Keesokan harinya bik Tinah menuju ke kamar Justin atas permintaan Tania untuk mengecek apakah remaja itu sudah bangun. Namun, bik Tinah segera menyorotkan pandangan ke arah sosok yang terbaring di kasur king size. Bik Tinah lekas membangunkan Justin dengan sangat lembut berharap cowok itu bangun.
"Den Justin, ayo bangun udah jam tujuh pagi?" Panggil bik Tinah sembari membisikkan sesuatu kepada Justin. Remaja berperawakan tinggi kurus itu segera terbangun hingga sorot matanya memandang ke arah wanita paruh baya itu.
"Bibi, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kepala Justin jadi pusing banget. Apalagi tadi malam mama kesini? Tapi Justin lupa yang dibicarakan sama mama?"
"Den Justin, pasti lapar ya. Ini bibi bawakan makanan sama segelas susu hangat. Silahkan dimakan mumpung masih hangat."
"Makasih, bibi memang yang terbaik deh." Namun sorot mata Justin seketika ke arah atas meja tergeletak sebuah kado. "Ini hadiah punya siapa?"
"Punya den Justin. Kalau nggak salah tebak itu dari non Zaskia."
Justin segera membuka bingkisan itu hingga sorot matanya tertuju ke arah sebuah syal rajut berada di sana. Namun, Justin lekas menikmati makanan dengan lahap sekaligus minum segelas susu hangat. Justin bergegas menuju ke kolam renang untuk melakukan pekerjaannya di rumah ini.
"Justin, tadi malam maksud Lo apa. Mau bersaing sama gue. Lagian Lo belajar juga percuma. Karna perbedaan kita antara langit sama bumi."
"Jordan, Lo kenapa sih. Padahal gue nggak pernah cari gara-gara. Tapi Lo bisa jahat banget sama gue. Apa karna kematian kak Bella!"
"Diam Lo bangsat. Dasar pembunuh padahal kak Bella baik sama Lo. " Jordan tentu saja mengertak sembari mendorong tubuh Justin hingga tercebur ke kolam renang dan Justin memutuskan untuk naik tapi secara tiba-tiba dadanya terasa sakit.
Justin seketika hanya pasrah lantaran tidak punya kekuatan untuk bangkit sedangkan Jordan tampak asyik bermain ponsel. Namun, secara tiba-tiba Jordan memutuskan menolong adik kembarnya yang sudah berada di dasar kolam renang. Tania yang mendengar sesuatu segera menuju ke arah suara itu.
"Jordan, kamu nggak papa,'kan. Karena mama khawatir kamu bakal sakit?" panik Tania lantaran melihat pakaian Jordan basah kuyup dan seketika memandang ke arah sosok yang berbaring di tepi kolam renang.
"Jordan, nggak papa. Mama jangan marah ya. Gara-gara Jordan, Justin kayak gini. Sebenarnya Jordan nggak berniat mendorong Justin."
"Di mata mama sama papa. Jordan nggak mungkin membuat kesalahan. Lagian ngapain juga mama marah demi anak sialan itu." Tania berucap sembari menunjuk Justin dan memutuskan menarik lengan Jordan untuk masuk rumah.
Jordan bersama Tania meninggalkan Justin seorang diri yang masih dalam kondisi terkapar di tepi kolam renang. Di ruang tamu Jordan dan Tania berbincang-bincang hingga tidak menyadari kedatangan Justin hendak menuju ke kamar. Tania tentu saja menghadang Justin untuk menyuruhnya mencuci piring.
"Mau kemana kamu. Enak banget ya masih pagi mau tidur. Padahal pekerjaan rumah masih numpuk. Sana buruan kerjakan jangan males!"
"Mama, dada Justin sesak banget. Nanti kalau mendingan bakal Justin lakuin. Tolong izinkan Justin tidur satu jam saja."
"Banyak alasan. Kamu itu hanya beban di rumah ini. Harusnya sih bersyukur udah mama kasih makan gratis. Memangnya zaman sekarang masih ada serba gratisan!" Tania membentak Justin dengan sangat keras sehingga bisa terdengar sampai pintu gerbang.
Justin segera melakukan sebuah pekerjaan walaupun napasnya tersengal-sengal sekaligus pandangan mengkabur. Namun, Justin memutuskan menahan walaupun wajahnya tampak sangat pucat. Beberapa saat kemudian, Justin sudah menyelesaikan segera menuju ke kamar untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternally yours (On Going)
Teen Fictioncerita ini akan di update setiap hari Selasa dan Jumat. Justin Sebastian Orlando, seorang laki-laki yang selalu tersenyum lebar hingga di juluki sebagai sosok yang humoris. namun, siapa sangka dia menyimpan sebuah rahasia tentang apa yang sebenarnya...