~Dia lagi~

70 7 0
                                    

Aku benar-benar terkurung dirumah lagi selama hampir dua minggu. Aku bersyukur karna seminggu yang lalu adalah pengumuman liburan semester satu. Atau kalau tidak aku benar-benar akan terancam tinggal kelas.

Sepulang dari perjalanan ku dengan Zayyan kemarin. kami menemui mama dan papa. Awalnya aku mengatakan untuk tidak memberitahu orang ku, karna sudah jelas mereka akan sangat terpukul.

Dan benar saja, pak Sapto yang awalnya ingin di habisi oleh ayah kini hanya di pukuli hingga babak belur.

Ia dilaporkan ke penjara dengan kasus yang bukan hanya pelecehan, tetapi pencurian dan penganiayaan. Mama yang terpukul menjadi sangat awas dengan segala hal yang ada di sekelilingku.

Bahkan aku tidak bertemu dengan pembantu, supir atau teman priaku. Yang tau kejadian ini hanyalah keluargaku, Zayan dan Muara karna ia sahabat dan benar-benar ada disamping aku dalam waktu yang lama.

Muara yang terakhir mengetahuinya sangat-sangat marah dan dengan spontan membanting hp ku. ia benar-benar terlihat marah seperti mama.

Sebelum Zayan pulang, tanpa sepengetahuan orang tua ku, Zayan memeluk dan mencium pipiku. Katanya itu adalah salam perpisahan agar aku melupakan hal-hal buruk.

Aku hanya mengangguk, meskipun aku mencurigai alasan-alasan Zayan baik padaku, namun itu semua berakhir bukti ketulusan seorang teman. Apa aku bisa mempercayainya untuk kedepannya?

Kabar baiknya adalah, mama dan papa menganggap Zayan adalah anak yang baik dan mereka jelas menyukainya. Entah mengapa aku turut bersyukur akan hal itu.

"Sayang, ayo makan malam. Ada makanan kesukaan kamu tuh." Panggil mama didepan pintu kamarku. Aku spontan berteriak mengiyakan dan bergegas turun.

Melihat mama dan papa yang sudah ada dimeja makan membuat aku merasa nyaman. Aku bersyukur memiliki mereka.

Aku sadar, karna aku adalah anak mereka satu-satunya dan aku seorang gadis yang memiliki perasaan yang labil, mereka tentu saja mencemaskan ku.

"Papa membelikan kamu ponsel baru." Aku yang langsung memeluk papa disambut dengan tawa ejekan dari mama.
"kalau ada maunya aja selalu begitu." Begitulah yang kudengar. Dan apa yang bisa ku buat? Tentu saja hanya tersenyum.

"Beritahu Muara, bersyukurlah karna papa orang yang baik. Papa gak mungkin minta ganti rugi karena dia memecahkan hp mu, jadi datanglah sesering mungkin. Bawa makanan juga." Aku mengangguk.

Mungkin memang terdengar seperti ucapan sopan yang memaafkan seseorang setelah melakukan kesalahan. Tapi yang terdengar di telingaku adalah 'suruh Muara kesini, kamu pasti kesepian, jangan takut tentang hp, papa gak marah' memang papa yang terbaik!

"Mama, aku tetap akan bersekolah kan?" tanyaku takut-takut. Mungkin akan susah untuk

membujuk mama kali ini. Melihat mama dan papa yang memandangku dengan serius aku juga sedikit takut.

"Apa anak laki-laki yang namanya Zayan itu anak yang baik?" mama malah balas bertanya. Aku bingung, apa hubungannya Zayan dengan keberangkatan ku ke sekolah.

"Dia baik, yang ajarin kimia-fisika Zera ya Zayan. Dia juga duduk satu bangku dengan Zera, kami juga satu kelompok dalam pembagian. Dilihat dari wajahnya pun dia terlihat disukai banyak orang kan ma." Terang ku.

Mereka diam sejenak sampai papa memecahkan keheningan.
"Kemarin papa juga tanya tentang dia ke kepala sekolah kamu. Ternyata, keluarganya dan kita adalah mitra bisnis. Dan tuan besar Abimayu adalah orang yang menepati janji dan banyak disegani dikalangan bisnis kelas atas. Papa tidak masalah kamu berteman dengannya karna dia memang terlihat jujur dan baik. Apalagi bocah itu memang terlihat cukup tampan, meskipun masih tampan papamu." Aku terkikik disela ucapannya. Benar-benar papa yang penuh pesona.

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang