~Belajar~

50 7 0
                                    

Keesokannya, Zayyan datang kerumahku dengan alasan belajar kimia-fisika seperti sebelumnya. Mama dan papa juga akan pergi ke acara kantor dan beberapa meeting penting, yang tak jelas kapan mereka bisa kembali ke rumah.

Setelah mengetahui kedatangan Zayan, mereka tak mempermasalahkan kedatangannya. Karena di rumah juga bukan hanya ada kita saja.

Kufikir, itu hanya alasan agar ia bisa bertemu dengan ku. nyatanya adalah kami benar-benar belajar. Mood ku seketika menghilang.

"Di Bagian ini, kamu sudah faham belum?" tanyanya. Aku meliriknya sinis. Sedangkan yang dilirik hanya menahan tawa sebab ia sadar keadaan yang menjengkelkan ini ada karna ulahnya.

"Gak faham, males belajar Zayy.." gerutuku. Bisa-bisa, aku akan mengajukan protes karna masa libur ku diisi dengan pertemuan bersama musuhku.

"Sabar, jangan marah-marah gitu. Sini aku jelasin sambil mengerjakan soal, ya..." benar-benar buruk. Zayan adalah yang terburuk.

"Misalnya gini, ada reaktan A dan reaktan B, masing-masing reaktan tersebut memiliki 5 mol. Maka, di akhir reaksinya, reaktan tersebut akan sama-sama habis. Contohnya seperti ini...." Dan masih banyak lagi.

"Nah, dah jelas belum?" Jelasnya. Sedangkan aku sibuk mencoret-coret dan ya, hasil yang kudapat juga sama seperti yang Zat yang contohkan. Aku mengangguk dan Zayan tersenyum

'cup'.......!!!!

"hadiah karna pintar" aku menatapnya kaget. Bukan kah itu hanya alasanmu. Ck Zayan banyak alasan gerutuku..

"kalau gitu, coba jelaskan tentang soal ini...." Kami lagi-lagi tenggelam dalam pelajaran. Entah sudah berapa lama kami belajar hingga perutku terasa keroncongan.

"Kalau sudah selesai, kamu baru boleh makan camilan, ok?" tawarnya. Aku menatapnya tertegun. Perutku yang malang, hiks...

Kulihat Zayan keluar ruangan, entah pergi kemana. Mungkin saja ia ke kamar mandi. Biarkan saja, toh Zayan sudah terbiasa semenjak mama memperbolehkannya datang ke rumah. Pikirku.

Beberapa menit setelahnya, Zayan kembali dengan camilan dan jus di nampan yang bawa Kelihatannya ia baru dari dapur.

"Tadi bik Ririn menawariku untuk membawa ini. Ruang belajarmu ini menggunakan CCTV?" Tanya nya sembari meletakkan nampan yang berisi 2 gelas jus dan sepiring makanan

"Sebenarnya ada, seluruh rumah juga dipakaikan cctv. Cuma kemarin ruang operator Konslet dan mengakibatkan semua cctv mati. Jadilah sore ini baru akan di perbaiki, karna orang yang biasanya memperbaiki cctv kemarin mengalami kecelakaan." Jelas Ku tanpa mengurangi apapun. Zayan menganggukkan kepalanya.

"Aku sudah selesai, yey!!" ku letakkan pulpen dan bukuku. Segera setelahnya meminum jus alpukat dan cake yang ada diatas meja.

Zayan menggelengkan kepala melihat tingkahku, sedangkan aku hanya nyengir tanpa peduli apa yang dipikirkannya.

"Makanlah, aku akan mengoreksi jawabannya." Katanya sembari mulai membaca jawaban yang sudah aku kerjakan.

Selang beberapa waktu menunggu Zayan yang terlalu serius mengoreksi tugas yang ia berikan, rasanya aku mulai mengantuk. Tanpa pikir panjang aku pun menunggunya sambil Tertidur.

~~~*

Aku terbangun dari tidurku, kulihat Zayan juga tertidur sambil menggenggam tangan ku. Aku tersipu, siapapun yang akan menjadi kekasihnya kelak benar-benar beruntung.

Kulihat buku yang tadinya aku kerjakan, ternyata aku salah. Selisih satu angka, dan disitu sudah ada note dan penyelesaian yang benar dari Zayan.

"bagian ini kelebihan satu angka, seharusnya 6- bukan 7-. Dan penghitungannya benar kurang teliti saja" aku melihat coretan-coretan yang ada di bawahnya. Orang jenius memang beda'

Aku merasakan dengungan di kepalaku. Ku tinggalkan Zayan yang masih terlelap dan menuju ke kamarku untuk mandi dan mendinginkan kepalaku sejenak.

Setelah mandi dan keramas, duniaku terasa segar kembali. Wangi sabun bayi yang benar- benar segar, tercium dipenjuru kamar.

Kulihat pantulan tubuhku di cermin full body, dan terlihat beberapa bercak merah dibelahan dadaku.

Apa ini?....

Kugosok seakan berharap hilang, namun tetap tak hilang sampai kulitku ikut memerah karna aku terlalu kuat menggosoknya Dengan berfikiran positif, aku mulai berpakaian dan segera menuju ruang belajar.

Setelah aku keluar kamar, aku melihat Zayan yang juga sudah terlihat segar sedang duduk disalah satu singgel sofa ruang tamu. Sepertinya ia sedang terlihat senang.

"Oh? Sudah selesai mandi? Sorry, tadi aku pinjam kamar mandi tamunya." Katanya  sembari tersenyum seperti biasanya, aku mengangguk, tak mempermasalahkannya.

"Ayo makan di luar. Moza dan yang lainnya juga lagi ngajakin." Tawarnya.
Aku tak mempermasalahkan. Setelah membereskan Buku belajar, aku dan Zayan bergegas ke rumah makan jepang yang ada disalah satu kotaku.

Seandainya Zayan gak ke rumah hari ini, mungkin akan tiduran sambil mendengarkan musik seperti biasanya.

Setibanya di sana, aku melihat Addan dan Satria disalah satu meja makan. Mereka melambaikan tangan menunjukkan keberadaan mereka.

"Kita udah pesankan Zer, kalo kamu gak suka nanti biar dipesankan lagi ya." Addan memberitahu. Aku mengangguk menyetujuinya. Bukan masalah untuk itu.

"Zer, pakaian kamu hari ini cocok. Mirip bocil." Moza yang entah muncul dari mana membuatku terkejut. Namun, setelah faham apa yang dimaksud Moza, aku seketika menekuk wajahku.

Hari ini aku menggunakan celana jeans putih dan Hoodie baby blue. Warna muda bukan selalu menunjukkan bahwa warna itu milik bayi.

"Dia tetap cantik." Spontan aku menoleh kearah suara. Dan berujung terdengar tawa dari yang lainnya. Apa maksud Zayan ngomong gitu sih batin ku kesal. Aku tambah menekukkan wajahku.

Berhubung makanan datang, tanpa permisi dan sopan satun aku memakan sushi yang tersaji didepan ku sambil tetap merasa kesal. Apa yang aku harapkan dari mereka yang terus meledekku. Sedangkan Zayan, ia malah diam saja membenarkan ucapan aneh teman- temannya.
.
.
~~~*

who is playing tricks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang