~PERPUSTAKAAN~

57 7 0
                                    


Pagi ini Muara mengirimiku pesan dan bertanya aku akan berangkat dengan siapa.
Kupikir aku akan berangkat dengan papa, sampai ketika sarapan tadi papa bilang untuk menunggu Zayan, papa suruh makan bareng. Keluarganya diluar negri, kasihan kalau makan sendri’ begitulah katanya.

Sedangkan aku yang saat ini makan disebelah mama merasa aneh karna ketambahan anggota baru yang aku sendiri gak tau kapan ia datang. Didepan ku ada Zayan yang asik mengobrol masalah bisnis disela sarapan pagi ini.

Sedangkan papa yang biasanya sangat terganggu dengan ponsel yang bahkan tak bersuara dan itupun untuk mencari materi pembelajaran, dengan tegas melarang tindakan tidak sopan dan memarahiku, kini sedang tertawa seakan ia sedang berbincang dengan putra kandungnya.

“Cih,, kaya anak sendiri aja." Gerutuku. Pagi yang kukira akan baik saja malah membuatku bad mood karna papa yang dengan seenaknya melanggar aturan meja makan.

“Oho? Kenapa dengan putri papa ini? Cemburu?” giliran ku yang sudah marah
memberikan tatapan sangar seperti papa biasanya, dan yang kudapat hanyalah gelak tawa, mama bahkan ikut tertawa.

“Papa sendiri yang bilang makan harus tenang, makan gak boleh banyak omong, pegang hp, pilih-pilih makanan juga gak boleh. Tapi lihat, papa melanggar dengan tidak sadar diri.”
Keluh ku muluk-muluk.

Mama mengusak rambutku dan aku segera menepisnya, aku bukan anak kecil lagi ih mama'...

Setelah berpamitan dan memakai helm, kami berangkat ke sekolah. Jam menunjukkan pukul 7.10, kita masih memiliki waktu jika jalan tidak macet. Sesampainya dikelas, Zayan bilang akan membeli coffe agar tidak mengantuk. Semalam bergadang’ begitu katanya.

Aku menuju kelas lebih dulu dan berpapasan dengan Kiara yang keluar entah kemana. Setelah aku masuk kelas, aku baru mengingat kalau tas ku dibawa oleh Zayan. Alhasil aku keluar untuk mencari dan mengambilnya. Mungkin aku juga akan membeli sekaleng soda.

Namun, setelah berkeliling kantin dan tempat penjualan minuman, Zayan masih gak kelihatan. Apa mungkin sudah kembali ke kelas ya?’ aku memutuskan untuk kembali ke kelas sebelum guru masuk.

Sesampainya dikelas, hanya Zayan dan Kiara yang belum datang. Dan aku semakin gugup karna tas milik ku masih dengan nya.

“Addan, tau Zayan dimana gak?” mungkin aku sedikit mengganggu mereka bermain game. Namun, aku akan semakin gugup jika guru datang dan ternyata Zayan belum datang.

“Di rooftop mungkin, biasanya dia kesana buat ngerokok.” Jawabnya singkat. Aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih, lalu segera menuju rooftop. Aku juga baru tahu
jika Zayan merokok, setahuku ayah pernah bilang kalau ia suka dengan Zayan karna tidak bau rokok, eh? Atau tidak merokok ya?’

Sesampainya di pintu masuk, sayup-sayup aku mendengar pembicaraan Zayan dan Kiara, aku hafal dengan suara mereka berdua karna selain mereka duduk di sebelahku, kita sering berinteraksi.

“Lo gak mungkin Cuma mempermainkan gue kan Zay?” kini aku mendengar jelas bahwa Kiara menangis. Ada apa ini? Apa mereka terlibat suatu hubungan?’

“Maksudnya mempermainkan gimana? Gue gak pernah bilang gue suka lo kan ra. Jadi tolong gak usah alay atau membayangkan sesuatu yang gak penting.”

“tunggu dulu, harusnya lo tanggung jawab sama perasaan gue. Atau lo bener-bener suka sama cewe baru itu kan?” aku sadar, bukti banyaknya foto dibuku dan cara kiara mandang Zayan memang sedikit berlebihan.

Sebenarnya dari awal aku ingin bertanya, tapi aku gak punya hak apapun untuk mempertanyakannya.

“Gak,gue gak suka cewe manapun. Jadi tolong berhenti ganggu gue.” Bantah Zayan.
Ada perasaan sakit di hatiku, berarti dimata Zayan aku bukan apapun, dan aku bersyukur tidak sampai mencintainya, mungkin.

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang