahwa jemputan ku juga belum datang.

"Belum di jemput, ikut pulang bareng mau?" tawar Muara, aku menggeleng. Mereka kan harus buru-buru mencari buku, atau mereka akan terlambat.

"Bentar lagi pasti datang, gapapa kalian pergi aja, nanti kalau kelamaan bisa terlambat."

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang